Tak Ada Mesin Waktu untuk Masa Depan Takefusa Kubo

Foto: Real Sociedad

Barangkali Kubo harus memperlakukan masa depannya sebagai perkara yang biasa-biasa saja.

Di antara sekian banyak lagu yang bisa dinyanyikan di hadapan kawan-kawan barunya di Villarreal, Takefusa Kubo memilih Doraemon.

Fujiko F. Fujio, nama pena mangaka Hiroshi Fujimoto, yang kerap melahirkan kisah-kisah ceria, menggambarkan wajah lain masa depan lewat karyanya yang berjudul Doraemon. Manga yang pertama kali muncul pada 1969 itu bercerita tentang persahabatan antara robot kucing berwarna biru yang datang dari masa depan--Doraemon--dan bocah pemalas, tetapi hangat, bernama Nobita Nobi.

Doraemon memang cerita yang dipenuhi dengan imajinasi memanjakan. Sepertinya tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan selama Nobita berkawan dengan Doraemon.

Keliru jika mengira cerita ini selalu bicara tentang keajaiban yang tak masuk akal. Doraemon tidak hanya berkisah tentang hidup Nobita yang dipermudah dengan segala peralatan yang tersimpan di kantong ajaib Doraemon. Di sana juga ada Suneo yang licik, Giant yang egois dan pemarah, dan Shizuka yang abai betul dengan perasaan Nobita. Itu belum ditambah dengan nilai 0 yang melulu didapat Nobita saat ujian.

Guru dan ibu yang galak, ditambah superioritas Dekisugi adalah persoalan lain yang membuat hari-hari Nobita identik dengan kesialan. Rangkaian hari buruk yang tidak selesai-selesai di masa kini Nobita membuat masa depannya menjadi begitu buram.

Doraemon bahkan datang dari abad 22 karena diutus oleh cicit Nobita, Sewashi Nobi. Katanya, ia mengirim Doraemon untuk menjaga Nobita yang kelewat ceroboh dan malas. Dua sifat itu berimbas pada kesulitan yang harus ditanggung keturunannya di masa depan.  Keluarga besar Nobi terlilit utang sehingga di masa depan Sewashi acap kekurangan uang saku.

Terlepas dari segala macam fragmen kesialan Nobita yang ditampilkan dalam Doraemon, Fujimoto bukan orang yang mengibarkan bendera perang kepada masa depan. Ia menggambarkan Doraemon yang merupakan bagian dari masa depan Nobita menjadi kawan terdekat Nobita.

Dengan alur cerita itu, Fujimoto menjelaskan bahwa masa depan tidak melulu menakutkan dan membuatmu gugup. Masa depan memang tidak tertebak, tetapi bukan tidak mungkin ia menghadiahimu dengan kesenangan yang akan kau rawat seumur hidup.

Masa depan dengan dua sisi seperti itu juga membayang-bayangi perjalanan Kubo sebagai pesepak bola.

Awalnya segala sesuatu tampak baik-baik saja untuk Kubo. Saat berusia 10 tahun, ia sudah dipersilakan untuk menjejak ke La Masia. Kubo saat itu memang menjadi bagian dari proyek Barcelona untuk melanggengkan tradisi La Masia memasok pemain ke tim utama.

Proyek tersebut berkembang. Barcelona tidak hanya merekrut anak muda terbaik di Spanyol dan Catalunya. Mereka ingin mengamankan talenta dari negara lain untuk dibentuk sebagai andalan di masa depan.

Proyek itu bukan isapan jempol belaka. Contoh hidupnya adalah Lionel Messi. La Pulga yang diangkut dari Argentina ke Barcelona tak sekadar memenuh-menuhi daftar pemain. Perpaduan antara talenta, tekad, dan didikan Barcelona membentuk Messi menjadi seorang legenda hidup, bukan cuma di Camp Nou, tetapi di ranah sepak bola.

Akan tetapi, nasib gemar mempermainkanmu sampai kau merasa babak belur. Ketika sedang mekar-mekarnya, Kubo justru dipaksa pulang ke Jepang. Bukan karena ia tidak mampu, tetapi karena Barcelona dianggap melakukan perdagangan manusia dengan mengangkut anak-anak di bawah umur atau yang usianya belum 18 tahun.

Kubo dipaksa untuk mengubur mimpinya setelah belajar sepak bola di La Masia selama empat tahun. Kubo bukan satu-satunya remaja yang harus angkat kaki saat itu juga. Namun, di antara mereka yang diminta pulang, Kubo adalah yang terhebat. Saat hari suram itu tiba, Kubo sudah membukukan 74 gol dalam 30 pertandingan.

Kubo bukan Nobita yang bisa mengajak Doraemon untuk mengintip sebentar apa yang terjadi di masa depan ketika ia sudah tidak di Barcelona. Realitas tidak akan pernah berkawan dengan imajinasi seliar mesin waktu. Maka yang bisa dilakukannya hanya memulai segalanya dari nol.

***

Empat tahun setelah pukulan di La Masia, Kubo enggan beranjak dari lapangan sepak bola. Ia meneruskan perjalanannya di Jepang. Ketika usianya sudah menginjak 18 tahun, ia sah disebut sebagai orang dewasa di mata hukum. Dengan begitu, ia juga berhak memilih ke mana bermain sepak bola di mana.

Namun, hidup tidak pernah bertugas untuk membuatmu tersenyum terlalu cepat. Begitu dinyatakan dewasa di mata hukum, Kubo justru tak lagi dilirik oleh Barcelona. Apa boleh buat, Joan Vila, pelatih yang dulu membesut Kubo dan kawan-kawannya sudah hengkang dari Barcelona. Alih-alih membukakan pintu, Barcelona malah menolak Kubo. Alasannya sederhana: Harga Kubo terlalu mahal.

Langkah mundur Barcelona membuat Real Madrid menyusun strategi. Madrid pada akhirnya datang menyodorkan kontrak untuk Kubo. Dalam wawancara kedatangannya Kubo menjelaskan bahwa Madrid memiliki program yang jelas untuknya.

Ia tahu betul ia tidak akan langsung menjadi bintang atau pemain utama. Kubo bahkan harus angkat kaki dari Santiago Bernabeu karena dipinjamkan ke Villarreal pada 2020. Mungkin banyak yang berpikir bahwa Kubo akan berlaga bersama Madrid pada 2021. 

Sejumlah video menunjukkan bahwa Kubo adalah anak muda yang mampu membuat bola menjinak di atas kakinya. Dia seperti melompat-lompat di atas bola, lalu bola melompat-lompat di atasnya. Gerakannya membuat bola seperti menghilang, lalu muncul lagi di hadapannya. Sepanjang manuver itu, para pemain yang menghentikan langkahnya akan tampak seperti om-om kompleks yang kepayahan berlari.

Video lain menunjukkan keluwesan Kubo berbincang dengan Eden Hazard jelang sebuah sesi latihan. Berbeda dengan Hazard yang masih harus bicara dalam bahasa Inggris, Kubo dengan fasih berbicara dalam bahasa Spanyol. 

Dalam sebuah wawancara yang tayang di The Guardian, Zinedine Zidane bercerita mengapa ia tidak terhubung-terhubung amat dengan David Beckham ketika mereka membela Madrid. Zidane yang orang Prancis fasih berbicara dalam bahasa Spanyol, tetapi tidak lancar berbahasa Inggris. Sementara, Beckham hanya dapat berbicara dalam bahasa Inggris. 

Menurut Zidane, perbedaan bahasa membuat keduanya kurang klik. Ketika di lapangan, mereka memang bisa saling memahami permainan masing-masing. Namun, sepak bola bukan hanya tentang menerima umpan rekan setimmu. Sepak bola juga bicara tentang keterhubungan di luar lapangan. 

Kedekatan demikian konon membantu para pemain untuk lebih padu saat berlaga. Faktor bahasa ini pula yang membuat Luka Modric, Cristiano Ronaldo, dan--sekarang--Toni Kroos dapat nyetel dengan permainan tim.

Kubo yang menghabiskan masa remaja di Barcelona bersedia untuk mempelajari bahasa Spanyol. Kebersediaan dan kemampuan itu membantunya menyerap materi latihan dan dapat lebih dekat dengan para senior. Hampir segala sesuatu yang terlihat dari diri Kubo membuatnya pas untuk segera bersanding dengan Madrid asuhan Zidane. Meski demikian, ternyata bukan itu yang terjadi.

Setelah dipinjamkan ke Villarreal pada 2020, Kubo tidak langsung ke Madrid. Ia malah dilego ke Getafe yang sekarang kepayahan di papan tengah.

Dalam 17 pertandingan La Liga 2020/21, Getafe cuma mampu mengamankan 20 poin. Itu adalah hasil dari tujuh kekalahan serta masing-masing lima kemenangan dan imbang. Sementara, Villarreal yang baru saja ditinggalkan Kubo justru tampil menjanjikan. Tim besutan Unai Emery itu kini bertengger di peringkat empat. 

Untuk sesaat, apa yang ada di depan Kubo kembali tidak jelas. Namun, Kubo tidak datang ke Getafe tanpa tujuan. Ia menyadari bahwa yang paling dibutuhkan pemain 19 tahun sepertinya adalah jam terbang. Jika jam terbang hanya bisa didapatnya di tim seperti Getafe, Kubo pun dapat menerimanya.

"Saya masih muda dan membutuhkan jam terbang yang lebih tinggi. Saya ingin merasa menjadi seperti pesepak bola yang sesungguhnya. Hal pertama yang harus saya kerjakan adalah membantu tim mencapai target. Ini juga dapat membantu saya tumbuh sebagai pemain," tutur Kubo dikutip dari Japan Times.

12 Januari 2021 adalah pertama kalinya Kubo berlaga bersama Getafe. Ia baru bermain pada menit 65 pada laga melawan Elche. Dalam 26 menit tersebut Kubo membuat dua impak pada kemenangan timnya. Tendangan mengarah gawangnya pada menit 69 memang dapat dimentahkan oleh kiper Elche. Namun, penyelamatan sang kiper justru menghasilkan bola rebound yang langsung disambar Jaime Mata ke arah gawang dan mengantar Getafe unggul 2-1. 

Para pemain Getafe merayakan gol tersebut dengan berkerumun mengelilingi Kubo sambil menepuk-nepuk kepalanya. Barangkali, itu adalah ucapan selamat datang terbaik yang dapat diberikan Getafe kepada Kubo.

Gol ketiga Getafe pun berutang pada manuver Kubo. Umpan silangnya membuat lawan terpancing melakukan pelanggaran di kotak penalti. Sepakan Angel Rodriguez yang tidak mampu dibendung kiper memastikan Getafe menutup laga dengan kemenangan 3-1.

***

Orang-orang Jepang terbiasa dengan cerita yang tidak selesai. "Snow Country" karangan Yasunari Kawabata, misalnya. Halaman terakhir novel itu diisi dengan fragmen api yang melahap balai desa tempat pemutaran film. 

Salah satu karakternya digambarkan terjatuh dari balkon. Saat berlari ke arahnya, sang protagonis malah tersandung kerumunan orang yang berdesakan menyelamatkan diri. Lantas, Kawabata menutup novel itu dengan kalimat serba-tanggung ini: Ia masih bisa bertahan dan ketika menengadah ke atas terasa seolah-olah Bima Sakti itu berdesir mengalir ke dalam dirinya.

Tidak ada yang bisa menebak apa yang terjadi pada si tokoh utama. Dia bisa saja mati dilahap api, bisa saja selamat karena seharusnya orang yang bisa melihat Bima Sakti masih memiliki waktu untuk menyelamatkan diri. Namun, Kawabata membiarkannya begitu saja. Ia memberikan ruang luas kepada pembaca untuk menerkanya sendiri.

Perlakuan serupa juga terjadi pada manga Doraemon. Cerita terhenti di cerita Manusia dari Planet Garapa pada chapter 15 volume 45 tanpa tanda-tanda manga itu akan berakhir.

Pada 1986 mala datang menghajar. Fujimoto mendapati bahwa ia mengidap kanker. Barangkali dari situ ia fokus pada pengobatannya. Dua tahun setelah volume 45 yang rilis pada 1994 itu, Fujimoto meninggal dunia. Lalu yang terdengar setelahnya, kisah Doraemon dan kawan-kawannya terhenti begitu saja. Tidak ada yang tahu pasti apakah keinginan Sewashi bisa terwujud dalam versi aslinya.

Terlepas dari perpisahan dan kabar lelayu tersebut, cerita Doraemon yang tak selesai itu seperti ironi. Fujimoto yang menggambarkan Doraemon sebagai bagian dari masa depan justru enggan membuka seperti apa masa depan Nobita. Lewat perlakuan itu Fujimoto seperti ingin bertutur bahwa terkadang masa depan bukan persoalan yang kelewat penting.

Serupa sang mangaka, barangkali Kubo harus memperlakukan masa depannya sebagai perkara yang biasa-biasa saja. Bagaimanapun tidak ada yang dapat menjawab dengan pasti apakah perjalanan Kubo sekarang bakal berakhir persis seperti yang diinginkannya. 

Maka, satu-satunya hal yang bisa dilakukan Kubo adalah tetap turun arena. Dengan sepatunya, Kubo mengusir cerita-cerita buram dan menakutkan tentang masa depan. Bersama teman-temannya ia mengupayakan kemenangan, menanggung kekalahan, lantas membuktikan bahwa di lapangan bola sana, selalu ada tempat bagi anak muda sepertinya.