Solusi Kai

Twitter: @kaihavertz29

Apakah Kai Havertz menjadi solusi yang tepat untuk lini depan Chelsea yang buntu?

Di bawah arahan Antonio Conte, Romelu Lukaku jadi bagian penting Inter Milan yang tampil trengginas musim lalu. Kemampuan Lukaku yang cepat dan kuat dalam melindungi bola sangat klop dengan gaya main counter yang diterapkan Conte.

Hasilnya, Inter Milan dibawa menjadi kampiun Serie A. La Beneamata memutus rentetan sembilan scudetto beruntun yang dipegang oleh Juventus. Lukaku? Ia mengakhiri kompetisi dengan capaian 24 gol dari rata-rata 22,7 expected goals (xG). Bukan cuma gol, Lukaku juga menyumbang 11 assist. Jumlah yang membuat Lukaku menjadi pendulang assist terbanyak Inter di musim tersebut.

Namun, Inter tertimpa musibah usai menjadi juara Serie A. Krisis finansial yang melanda membuat mereka memutuskan untuk menjual beberapa pilarnya termasuk Lukaku.

Tak banyak klub yang dikait-kaitkan dengan Lukaku saat itu. Namun, satu klub yang paling berminat meminang jasa pria asal Belgia itu adalah Chelsea.

Jadilah Lukaku hengkang menuju Chelsea di awal musim ini. Tak main-main, Chelsea mendatangkan Lukaku dengan banderol mencapai 113 juta euro. Angka yang membuat Lukaku menjadi pemain termahal kedua di Premier League di bawah Jack Grealish.

Kehadiran Lukaku tampaknya akan menjadi angin segar untuk Chelsea. Sebab, The Blues amatlah tumpul di musim lalu. Chelsea cuma mencetak 58 gol sepanjang Premier League.

Top skorer Chelsea dipegang oleh Jorgino dengan tujuh gol. Sementara, Timo Werner yang diharapkan bisa menjadi pendulang gol tak berkutik. Hanya ada enam gol yang dibuat penyerang Jerman itu sepanjang kompetisi.

Namun, kehadiran Lukaku belum sepenuhnya memperbaiki masalah di lini depan Chelsea. The Blues kerap buntu saat bertemu lawan yang bermain rapat dan menumpuk banyak pemain di depan gawang.

Kalau sudah begitu, Thomas Tuchel mempunyai plan lain. Sosok Kai Havertz yang notabene seorang gelandang serang biasa keluar sebagai pembeda untuk Chelsea. Havertz kerap dipasang sebagai penyerang tengah guna memecah kebuntuan.

****

Palmeiras tampil bertahan usai bisa mencetak gol ke gawang Chelsea dan menyamakan kedudukan di final Piala Dunia Antarklub. Pasukan Abel Ferreira itu terlihat ingin membawa Chelsea untuk menghabisi laga melalui babak adu penalti.

Namun, Thomas Tuchel punya solusi lain agar Chelsea bisa membongkar pertahanan Palmeiras. Lukaku yang main dari awal ditarik keluar dan digantikan oleh Werner. Akan tetapi, Werner tak dimainkan sebagai penyerang tengah. Tuchel menggeser Havertz sebagai penyerang tengah dan menempatkan Werner di winger.

Hasilnya, Chelsea tampil lebih bervariasi dan menciptakan banyak peluang khususnya di extra time. Sampai akhirnya, sepakan keras Azpilicueta membentur tangan bek Palmeiras di dalam kotak penalti.

Wasit memberikan penalti untuk Chelsea. Kai Havertz maju sebagai algojo sukses menceploskan bola ke dalam gawang.

"Saya sangat tengang sebelum mengambil penalti. Ini penalti yang penting dan gol. Sangat bagus karena saya bisa tetap tenang saat menendang," ucap Havertz usai pertandingan.

Musim ini, Havertz cukup sering dipercaya Tuchel memimpin lini depan Chelsea. Ada 14 laga saat Havertz bermain sebagai penyerang tengah. Hasilnya, empat gol dan dua assist berhasil dibuat oleh pemain berumur 22 tahun itu.

Sebenarnya, kiprah Havertz menjadi penyerang tengah sudah dimulai saat berseragam Leverkusen. Musim 2019/20, Havertz tampil delapan kali sebagai penyerang dan sukses memborong delapan gol. Di musim tersebut juga, Havertz keluar sebagai top skorer Leverkusen di lintas ajang dengan 18 gol.

Lalu, apakah Havertz punya kapasitas bermain sebagai penyerang tengah?

Ketika berada di dalam kotak penalti lawan, Havertz merupakan pemain yang begitu tenang. Ia punya ketenangan dan akurasi dalam mengeksekusi peluang.

Dua gol sudah dibuat Havertz di ajang Liga Champions edisi tahun ini. Tingkat harapan golnya di turnamen tersebut berada di angka 1,9. Akurasi shot Havertz juga mencapai 46,2 persen. Unggul dari Lukaku yang berada di angka 44,4 persen.

Kemampuan Havertz lain yang bisa merusak lini belakang lawan adalah pembacaan ruang. Havertz akan dengan lihainya menemukan ruang terbuka untuk bisa dimanfaatkan mencetak gol.

Masih ingat gol Havertz ke gawang Manchester City di Liga Champions musim lalu? Itu merupakan contoh hebatnya Havertz membaca ruang.

Saat Mason Mount menguasai bola, Werner berlari untuk menarik posisi dari Ruben Dias. Di situ, Havertz membacanya dengan masuk ke ruang kosong agar bebas menerima umpan dari Mount. Di akhir, Havertz bisa memerdayai Ederson Moraes lewat tendangan kaki kirinya. Pemanfaatan ruang itu merupakan senjata yang dimiliki oleh Havertz.

"Saya suka berlari masuk ke dalam kotak penalti dan mencetak gol. Saya seorang pemain tengah, tetapi suka bergerak masuk ke kotak penalti itu yang membuat pemain lawan tak mengawal saya," ucap Havertz.

Kegemaran Havertz bergerak juga menguntungkan buat Chelsea. Dengan begitu, Havertz juga bisa menciptakan ruang bagi para pemain lain untuk membahayakan gawang lawan.

***

Lukaku memang telah mengemas lima gol untuk Chelsea di Premier League. Berbeda dengan Havertz yang baru mengemas dua gol di kompetisi yang sama.

Sayangnya, Lukaku tak bisa terus-terusan konsisten untuk membuat gol. Penyerang Belgia itu juga suka kesulitan dalam hal menyelesaikan peluang di depan gawang.

Ketika kebuntuan tengah melanda lini depan Chelsea, Kai Havertz bisa datang sebagai solusi.