The Three Musketeers Atletico Madrid

Foto: Instagram @atleticomadrid

Laiknya D’Artagnan yang bakal luntang-lantung jika tidak bertemu ketiga Musketeer, Atletico mungkin babak belur jika tidak ditopang Carrasco, Correa, dan Trippier.

Tanpa Athos, Porthos, dan Aramis, Charles de Batz de Castelmore d’Artagnan hanya akan jadi gembel di jalanan Paris.

D’Artagnan menjalani kehidupan yang seru berkat pertemuan dengan ketiganya. Impiannya menjadi Musketeers of the Guard boleh sirna karena pada akhirnya ia memang tergabung dalam satuan pasukan milik De Essarts. Namun, pertualangan demi pertualangan menghiasi perjalanan hidupnya.

Rasa ingin tahu D’Artagnan yang besar terkadang membawanya pada masalah. Untunglah Athos, Porthos, dan Aramis selalu menemaninya dalam situasi tak sedap. Meski bukan seorang Musketeers, D'Artagnan ikut baku hantam melawan musuh, menyelesaikan masalah, dan melanglang-buana ke Inggris untuk membereskan konflik.

Meski mereka bersahabat, gelar Three Musketeers tetap menjadi milik Athos, Porthos, dan Aramis. D'Artagnan tidak menjadi Musketeer keempat. Ia adalah orang yang hidupnya ditolong para Musketeers tersebut. Itulah garis besar dari cerita novel The Three Musketeers karangan novelis asal Prancis, Alexandre Dumas.

***

Kieran Trippier, Yannick Carrasco, dan Angel Correa memang tidak memiliki senjata laras panjang laiknya para Musketeers Prancis zaman dahulu. Mereka cuma punya kaki dan kepala yang menjadi andalan dalam menjalani peran sebagai pesepak bola. Namun, musim ini tampaknya bakal istimewa; bahkan bisa seistimewa kisah Three Musketeers.

Atletico sedang bertengger di posisi kedua La Liga 2020/21 dengan torehan 35 poin, hasil dari 11 kemenangan, 2 imbang, dan 1 kekalahan. Mereka kembali menjadi salah satu kandidat peraih gelar juara liga.

Di balik impresifnya penampilan Los Colchoneros, sejumlah pemain tampil ciamik. Bicara soal Joao Felix dan Luis Suarez sudah tentu. Sejauh ini, mereka menjadi pencetak gol terbanyak Atletico di ajang La Liga (8 gol untuk Suarez dan 5 gol untuk Felix). Tidak cuma itu, Felix menjadi motor serangan Atletico dari lini kedua.

Selain kedua pemain itu, Trippier, Carrasco, dan Correa tidak boleh dikesampingkan. Mereka menjadi penoreh assist terbanyak buat Atletico Madrid di La Liga, yaitu 5 untuk Correa, dan 4 masing-masing buat Trippier serta Carrasco.

Carrasco juga membukukan rataan umpan kunci per laga terbanyak di La Liga untuk Atletico, yakni 1,7 kali. Catatannya ini melebihi Felix yang menorehkan rerata umpan kunci per laga sebanyak 1,1 kali, serta Koke yang mencatatkan rerata 1 umpan kunci per laga sebanyak 1 kali.

Apiknya penampilan tiga pemain ini juga tak lepas dari skema yang diterapkan oleh Diego Simeone. Dalam formasi dasar 4-4-2, Correa, Trippier, dan Carrasco biasa dipasang sebagai pemain sayap. Carrasco dan Correa sebagai gelandang sayap, sedangkan Trippier menjadi bek sayap kanan.

Musim ini Atletico lebih banyak menyerang dari sayap kiri yang merupakan pos Carrasco. Presentasi mereka menyerang lewat sayap kiri bahkan mencapai angka 40%, melebihi area tengah (27%) dan sayap kanan (33%).

Penyerangan dari sisi kiri ini adalah upaya Atletico untuk memancing lawan. Terlebih, dribel dan umpan tarik Carrasco mampu menarik lawan lebih banyak ke area tersebut.

Akibatnya, sisi kanan yang ditempati Correa dan Trippier kosong. Ada banyak ruang yang bisa dieksploitasi oleh dua pemain tersebut. Correa juga sering masuk ke lini kedua dari kanan, membantu Felix mengalirkan bola di area sepertiga akhir.

Masuknya Correa ke tengah ini membuat Trippier bisa lebih maju ke area pertahanan lawan. Keduanya menerapkan kombinasi yang merepotkan sisi kanan lawan. Jika lawan bingung, serangan Atletico jadi tidak terprediksi

Menjaga sisi kiri akan membuat sisi kanan mereka kosong. Menjaga sisi kanan, ada pemain dengan kemampuan individu mumpuni di sisi kiri yang bisa menerobos lini pertahanan. Tak berlebihan jika Carrasco, Correa, dan Trippier ditahbiskan sebagai kunci impresifnya Atletico musim ini.

Aktifnya tiga pemain tersebut dalam mengeksploitasi ruang juga merupakan buah dari kecerdikan Simeone mengembangkan pakem 4-4-2. Dengan membiarkan area sayap berkreasi, akan tersedia juga ruang yang kosong di tengah. Tentu ini jadi makanan empuk buat Koke maupun Thomas Lemar.

Felix dan Suarez juga jadi punya banyak ruang untuk beroperasi di area pertahanan lawan akibat lawan-lawan yang tertarik ke area sayap. Kemenangan atas Getafe dan Real Sociedad jadi bukti bagaimana mematikannya sayap-sayap Atletico. Dua dari tiga gol yang tercipta di dua laga tersebut berpangkal dari kreasi Carrasco, Correa, dan Trippier.

***

Laiknya D’Artagnan yang bakal luntang-lantung jika tidak bertemu Athos, Porthos, dan Aramis, Atletico mungkin tidak akan masuk ke jajaran tim papan atas La Liga 2020/21 jika tidak memanfaatkan talenta Carrasco, Correa, dan Trippier.

Jika para Musketeers menggunakan senjata laras panjang, Trippier, Carrasco, dan Correa menolong Atletico lewat dribel, umpan, dan kecepatan. Alhasil, ketiganya mampu membawa Atletico menjalani petualangan yang seru di musim ini.

Selama ketiganya konsisten, bukan tak mungkin pertualangan Atletico bakal berakhir indah: Jadi juara La Liga 2020/21.