Sedikit Saran untuk Timnas Indonesia

Foto: @PSSI.

Beberapa saran yang patut disimak jelang laga Indonesia vs Singapura

Dari sisi lapangan, Shin Tae-yong menjaga harapan Indonesia untuk meraih Piala AFF untuk kali pertama.

Indonesia menutup fase grup dengan cara yang membanggakan. Memetik tiga kemenangan–saat bersua Kamboja, Laos, dan Malaysia–dengan total mencetak 13 gol dan menahan imbang juara bertahan, Vietnam. Juara Grup B jadi milik Indonesia.

Namun, perjuangan Indonesia belum selesai. Di semifinal, Indonesia akan berhadapan dengan Singapura. Si tuan rumah lolos setelah menempati posisi kedua Grup A dengan tiga kemenangan dan satu kekalahan.

Melihat rekor pertemuan kedua kesebelasan, Singapura jauh lebih baik. Pada 10 pertemuan terakhir di Piala AFF, Singapura menang lima kali dan hanya menelan dua kali kekalahan. Teranyar, Indonesia kalah 0-1 dari Singapura di Piala AFF 2018 lewat gol Hariss Harun.

Lantas, bagaimana dengan laga ini? Apakah Indonesia mampu menutupnya dengan kemenangan?

Berharap pada Para Gelandang Serang


Satu pelajaran yang didapatkan dari Indonesia di fase grup Piala AFF kali ini adalah Shin tidak punya formasi yang tetap dan enggan menurunkan pemain yang benar-benar sama. Dari empat pertandingan di fase grup, ada empat formasi berbeda dan banyaknya pemain keluar masuk starting eleven.

Irfan Jaya dan Witan Sulaeman jadi dua pemain yang selalu bermain untuk Indonesia. Dari empat pertandingan yang dilakoni di fase grup, keduanya punya pengaruh besar untuk serangan Indonesia dan tidak heran, Shin amat percaya pada keduanya.

Irfan nyaris selalu memulai pertandingan dari sisi kanan pertahanan lawan. Tugasnya ada dua, mengisi ruang di area sayap pertahanan lawan dan masuk ke tengah pertahanan lawan yang dilanjutkan dengan tembakan.

Saat Indonesia menguasai bola, Irfan kerap mencari ruang di belakang Ezra Walian, yang sejauh ini menjadi penyerang utama. Hal ini dimaksudkan apabila ada bola liar, Irfan siap menyambar.

Sementara itu, Witan bermain di posisi gelandang serang tengah dan bermain di area yang lebih tinggi ketimbang Irfan. Amat jarang melihat Witan berada di luar kotak penalti saat Indonesia memegang bola. Tidak hanya itu, ia juga tampak diberi kebebasan untuk menyisir area mana pun.

Kelebihan dua pemain ini adalah mereka memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lubang di pertahanan. Dua gol Irfan ke gawang Malaysia jadi contoh bagaimana kedua pemain ini memanfaatkan ruang di pertahanan lawan.

Saat menghadapi Singapura, Shin harusnya meminta Irfan dan Witan lebih aktif mencari lubang. Pasalnya, masalah terbesar lini belakang Singapura selama fase grup adalah pemain yang memiliki kecepatan dan aktif bergerak.

Incar Sisi Kanan Pertahanan Singapura

Persoalan terbesar Singapura adalah sisi kanan pertahanan mereka. Area ini tidak hanya diisi oleh pemain yang buruk dalam melakukan transisi dari menyerang ke bertahan sampai tidak mampu beradu kecepatan. Selama fase grup, tampak bagaimana lawan mencecar daerah ini.

Pelatih Tatsuma Yoshida sebenarnya sudah melakukan perubahan. Nazrul Nazari yang jadi bek kanan inti di laga melawan Myanmar tidak diturunkan. Sebagai gantinya, ia memasang Zulgarnaen Suzliman.

Suzliman memang sangat cepat. Gol Faris Ramli ke gawang Filipina bahkan dimulai dari kecepatannya berlari dari tengah lapangan. Namun, Suzliman tidak cukup baik saat timnya kehilangan bola.

Area ini makin rawan setelah bek tengah sebelah kanan Singapura adalah Irfan Fandi. Irfan mungkin sulit ditaklukkan saat melakukan duel udara. Namun, ia tidak cukup cepat saat beradu lari dengan pemain lawan.

Di laga melawan Thailand, Supachai Jaided rutin berada di area sekitar Suzliman dan Irfan. Meski ia tidak mencetak gol, tapi Thailand mendapatkan beberapa peluang berbahaya yang dimulai dari terciptanya peluang di area tersebut

Waspadai Duel Udara


Dari empat pertandingan di fase grup, tampak bagaimana Singapura memiliki kecenderungan untuk memanfaatkan duel udara dan umpan silang. Sejauh ini, duel udara menghasilkan tiga gol dan umpan silang membuahkan satu gol.

Untuk memenangi duel udara dan mengubahnya menjadi gol, Singapura selalu mengarahkan tendangan bebas atau sepak pojok ke tiga orang berikut: Irfan Fandi, Safuwan Baharudin, dan Ikhsan Fandi. Ketiga pemain tersebut punya tinggi di atas 180 cm.

Dari tiga nama tersebut, Ikhsan paling pandai mencari ruang di kotak penalti lawan. Gol yang ia cetak ke gawang Myanmar bahkan dibuat melalui sundulan. Yang menarik, Ikhsan memilih area tanpa pemain berpostur tinggi yang tentu saja membuatnya mudah memenangi duel udara.

Selain tiga nama tersebut, Indonesia juga wajib mewaspadai Hariss Harun yang rutin berada di tiang jauh setiap Singapura mendapatkan sepak pojok atau tendangan bebas. Pilihan tersebut berbuah manis setelah ia mencetak gol ke gawang Filipina.

***

Di bawah Yoshida, Singapura bermain cukup disiplin. Akan sangat sulit bagi Indonesia untuk mencetak gol apabila tidak memanfaatkan kreativitas dan insting masing-masing pemain.

Saat menyerang, Indonesia juga perlu waspada. Singapura punya serangan balik yang amat berbahaya. Untuk pemain belakang Indonesia, jangan biarkan Faris Ramli sendirian. Ia tidak hanya punya kecepatan tapi juga sulit untuk dikejar.