Tenang, Ada Saliba

Foto: Twitter @Arsenal

Saliba datang membawa banyak perubahan untuk Arsenal. Salah satunya adalah kenyamanan dan ketenangan di lini belakang.

Arsenal banyak melakukan penambahan pemain di bursa transfer musim panas lalu. Kebanyakan pemain yang datang mampu menembus skuad utama dan fit dengan skema yang dimainkan Mikel Arteta.

Aleksandr Zinchenko, misalnya, didatangkan dari Manchester City. Pemain asal Ukraina itu bisa menggeser posisi Kieran Tierney di pos fullback kiri. Kemampuan Zinchenko untuk masuk ke area tengah dan memberikan opsi passing membantu progresi permainan Arsenal.

Kemudian, ada Gabriel Jesus yang memberi warna di lini serang. Jesus terlihat mirip dengan Alexandre Lacazette yang acap turun ke tengah dan menjemput bola. Namun, Jesus punya kemampuan individu serta ketajaman yang berguna untuk Arsenal.

Satu lagi pemain yang hadir dan memberikan perubahan adalah William Saliba. Ketenangannya saat menguasai bola membuat permainan bola-bola pendek Arsenal mengalir dengan apik. Saliba juga mampu menggeser Ben White yang sekarang lebih sering bermain di posisi fullback kanan.


Sejak kecil gairah sepak bola mengalir dalam diri Saliba. Dari usia tiga tahun, Saliba sudah bermain sepak bola dan bercita-cita menjadi pemain profesional.

Kedua orang tuanya yang merupakan keturunan Kamerun dan Lebanon sangat mendukung keinginan anaknya di dunia sepak bola. Jersi pertama Saliba yang dihadiahkan oleh orang tuanya barangkali menjadi pijakan pertama favoritismenya dalam sepak bola. Cintanya kepada Arsenal bermula dari jersi itu.

"Ketika kecil, saya menyaksikan pertandingan Liga Champions. Namun, saya tidak bisa menyaksikan semua pertandingan. Pertama kalinya menyaksikan pertandingan Liga Champions, saya mendapatkan jersi Arsenal. Dari situ saya cinta dengan Arsenal," tutur Saliba.

Jalan Saliba untuk bermain dan menembus skuad utama The Gunners tidak mudah. Saliba kudu menimba ilmu selama kurang lebih dua musim untuk bisa tampil seperti saat ini. Ia menimba ilmu sepak bola pertama kali bersama AS Bondy. Itu adalah sekolah sepak bola yang sama dengan penyerang muda Prancis, Kylian Mbappe.

Setelah menimba ilmu di Bondy, Saliba mencoba peruntungan di FC Montfermeil. Di sana, Saliba bermain di posisi penyerang. Namun, rasa tak nyaman menghinggapinya sehingga ia memutuskan untuk bermain di posisi bek.

Baru pada musim 2016/17, Saliba memutuskan untuk pindah ke St-Etienne. Bersama St-Etienne juga Saliba mendapatkan kesempatan mentas untuk tim utama. Tercatat, Saliba mentas sebanyak 36 kali untuk St-Etienne. Setahun kemudian, bakatnya tercium oleh tim-tim besar Eropa.

Sebenarnya, Saliba menjadi rebutan dua tim London Utara, Arsenal dan Tottenham. Akan tetapi, cinta pada The Gunners membuatnya tak sulit untuk memilih.

Saliba tak serta-merta menembus skuad utama Arsenal. Pemain kelahiran 24 Maret itu dipinjamkan ke tiga tim Prancis dalam dua musim belakangan. St Etienne, OGC Nice, hingga Marseille menjadi tempat singgah Saliba sebelum masuk skuad utama Arsenal.

Sampai akhirnya, musim 2022/23, Saliba mendapat ruang yang begitu diidam-idamkannya. Mikel Arteta mulai percaya dengan Saliba dan memutuskan sang pemain menjadi bagian penting skuad Arsenal musim ini.

****

Saliba dan Gabriel Magelhaes adalah duet yang sempurna untuk lini belakang Arsenal. Keduanya melahirkan keseimbangan di lini pertahanan. Saliba bermain kokoh dengan kaki kanannya dan Gabriel bertahan tangguh dengan kaki kirinya.

Keduanya juga memiliki kemampuan passing yang sangat baik. Bersama Marseille musim lalu, Saliba mencatat 4,48 progressive passing per 90 menit.

Lalu, bagaimana dengan musim ini?

Sepanjang pertandingan yang sudah dimainkan, Saliba tak sekalipun absen. Bek yang sudah memiliki caps bersama Timnas Prancis itu sudah mencatatkan rata-rata 3,31 progressive passes musim ini.

Saliba juga memiliki akurasi passing yang sangat apik. Sejauh ini, akurasi umpannya di Premier League mencapai 92,78%. Ia pun memantapkan keberadaannya sebagai ornamen penting pertahanan Arsenal dengan mencatatkan 279 forward passing.

Saliba piawai dalam menghentikan serangan. Narasi ini dibuktikan dengan rata-rata 1,45 tekel dan 1,1 intersep yang dibukukannya per 90 menit.

Satu lagi yang membuat Saliba spesial adalah kemampuannya lepas dari pressing. Poros kualitas ini adalah ketenangannya saat menguasai bola. Tekanan lawan tak sanggup membuatnya panik. Hal ini pula yang menjadikan Arsenal sebagai tim komplet, tajam saat menyerang dan kokoh saat bertahan.

Kualitas bertahan yang mumpuni di era sepak bola modern tidak hanya berbicara tentang keberhasilan merebut atau mempertahankan bola. Setiap lini dalam suatu tim saling berkelindan. Itu berarti, buruknya pertahanan berpotensi merusak aksi ofensif.

Contoh nyata keterikatan antar-lini adalah gol Gabriel Martinelli ke gawang Liverpool. Lesakan itu dimulai dari ketenangan Saliba yang sukses melepaskan diri dari tekanan para penyerang Liverpool.

Kehadiran Saliba adalah ornamen penting bagi fleksibilitas taktik Arteta. Kemampuannya bermain melebar membuat kans bermain tiga bek di tengah pertandingan terbuka. Kecepatannya juga membuat Arsenal nyaman bermain high press. Di situ, Saliba akan berdiri cukup tinggi untuk bisa segera menghentikan alur serangan lawan.

****

Arsenal tampil solid di awal Premier League 2022/23. Buktinya, Arsenal berhasil mengamankan sembilan kemenangan dalam 11 pertandingan. Tak hanya itu, mereka juga baru kebobolan 11 gol. Jumlah itu merupakan yang terendah kedua, sejajar dengan Manchester City dan Chelsea.

Ketangguhan Saliba sebagai pemain bertahan tak hanya memperkokoh, tetapi juga memastikan alur serangan Arsenal menjadi lebih lancar. Kedua kualitas itu barangkali tidak akan membuatnya ditetapkan sebagai kepingan terakhir kekuatan Arsenal. Akan tetapi, boleh jadi Saliba bakal menjadi pemain yang tak terganti karena kini dialah yang menyangga permainan superior Arsenal.