Tentang Anak Ajaib Bernama Jamal Musiala

Foto: Twitter @Squawka

Jamal Musiala tak ubahnya bocah yang terlalu cepat kecemplung dalam dunia orang dewasa yang rumit. Ia menjanjikan, tetapi tentu saja masih memiliki ruang untuk berkembang.

Kisah tentang anak ajaib di sepak bola memang kerap mengundang perhatian. Dengan usianya yang masih muda, ia mampu menggebrak dunia sepak bola profesional yang keras dengan keluguan khas remaja. Ia melawan dunia dengan kepolosan tiada tara.

Hal itu sama seperti kisah anak ajaib yang diperankan Joshua Suherman dalam sinetron berjudul 'Anak Ajaib'. Meski memang sejatinya sang anak adalah robot ciptaan, ia tetap lugu dan mampu menentang dunia orang dewasa yang rumit serta penuh liku-liku, dengan kelucuan yang kadang justru bikin orang dewasa terkekeh.

Kiranya, itu juga yang sedang dialami Jamal Musiala sekarang. Meski usianya baru menginjak angka 17 tahun, Musiala sudah mampu mendobrak dunia sepak bola profesional lewat gaya main yang mungkin bisa kita sebut lugu.

***

“Saat orang, butuh ditolong, kau bagai malaikat

Saat orang, sedang bersedih, kau buatnya, tertawa, ha ha ha ha…”

Musiala lahir di Stuttgart, 26 Februari 2003. Walau lahir di Jerman, Musiala banyak menghabiskan waktu di Inggris. Bahkan, sejatinya Musiala juga tidak belajar menyepak bola di Bayern Muenchen, klubnya saat ini. Ia belajar di Akademi Chelsea.

Barulah ketika Musiala berusia 16 tahun, ia hijrah ke Bayern Muenchen. Sempat bermain sebentar di tim Bayern Muenchen II, Musiala langsung memulai debutnya bersama tim senior Bayern dalam laga Bundesliga melawan SC Freiburg.

Kehadiran Musiala di Bundesliga inilah yang menghadirkan keriuhan. Memasuki musim 2020/21, ia rutin mendapatkan jam terbang di bawah asuhan Hansi Flick, lalu menjelma jadi anak ajaib di Bundesliga, bersama dengan sosok-sosok lain macam Giovanni Reyna maupun Jan Thielmann.

Musiala juga memberikan dimensi permainan yang baru di skuad Bayern lewat dua kemampuan utama yang ia miliki: Dribel dan mencetak gol. Saat ia mendribel, bola begitu lekat di kakinya. Tak heran, sejauh ini Musiala jadi pemain dengan rataan dribel per laga tertinggi di Bayern pada ajang Bundesliga, yakni 1,5 kali.

Berkat kemampuan dribelnya ini juga, Musiala mampu beroperasi di banyak posisi di lini serang. Ia bisa menjadi gelandang serang, atau winger dengan peran yang lebih inverted. Gol-nya lawan Schalke 04 di ajang Bundesliga mencerminkan bahwa Musiala juga punya kemampuan cut-inside yang sama berbahayanya dengan Arjen Robben.

Karena kebiasaannya dalam melakukan aksi cut-inside ini, jangan heran jika catatan tembakan per laga Musiala terbilang tinggi, yakni 0,9 kali (tertinggi ke-9). Satu hal lain yang bikin Musiala makin mengerikan adalah kemampuannya dalam melepaskan umpan terukur.

Ketika tidak dimainkan sebagai winger, Musiala kerap dimainkan sebagai gelandang serang di belakang penyerang. Nah, di sini, kemampuan Musiala dalam melepaskan umpan terukur mulai tampak. Jadi, Musiala biasanya akan banyak turun ke area tengah, menjemput bola, lalu menyambungkannya ke lini serang.

Berdasarkan statistik dari Total Football Analysis, 87% umpan dari Musiala mengarah ke depan dan semua umpan tersebut berakhir sukses. Sekadar informasi, torehan Musiala ini jadi yang tertinggi dibanding para pemain Bayern lain di lini serang.

Musiala juga punya ancaman gol yang nyata buat lawan. Catatan angka xG (expected goals) mencapai 1,36, tertinggi kelima di antara para pemain Bayern yang lain. Ia cuma kalah dari Leon Goretzka, Serge Gnabry, Thomas Mueller, dan tentunya Robert Lewandowski.

Sebagai anak ajaib, Musiala beberapa kali mampu menolong Bayern lewat kemampuannya ini, dribel dan ancaman gol. Hasilnya, Bayern yang tertolong pun menjadi senang dan kerap meraih hasil positif. Maka, tak heran tawa selalu terpancar di wajah Flick saat ini.

***

Dalam sinetron 'Anak Ajaib' ini, meski Joshua memiliki kemampuan yang ajaib untuk ukurang seorang anak, sifat kekanak-kanakannya tetap tidak hilang. Ia acap usil kepada Pak Blangkon dan pamannya sendiri (diperankan Sion Gideon).

Begitu juga Musiala. Ia memang satu dari sekian anak ajaib yang muncul di Bundesliga musim ini. Namun, bukan berarti ia tidak punya ruang untuk improvisasi. Tabiatnya sebagai remaja membuat ia kerap melakukan sesuatu seenak sendiri, tanpa melibatkan pemain lain di tim.

Ia memang andal melepas umpan akurat ke arah kotak penalti. Namun, perlu diketahui jika rataan assist per laga milik Musiala cuma 0,12. Ia juga lebih sering membawa bola sendiri ke kotak penalti lalu mengakhirinya dengan tendangan. Kaki kirinya pun tidak seberapa kuat.

Dengan level permainan Bayern yang tinggi, Musiala tentu harus meningkatkan aspek-aspek dalam dirinya yang masih kurang. Apalagi, Bayern juga nantinya bisa saja bertemu lawan yang cerdas secara taktikal. Musiala yang asal-asalan membawa bola tentu bisa mereka hentikan dengan mudah.

Tidak bisa dimungkiri, Jamal Musiala memang anak ajaib. Tetapi, tidak seperti Joshua di sinetron 'Anak Ajaib' yang terus menjadi anak kecil, Musiala punya masa depan di hadapan matanya yang mesti ia hadapi. Alhasil, ia perlu mengembangkan kemampuannya agar kelak bisa selamat dalam rimba sepak bola profesional.