Tanah Kebahagiaan João Pedro

João Pedro merayakan gol untuk Cagliari. (Instagram/@cagliaricalcio)

João Pedro bukan orang asli Italia. Namun, Italia adalah tanah yang telah memberi kebahagiaan kepadanya. Dia pun siap memberikan segalanya untuk Timnas Italia ketika dibutuhkan nanti.

Belum juga genap setengah tahun Italia menjadi juara Eropa, krisis sudah di depan mata. Penampilan buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2022 membuat mereka gagal meraih tiket lolos otomatis. Italia harus berlaga pada babak playoff dan, apabila penampilan tak membaik, anak-anak asuh Roberto Mancini tersebut terancam tidak lolos ke Piala Dunia untuk kali kedua secara beruntun.

Ada beberapa problem di Timnas Italia sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2022, tetapi yang paling kentara adalah soal ketajaman lini depan. Dalam lima pertandingan, Italia cuma bisa mencetak tujuh gol, dengan lima di antaranya dicetak dalam satu laga kontra Lithuania. Artinya, dalam empat partai lain, Italia cuma mengemas dua gol.

Keempat laga yang dilalui Italia itu, masing-masing melawan Bulgaria, Swiss (dua kali), dan Irlandia Utara, semuanya berakhir imbang. Akibatnya, tiga kemenangan yang diraih sebelum Piala Eropa (melawan Bulgaria, Irlandia Utara, dan Lithuania) jadi sia-sia. Italia cuma bisa meraup 16 poin dan finis di urutan kedua grup, di bawah Swiss.

Lini depan Italia sebetulnya sudah tampak mengkhawatirkan sejak Piala Eropa lalu. Posisi penyerang tengah secara khusus menjadi titik lemah meski dihuni nama-nama yang cukup kondang: Ciro Immobile dan Andrea Belotti.

Sepanjang Piala Eropa, tak ada pemain Italia yang punya catatan gol menonjol. Immobile, Federico Chiesa, Lorenzo Insigne, Manuel Locatelli, dan Matteo Pessina masing-masing mencetak dua gol, sementara Leonardo Bonucci dan Nicolo Barella sama-sama mengoleksi satu gol. Mereka juga terbantu oleh satu gol bunuh diri pemain Turki, Merih Demiral.

Mandulnya lini depan Italia itu berlanjut seusai turnamen. Dalam empat laga kontra Swiss, Bulgaria, dan Irlandia Utara tadi, Italia selalu bisa mencatatkan dua digit tembakan di tiap laganya, tetapi yang dikonversi jadi gol cuma dua. Bahkan, dari dua gol itu, cuma satu yang diciptakan oleh pemain depan (Chiesa pada laga melawan Bulgaria).

Persoalan mencetak gol ini bisa juga diatribusikan pada cara bermain mereka secara keseluruhan. Cedera yang dialami Leonardo Spinazzola pada Piala Eropa masih sangat berpengaruh pada permainan Gli Azzurri. Serangan Italia, meski menelurkan banyak sekali tembakan, tidaklah semematikan ketika ada Spinazzola.

Bek Roma itu seperti jadi pemain depan tambahan di sayap kiri yang memungkinan Insigne untuk tampil lebih ke tengah untuk berkolaborasi dengan Immobile. Tanpa Spinazzola, rencana permainan Mancini berantakan dan hal ini belum bisa dicari solusinya sampai sekarang. Namun, hal ini tetap tidak bisa dijadikan alasan di balik mandulnya lini depan Italia.

Maka, Mancini dan FIGC pun memutar otak. Apabila stok penyerang yang selama ini jadi andalan tak lagi bisa diandalkan, mereka harus menjajal alternatif baru. Belakangan, muncullah dua nama. Yang pertama, Lorenzo Lucca, striker muda milik klub Serie B, Pisa, yang cukup moncer bersama Timnas Italia U-21.

Nama kedua adalah João Pedro.

***

Dilihat dari namanya saja sudah bisa disimpulkan bahwa João Pedro bukan orang asli Italia. Pria bernama lengkap João Pedro Geraldino dos Santos Galvão itu lahir di sebuah kota bernama Ipatinga yang terletak di negara bagian Minas Gerais, Brasil.

João Pedro di Atlético Mineiro. (Twitter/@DMXBH)

João Pedro memulai karier bersama klub terbesar dari negara bagian Minas Gerais, Atlético Mineiro. Dia bergabung dengan akademi Atlético Mineiro pada 2006, ketika dirinya berusia 14 tahun. Enam tahun berselang, João Pedro dipromosikan ke tim utama oleh pelatih kenamaan Vanderlei Luxemburgo yang dulu pernah menangani Real Madrid.

Meski tidak berhasil mencetak gol pada setengah musim pertama bersama Atlético Mineiro, bakat João Pedro sudah tercium sampai ke benua Eropa, tepatnya ke sebuah pulau di Laut Tengah bernama Sisilia. Klub kebanggaan Sisilia, Palermo, merasa João Pedro sudah cukup bagus untuk berkiprah di Eropa. Mereka pun menebus kontrak João Pedro dengan mahar 2,5 juta euro.

Pada musim perdana bersama Palermo, João Pedro sudah dipercaya turun di ajang Liga Europa dan Serie A. Akan tetapi, dia rupanya belum sesiap yang dipikirkan para petinggi klub. João Pedro beberapa kali dimainkan di tim Primavera sebelum akhirnya dipinjamkan ke klub Portugal, Vitória de Guimarães, pada pertengahan musim 2010/11.

Bersama Vitória, João Pedro ternyata gagal bersinar. Bahkan, dia terlibat perseteruan dengan wakil presiden klub, Paulo Pereira, karena marah saat diganti. Alhasil, João Pedro cuma turun dalam enam pertandingan bersama Vitória. Di Italia, Palermo pun perlahan mulai kehilangan kepercayaan pada dirinya.

Setelah tak dimainkan sama sekali pada paruh pertama musim 2011/12, dia dipinjamkan ke klub Uruguay, Peñarol. Di sinilah João Pedro baru mulai menemukan penampilan terbaiknya. Tampil 23 kali di liga dan Copa Libertadores, dia berhasil menorehkan 7 gol dan 9 assist.

Karena itu, pada Juli 2012, Santos akhirnya mau menebus João Pedro secara permanen dari Palermo. Sayangnya, di klub yang membesarkan Pele itu, João Pedro lagi-lagi gagal bersinar. Dia tak mampu bersaing dengan pemain-pemain macam Neymar dan Felipe Anderson, memutus kontraknya, lalu hijrah ke Liga Portugal untuk memperkuat Estoril. Estoril pada musim 2013/14 itu bermain di kompetisi Eropa.

João Pedro pun tampil lumayan. Sembilan gol dan tiga assist diberikannya untuk Estoril untuk membawa klub tersebut tampil lagi di Eropa pada musim berikutnya. Di usia 22 tahun, barulah João Pedro mulai menunjukkan kematangannya.

Penampilan oke bersama Estoril tersebut membawa João Pedro kembali ke Italia. Kali ini, klub yang meminangnya tidak berasal dari Sisilia, melainkan Sardinia. Klub itu, tak lain, adalah Cagliari yang sampai sekarang masih dia perkuat.

Sudah tujuh musim João Pedro memperkuat Cagliari. Meski peraih Scudetto 1970 itu sempat terdegradasi pada musim 2015/16, João Pedro tetap dipertahankan. Dia pun saat ini menjabat sebagai kapten tim dan merupakan pemain yang tidak tergantikan di lini depan.

João Pedro bukan orang asli Italia. Akan tetapi, Italia adalah sumber dari segala kebahagiaannya. Dia kini memiliki karier yang bagus bersama Cagliari. Selama tujuh musim, dia telah bermain 246 kali dengan torehan 81 gol dan 26 assist. Dalam sejarah Cagliari, João Pedro adalah pencetak gol terbanyak keempat setelah Gigi Riva, Luigi Piras, dan David Suazo. Di Serie A, cuma Riva yang torehan golnya untuk Cagliari lebih banyak dari João Pedro.

Selain itu, meski gagal bersinar di Palermo, dia menemukan tambatan hati yang telah memberinya dua orang anak. Berkat pernikahan dengan gadis Sisilia bernama Alessandra Chiarello itu juga, João Pedro kini memiliki paspor Italia dan berhak membela tim nasional asuhan Mancini.

Sebenarnya, kiprah João Pedro di Cagliari tidak selamanya mulus juga. Pada 2018, dia pernah dikenai hukuman larangan bermain selama enam bulan karena gagal lolos tes doping sebanyak dua kali. Diketahui, dalam tubuhnya terdapat zat diuretik hydrochlorothiazide yang dilarang oleh WADA (Badan Anti-Doping Dunia).

Selain itu, temperamen juga terkadang membuat João Pedro tersandung. Pada musim 2017/18, misalnya, dia pernah dihukum tak boleh main dalam empat pertandingan karena sengaja menginjak kaki Chiesa yang waktu itu masih bermain untuk Fiorentina.

Lalu, pada masa-masa awalnya bersama Cagliari, João Pedro juga sempat tak dimainkan di posisi terbaiknya oleh pelatih Zdeněk Zeman. Oleh juru taktik asal Republik Ceska itu, João Pedro dimainkan sebagai gelandang tengah dengan peran sebagai mezzala sinistra (gelandang paling kiri dalam pakem 4-3-3).

Adalah Gianfranzo Zola yang menyadari di mana João Pedro semestinya dimainkan. Masuk menggantikan Zeman yang dipecat, Zola mulai memainkan João Pedro sebagai gelandang serang di belakang dua striker. Lalu, ketika Zola juga dipecat dan digantikan lagi oleh Zeman, João Pedro sukses mempertahankan posisinya.

João Pedro sendiri memulai karier tidak sebagai gelandang serang melainkan seconda punta alias second striker. Sebagai second striker itu dia dipercaya memperkuat Timnas Brasil di level junior bersama Neymar, Casemiro, Alisson Becker, dan Philippe Coutinho. Namun, ketika masuk tim senior Atletico Mineiro, Luxemburgo mengonversinya jadi seorang gelandang serang.

Kendati begitu, posisi hanyalah posisi. Pada praktiknya, tak jarang João Pedro tampil sebagai pemain terdepan, terutama ketika sudah mulai menemukan stabilitas karier bersama Cagliari. Itulah mengapa dia mampu mengoleksi begitu banyak gol. Selain itu, João Pedro juga merupakan eksekutor penalti utama Cagliari sehingga perbendaharaan golnya ikut terkerek.

Kini, João Pedro adalah pemain Brasil dengan jumlah gol terbanyak keenam di Serie A. Catatannya bahkan lebih bagus ketimbang Ronaldo Luiz Nazario de Lima. "Aku sudah menyalip Ronaldo 'Sang Fenomena' meski dia tampil jauh lebih sedikit ketimbang aku di Serie A. Namun, namaku akan abadi dan aku merasa sangat bahagia," ucapnya pada Agustus 2021.

Musim ini, João Pedro sudah mengemas 8 gol dan 2 assist dari 13 pertandingan. Dia punya kans besar untuk kembali mencetak dua digit gol seperti pada musim 2019/20 dan 2020/21. Catatan 8 gol itu membuat João Pedro kini duduk di posisi ketiga daftar topskorer sementara Serie A. Jumlah golnya sama dengan Duván Zapata dan cuma kalah dari Giovanni Simeone (9), Dusan Vlahović (10), dan Immobile (10).

Tidak mengherankan apabila Mancini dan FIGC mulai menjajaki kemungkinan João Pedro bermain untuk Timnas Italia. Dia dipandang sebagai alternatif terbaik untuk mengisi lini depan. Selain karena produktif dan piawai jadi eksekutor penalti, João Pedro juga memiliki cara bermain yang berbeda dari Immobile, Belotti, atau penyerang tengah Italia lainnya.

Karena posisi naturalnya adalah gelandang serang, João Pedro biasa terlibat dalam bangun serangan. Dia juga memiliki visi lebih baik untuk mengakomodasi para penyerang sayap Italia. João Pedro pun memiliki motivasi berlipat karena Italia merupakan tanah yang telah memberinya kebahagiaan.

"Sardinia adalah rumahku. Negara ini telah memberiku segalanya. Aku akan berbohong kalau bilang tidak ingin bermain untuk Timnas Italia. Aku tidak menyangka dan tidak berpikir aku pantas mendapatkannya. Kalau sudah begini, artinya aku telah melakukan sesuatu dengan benar," ucap João Pedro yang kedua anaknya lahir di Sardinia itu, dikutip dari Football-Italia.

Bersama João Pedro, FIGC juga sedang menjajaki kemungkinan dua pemain lain, Luiz Felipe dan Roger Ibañez, untuk memperkuat Timnas Italia. Dua-duanya juga berasal dari Brasil. Baik Luiz Felipe maupun Ibañez sama-sama berposisi sebagai bek tengah dan bermain di ibu kota untuk Lazio dan Roma. Kehadiran tiga pemain ini diharapkan mampu memberi angin segar bagi Gli Azzurri di playoff Piala Dunia tahun depan.

Namun, sebelum itu, tentunya João Pedro, Luiz Felipe, dan Ibañez masih harus terus membuktikan diri. Biar bagaimana juga, stok pemain Italia yang ada sekarang tetap berkualitas tinggi, terbukti dari keberhasilan menjadi juara Euro 2020. Ini mungkin akan terdengar seperti sebuah klise, tetapi bagi mereka kuncinya adalah konsistensi.