Talenta Tyrell Malacia

Foto: @ManUtd.

Hanya dalam hitungan hari, Malacia berubah halauan. Dari tim antik Prancis ke klub penuh historis di Inggris. Setelah membajak Lyon, Manchester United memperkenalkan Malacia sebagai rekrutan pertama di era Ten Hag.

Tyrell Malacia barangkali tak pernah menyangka akan bergabung dengan Manchester United secepat ini. Yang ada dibayangannya adalah Olympique Lyon. Sepanjang musim panas ini, hanya mereka yang paling serius menginginkannya. Lyon bahkan sudah merogoh duit senilai 13 juta euro plus tambahan 2 juta lagi lewat berbagai klausul. Tinggal bayar semuanya rampung.

Bila betulan deal, hijrah ke Lyon bukan merupakan keputusan buruk buatnya. Kendati absen mentas di kompetisi Eropa musim depan, ekosistem Les Gones cocok untuk mengembangkan potensi Malacia. Mereka dihuni oleh para pemain muda berbakat dan dikepalai oleh Peter Bosz yang notabene berasal dari Belanda juga.

Tapi, ujug-ujug United datang. Mereka memotong negoisasi antara Lyon dan Feyenoord dengan menaikkan tawaran 2 juta lebih banyak. Arus mimpi Malacia kemudian berubah hanya dalam hitungan hari. Dari tim antik Prancis ke klub historis di Inggris.

“Adalah perasaan yang luar biasa bisa bergabung dengan Manchester United. Ini babak baru bagiku, liga baru dengan rekan satu tim baru, serta manajer hebat yang akan memimpin kami,” ucap Malacia dilansir situs resmi United.


Sudah tentu kata “manajer hebat” mengacu kepada Erik ten Hag. Dialah otak di balik transfer ini. Sebegitu penginnya dia memasukkan Malacia dalam proyek barunya. Ten Hag bahkan sudah mengincar pemain berdarah Suriname itu sejak masih melatih Ajax Amsterdam. Akan tetapi, dia tak cukup berani menebusnya dari Feyenoord—mengingat besarnya rivalitas kedua kubu.

Karena batasan itu sulit dilewati, yang bisa dilakukan Ten Hag saat itu hanya melemparkan pujian kepada Malacia. Itu betulan dilakukannya usai duel De Klassieker pada Maret lalu. “Bocah di pos bek kiri itu luar biasa. Perhatikan dia," kata Ten Hag kepada asistennya, Michael Reiziger dan Winston Bogarde. Ya, Malacia memang bukan bocah sembarangan.

***

Malacia lahir dan bertumbuh di Rotterdam Selatan. Kecintaannya kepada sepak bola mendorongnya bergabung ke akademi Feyenoord. Usianya baru sembilan tahun ketika itu.

“Tidak begitu banyak masalah dalam sepak bola, hanya lebih ke disiplin dan taat aturan,” katanya ketika merenungkan beberapa tahun pertamanya di Feyenoord, dilansir RTY Rijnmond.

“Aku hanya ingin bermain sepak bola. Pernah beberapa kali terlintas untuk berhenti, tetapi ayahku selalu bisa menuntunku untuk melihat jalan yang benar. Aku bersyukur akan itu,” imbuhnya.

Apa yang dilalui Malacia sepadan yang dia dapatkan. Setelah melewati hampir semua level umur Feyenoord, akhirnya dia meraih kontrak profesional pada usia 16 tahun. Statusnya sebagai personel U-16 kemudian naik ke U-19 dan masuk ke A-selectie (tim utama) di awal musim 2017/18.

Thanks to Giovanni van Bronckhorst yang memberikan kepercayaan kepadanya. Di bawah pimpinannya, Malacia mendapatkan debutnya bersama De club aan de Maas. Malah, dia lebih dulu tampil penuh di Liga Champions sebelum akhirnya mentas pertama kali di Eredivisie.

“Aku mengamati Tyrell sejak masih di tim yunior. Ketika melihatnya bermain dan aku menyadari bahwa dia melakukannya dengan sangat baik di usia yang sangat muda," ucap Van Bronckhorst.

Musim perdana Malacia berjalan yang manis. Dia tampil 14 pertandingan di lintas kompetisi dan Feyenoord meraih dua gelar sekaligus di musim itu, KNVB Cup dan Johan Cruyff Shield.

Masa-masa sulit sempat datang ketika Jaap Stam menggantikan van Bronckhorst yang hijrah ke klub Liga Super China, Guangzhou R&F. Menit bermainnya berkurang, seiring dengan kansnya untuk menggeser Ridgeciano Haps di pos full-back kiri. Untungnya itu tak berjalan lama. Belum genap setengah musim, Stam dipecat dan Dick Advocaat ditunjuk sebagai pengganti.

Mulai dari sini eksistensi Malacia kembali menebal. Tak hanya menjadi pilihan utama di Feyenoord, perlahan dia juga mengukuhkan diri sebagai salah satu full-back terbaik Belanda. Itu diperkuat dengan pemanggilannya ke Timnas Belanda pada Kualifikasi Piala Dunia 2022 pada september tahun lalu.

Lantas, seberapa besar kans Malacia untuk moncer dengan seragam barunya?

Begini, full-back merupakan salah satu komponen penting buat Ten Hag. Ketika menguasai bola, dia meginstruksikan anak asuhnya untuk membentuk pola 2-3-5 atau 3-2-5. Ya, sedikit mirip dengan skema yang diterapkan Pep Guardiola.

Dalam prosesnya, salah satu full-back akan didorong maju demi melengkapi shape 5 pemain di depan. Di musim lalu, Ten Hag menyerahkannya kepada Daley Blind di pos full-back kiri. Sementara Noussair Mazraoui pada spot sebaliknya, cenderung bergerak ke tengah.

Intinya, Ten Hag menuntut para pemainnya untuk mengisi semua koridor lapangan (flank/sayap, half-space, tengah) ketika sudah memasuki area lawan. Dengan begitu mereka mempunyai banyak opsi karena semua berpeluang untuk berkontribusi dalam aksi ofensif. Malacia, punya potensi untuk merealisasikan itu.

Di Eredivisie musim lalu, tak ada pemain belakang yang lebih eksplosif darinya. Malacia memimpin jumlah tembakan, take-ons, dan through balls, sebagaimana data yang dirilis Squawka. Bahkan, bila dikomparasi dengan seluruh bek di lima liga top Eropa, kuantitas tembakan Malacia hanya kalah dari Joao Cancelo.

Dengan berbagai fitur ofensif itu, kedatangan Malacia di atas kertas bakal meng-upgrade sektor full-back kiri United musim depan. Statistik aksi serangannya cukup dominan dibanding Luke Shaw dan Alex Telles.

Foto: Squawka.

Bagaimana dengan aksi bertahan? Well, ini yang menarik. Kendati punya kecenderungan tinggi dalam menyerang, kemampuan defensif Malacia juga terbilang oke. Persentase kemenangannya di duel bola bawah mencapai 55,7%, masih lebih baik dari Shaw dan Telles. Pun dengan rata-rata tekel per 90 menit yang menyentuh 2,8. Dari kedua seniornya itu, Malacia hanya kalah soal rerata intersep dan blok.

***

Secara matematis, langkah United mendatangkan Malacia bisa dibilang tepat. Kapan lagi mereka mendapatkan pemain muda potensial dengan harga ekonomis? Permintaan langsung dari Ten Hag pula. 

Atau, jangan-jangan kalian berada di pihak Louis van Gaal yang pesimistis dengan kepindahan Malacia. Entah tendensius atau tidak, arsitek Belanda itu blakblakan mengatakan bahwa keputusan Malacia ke United adalah langkah keliru.

Siapa yang bisa dipercaya? Ten Hag si pelatih baru atau Van Gaal si orang dulu?