The Ruben Dias Effect

Foto: @rubendias.

Tidak hanya tangguh, Dias juga memiliki jiwa kepemimpinan yang berguna untuk membakar semangat rekan-rekannya, di lapangan maupun ruang ganti.

Memori Dalcio akan sosok Ruben Dias masih melekat meski tidak paripurna. Ketika itu, Dias masih berusia 11 tahun. Namun, Dalcio memandang ada yang istimewa dari rekan setimnya itu.

Dias, kata Dalcio, memiliki jiwa kepemimpinan. Meski tidak ada ban kapten yang melingkar di lengannya, Dias tahu betul bagaimana caranya membangun komunikasi dan memperkokoh pertahanan.

Kata-kata Dias sepanjang pertandingan sering menyulut motivasi rekannya. Ia tidak selalu berkomunikasi dengan omong-omong, tetapi juga raut wajah dan gerak tubuh. Apa yang ingin disampaikannya selalu sampai kepada rekan-rekannya.

"Semua orang mengakui bahwa ia adalah pemimpin di lapangan," kata Dalcio kepada The Guardian.

Dalcio tidak heran jika Dias dapat menjadi kapten di semua kelompok umur Benfica. Jauh sebelum Dias menjadi kapten Manchester City, Dalcio punya keyakinan bahwa rekan setimnya itu akan menjadi kapten klub level dunia suatu hari nanti.

Tidak hanya Dalcio yang mendeteksi jiwa kepemimpinan dalam diri Dias. Pelatih Benfica B, Nelson Verissimo, punya penilaian serupa. Bagi Verissimo, Dias adalah pemimpin di dalam maupun luar lapangan.

Ketenangan, kemampuan oraganisasi, dan adaptif, adalah deretan atribut Dias yang membuat pelatih Benfica di semua usia menaruh kepercayaan besar. Semakin paripurna karena Dias selalu bekerja keras menjaga kebugaran dan selektif memilih asupan.

Profesionalitas Dias pun menular kepada rekan-rekannya. Semua pemain seakan-akan didorong melakukan apa-apa yang juga dilakukan Dias.

"Dias bekerja dengan beberapa pelatih (di Benfica), dan kami semua memiliki pendapat yang sama," kata Verissimo. "Itu karena kualitas, komitmen, konsentrasi, dan kerja kerasnya."

***

Jika menunjuk salah satu tim Premier League yang performanya paling meyakinkan sepanjang musim 2021/22, Manchester City ada di barisan terdepan. Status sebagai pemuncak klasemen sementara disusul 11 kemenangan beruntun di liga.

Konsistensi The Citizens musim ini beririsan dengan formula Pep Guardiola sebagai juru taktik. Bagaimana ia membentuk tim yang produktif dan agresif dengan lini belakang yang kokoh, terutama meredam serangan balik lawan.

Dalam 21 laga di Premier League edisi 2021/22, City rata-rata mencetak 2,5 gol per laga. City baru kemasukan 13 gol dalam kurun tersebut. Catatan itu membuat City menjadi klub paling tangguh di Premier League.

Guardiola masih teguh menerapkan 4-3-3 meski beberapa laga memakai 4-2-3-1. Saat fase menyerang, ia pun tidak berpaling dari format 2-3-5 atau 3-2-5. Full-back akan naik sangat tinggi untuk menciptakan overload. Sedangkan dua gelandang bergerak dinamis untuk mengekspos ruang-ruang di kotak penalti.

Yang membedakan serangan City musim ini dengan musim-musim sebelumnya adalah jarak antarpemain. Guardiola menggalang sistem serangan rapat dan dinamis. Hal itu bertujuan supaya umpan-umpan pendek di sepertiga akhir berjalan optimal.

Kerapatan itu tidak hanya berpengaruh pada efektivitas serangan City, tetapi juga meredam serangan balik. Lah, kok, bisa? Itu karena saat City menyerang bentuk pertahanan lawan akan padat pula. Area umpan lawan untuk menggelar serangan balik cepat mengecil.

Bila ada kesempatan melepaskan operan jauh, penyerang maupun pemain cepat lawan membutuhkan waktu lebih panjang untuk mengejar bola. Waktu itu digunakan City untuk segera membentuk format bertahan.

Namun, seperti kata Guardiola, skema itu tidak bisa berjalan baik jika pemain bertahan acap melakukan kesalahan, entah saat menutup ruang di belakang, melakukan pressure, maupun menekel lawan.

Kesalahan-kesalahan yang sering menjadi petaka tersebut berhasil ditekan oleh pemain bernama Ruben Dias. Dias, kata Guardiola, tidak hanya punya kapasitas dan kapabilitas bertahan yang oke, tetapi juga mendorong sekaligus mengarahkan rekannya untuk mengejawantahkan skema bermain dengan baik.

"Ia adalah pemain yang membuat orang lain bermain bagus juga,” kata Guardiola dilansir The Athletic.

Impak kedatangan Dias sebenarnya sudah terasa musim lalu. Harga 68 juta euro untuk seorang pemain berusia 23 tahun, yang pada awalnya dianggap sebagai perjudian besar, menjadi pembelian terbaik City musim lalu.

Pasca-kedatangan Dias, City berhasil menggamit trofi Premier League 2020/21 dan menembus final Liga Champions sebelum keok 0-1 dari Chelsea. Kemudian, lini belakang City jadi tangguh. Mereka menjadi klub paling sedikit kebobolan yakni 32 gol.

"Kemampuannya luar biasa. Ia memahami permainan. Ia ingin belajar dan kami semua terkesan dengan betapa disiplinnya ia merawat fisik dan pikirannya. Sehari setelah bermain, jam 8-9 pagi, ia ada di gym. Ia membuat rutinitasnya dengan sempurna," kata Guardiola memuji Dias.

"Saya dapat meyakinkan semua orang bahwa kami berhasil mendatangkan pemain luar biasa untuk lima, enam, atau tujuh tahun ke depan. Dan itu tidak mudah ditemukan," imbuhnya.

Dias bukan bek agresif yang intens memberikan tekanan kepada lawan. Sebelum menekan atau menekel, ia selalu menjaga jarak dan memperlihatkan arah bola. Sehingga, keputusan-keputusannya selalu tepat. Tidak heran jika, mengacu data FBref, persentase pressure suksesnya mencapai 43,4 persen.

Merujuk data FBref, Dias menjadi pemain terbanyak kedua setelah Joao Cancelo dalam menyentuh bola yakni 1.577 kali. Ia juga memiliki jumlah operan sukses terbanyak kedua (1.353 operan), lagi-lagi setelah Cancelo, dengan akurasi 94 persen.

Catatan itu tidak lepas dari build-up City yang menitikberatkan pada umpan-umpan pendek dari belakang. Berdasarkan catatan itu juga, kita bisa menilai Dias mampu menunaikan peran sebagai ball-playing center back dengan optimal.

Ketika fase bertahan, Dias menjadi pemain paling vokal mengarahkan rekannya. Dalam beberapa laga, kita pun akan melihat bagaimana tangan Dias begitu aktif menunjuk ruang-ruang kosong yang harus segera ditutup oleh rekan-rekannya.

Apa yang dilakukan Dias selama satu musim membuat Guardiola terkesima. Ia pun tidak ragu memasukkan Dias dalam daftar kapten City bersama Fernandinho dan Ilkay Guendogan.

Sebagai kapten, tugas Dias tentu bertambah. Ia tidak hanya diharapkan menyelesaikan problem di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Fernandinho pun sempat bercerita soal betapa berat beban hidupnya usai didaulat menjadi kapten City.

"Jika saya memiliki rambut, tidak diragukan lagi, sudah pasti beruban," kata Fernandinho kepada Fred Caldeira dari TNT Sport

Namun, kita tidak bisa meremehkan Dias dengan tugas barunya tersebut. Coba simak penilaian Cancelo soal kepemimpinan Dias.

"Dias datang dan kemampuan bahasa Inggris-nya sudah sangat sempurna. Rekan setimnya kagum dengan kepemimpinan yang dia miliki di atas lapangan maupun ruang ganti. Ketika di Benfica dulu, pelatih mengatakan Dias terlahir sebagai seorang pemimpin," ucap Cancelo.

Dengan formula yang tepat dari Guardiola dan keberadaan Dias di lini belakang, bukan tidak mungkin, City bisa mengawinkan trofi .......

Ah, sudah, lah. Kebanyakan orang, khususnya warga net +62, hanya menilai keberhasilan City karena duit, duit, duit, dan duit. Formula Guardiola dan Dias effect berada di nomor sekian.