Tuah Choupo-Moting

Foto: @FCBayern

Musim lalu, Choupo-Moting jadi pahlawan PSG di perempat final. Musim ini, dia diharapkan kembali menghadirkan tuah. Choupo-Moting akan jadi tumpuan Bayern Muenchen untuk bisa menyingkirkan PSG.

Wilayah Jerman bagian utara, atau tepatnya di Bremen dan Hamburg, adalah tempat yang ramah bagi para imigran dan, khususnya, warga negara asing.

Berdasarkan data dari Statistisches Bundesamt, Bremen dan Hamburg, bersama juga Berlin, menjadi wilayah di Jerman yang paling banyak dihuni oleh warga negara asing. Keberagaman sangat diterima. Warna kulit dan ras bukanlah persoalan.

Grafis: The Local

Oleh karena itu, ketika berbicara dalam konteks sepak bola, kita akan mudah menemukan pemain berdarah campuran yang berasal dari tiga wilayah tersebut. Boateng bersaudara, Jerome dan Kevin-Prince, sama-sama berasal dari Berlin. Mereka memiliki darah Jerman dari sang ayah.

Sementara Bremen melahirkan Terrence Boyd, mantan pemain RB Leipzig yang punya darah Afrika-Amerika. Selain itu, ada juga nama Eren Dinkci, pemain berdarah Turki yang saat ini bermain di klub lokal, Werder Bremen.

Hamburg juga sama. Mereka juga melahirkan pemain berdarah keturunan yang kini jadi pesepak bola profesional. Bahkan cukup terkenal. Ada Jonathan Tah yang punya darah Pantai Gading dan saat ini membela Bayer Leverkusen.

Ada satu sosok lagi, namanya Eric Maxim Choupo-Moting. Dia kini bermain untuk Bayern Muenchen. Kebetulan, Choupo-Moting adalah sosok berdarah Kamerun yang lahir dan besar di Hamburg.

***

Sejak bocah, Choupo-Moting sudah berpindah-pindah klub. Bayangkan saja, karier akademinya dia habiskan di empat klub berbeda. Dia hampir mencicipi seluruh klub yang ada di Hamburg, dari mulai Teutonia 05, Altona 93, St. Pauli, sampai Hamburger SV (HSV).

Choupo-Moting kemudian mendapatkan debut profesionalnya di HSV pada 2007, saat usianya belum genap 20 tahun. Setelah sempat bolak-balik tim utama dan tim cadangan HSV, serta sempat menjalani masa peminjaman di Nuernberg, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Hamburg.

Mainz 05, yang kala itu ditangani Thomas Tuchel, adalah labuhan Choupo-Moting selanjutnya. Di sinilah puncak karier anak dari pebasket profesional bernama Just Moting itu. Pada musim 2011/12 dan 2013/14, dia selalu mampu mencetak dua digit gol di ajang Bundesliga.

Prestasi itu kemudian mengantarkannya ke Schalke 04. Di sana dia bermain tiga musim sebelum akhirnya merantau ke luar Jerman. Yang dipilih adalah Inggris. Choupo-Moting menerima pinangan salah satu klub Premier League saat itu, Stoke City.

Jika ada yang ragu dan bertanya, "Could he do it on a cold, wet Tuesday night in Stoke?" maka jawabannya, ya, Choupo-Moting bisa. Dia menghabiskan 30 pertandingan Premier League bersama Stoke. Memang, jumlah golnya hanya lima dan di musim itu Stoke City terdegradasi ke Championship. Namun, kariernya tak redup.

Foto: @premierleague

Pada musim 2018/19, dia justru dipinang jagoan Prancis, Paris Saint-Germain (PSG). Dari Kota Pelabuhan Hamburg, ke Stoke yang dingin dan berangin, kini dia tiba kota metropolitan yang penuh gemerlap, Paris. Sungguh tak tertebak.

Sepanjang perjalanannya di Paris dia memang hanya jadi pemain cadangan, tapi ada satu momen yang membuat namanya begitu diingat. Momen itu tercipta di babak perempat final Liga Champions musim lalu. PSG sedang tertinggal 0-1 dari Atalanta. 

Tuchel, yang bekerja sama lagi dengannya di PSG, memasukkan Choupo-Moting pada menit ke-79 untuk menggantikan Mauro Icardi.  Tak perlu lama bagi Choupo-Moting untuk memberikan impak. Pada menit 90 dia menjadi aktor di balik gol penyama kedudukan yang dicetak Marquinhos.

Tiga menit berselang, pada masa injury time, Choupo-Moting mencetak gol penentu kemenangan PSG atas Atalanta. Gol tersebut membawa Les Parisiens lolos ke semifinal (yang pada akhirnya juga akan melenggang ke final). Choupo-Moting jadi pahlawan.

Dia kemudian juga tampil di partai final melawan Bayern Muenchen, klub yang kemudian jadi labuhan barunya. Akan tetapi, pada laga final itu, Choupo-Moting tak bisa memberikan impak seperti di perempat final. Namun, itu sudah cukup membawanya pindah dari klub besar ke klub besar lain. Dari finalis Liga Champions ke juara Liga Champions.

Saat pindah ke Bayern pun, Choupo-Moting tahu dia hanya jadi cadangan. Namun, hal itu tak masalah buat dia. "Untuk sebagian besar pertandingan, saya memang cadangan, tetapi saya tak melihat diri saya hanya sebagai pemain pengganti. Saya bagian dari tim. Jika saya hanya bermain 20 menit, saya senang karena saya berkontribusi, saya membantu tim mendapatkan tiga poin."

Ucapannya yang kami kutip dari situs resmi Bundesliga itu menunjukkan mental positif seorang Choupo-Moting. Dia seorang team player. Pola pikir seperti itu yang patut dimiliki seorang pemain. Dan itu yang membuat Choupo-Moting masih dipercaya klub-klub besar.

Dia juga multifungsi, bisa dimainkan di berbagai posisi. Ditunjuk jadi penyerang tengah, dia siap. Diplot jadi gelandang serang tengah atau penyerang sayap, dia juga siap. Hal ini jelas nilai plus di mata pelatih. Terlebih, secara teknik, Choupo-Moting juga tak buruk-buruk amat.

***

Sejak kecil, Choupo-Moting tahu, dia harus beradaptasi dengan cepat di manapun dia berada. Dia lahir bukan di tanah kelahiran ayahnya, menjalani masa remaja di banyak klub, dan mengelana sana-sini ketika sudah dewasa. Karenanya, dia juga tahu bahwa dia harus memberikan yang terbaik di mana pun dia menginjakkan kaki.

Bahkan, selain pindah-pindah klub, dia juga pindah tim nasional. Dia merasakan bermain untuk Tim Nasional Jerman di beberapa kategori umur, seperti U-19 dan U-21. Namun, di level senior, Choupo-Moting lebih memilih bermain untuk negara sang ayah, Kamerun.

Choupo-Moting memang percaya bahwa kesempatan bisa ada di mana saja. Sebab tak ada yang menyangka bahwa dari klub degradasi bernama Stoke City, dia bisa bermain di PSG dan kini di klub jawara dunia, Bayern Muenchen.

Dia juga tak akan menyangka bahwa di perempat final Liga Champions musim ini, dia akan jadi tumpuan lini depan Bayern. Lebih lagi, lawan yang dihadapi adalah PSG, mantan klubnya. Pada leg pertama, Choupo-Moting mampu membayar kepercayaan itu dengan baik. Dia mencetak satu gol.

Akan tetapi, Bayern tak menang di laga itu. Mereka kalah 2-3. Dan pada laga leg kedua nanti, Choupo-Moting kemungkinan besar akan kembali dipercaya oleh sang pelatih, Hansi Flick. Ini tentu saja karena striker utamanya, Robert Lewandowski, masih akan absen karena cedera.

Di leg pertama, selain satu gol, Choupo-Moting mencatatkan total lima tembakan. Dua di antaranya tepat sasaran dan satu membentur mistar gawang. Penampilannya tak buruk, WhoScored memberi ponten 7,7 (terbaik kedua di Bayern setelah Joshua Kimmich) untuk penampilannya malam itu.

Flick dan Bayern jelas berharap Choupo-Moting bisa mengulangi penampilan baiknya itu, lebih lagi dia diharapkan mampu mendatangkan tuah sebagaimana yang dia berikan untuk PSG di perempat final tahun lalu. Saat ia datang jadi juru selamat.

Musim ini, dari jumlah penampilannya yang minim, Choupo-Moting mampu mencetak total tiga gol di ajang Liga Champions. Dua dari tiga itu dicatatkannya dalam dua penampilan terakhir. Mari menantikan apakah rentetan positif itu akan berlanjut atau tidak di Parc des Princes.