Umpan Silang Bali United

Ilija Spasojevic saat berduel udara. Foto: @baliunitedfc

Tampil cukup menjanjikan pada lima laga awal Liga 1, daya ledak Bali United mulai mengendur. Apa penyebabnya?

Semua seperti tampak baik-baik saja bagi Bali United. Lima pertandingan awal Liga 1 2021 dilalui tanpa kekalahan. Tiga kemenangan dan dua hasil imbang membuat Bali United mampu bersaing di papan atas klasemen.

Apa yang Bali United dapatkan dalam kurun tersebut tentu bukan kebetulan. Skema yang diterapkan Stefano "Teco" Cugurra tergolong efektif. Dengan memakai formasi 4-3-3, Teco menitikberatkan serangan di kedua sayap.

Ada beberapa pemain yang menjadi andalan Teco. Di sisi kiri, eks pelatih Persija Jakarta itu konsisten memainkan Melvin Platje sejak menit awal. Sedangkan di sisi seberang, ada Yabes Roni dan Fahmi Al Ayyubi. Pemain yang disebut terakhir masuk starting line-up pada laga pertama melawan Persik Kediri.

Suplai bola ke sisi tepi rutin dilakukan via umpan-umpan panjang. Brwa Nouri mempunyai peran krusial untuk menunaikan tugas tersebut. Skema direct pun cukup efektif mengingat Nouri memang piawai melepas operan panjang.

Agresivitas serangan Bali United dari tepi lapangan turut ditopang kedua bek sayap mereka yang akan maju untuk menjadi opsi umpan penyerang sayap. Keberadaan bek sayap membuat ruang gerak penyerang sayap lebih luas.

Yang menjadi sorotan Bali United musim ini adalah cara meneror gawang lawan. Meski memiliki bek dan penyerang sayap cepat, Bali United sering melepaskan umpan-umpan silang maupun diagonal.

Ilija Spasojevic dan Platje menjadi target. Dengan postur tinggi, kedua pemain itu punya keunggulan dalam berduel udara. Selain mereka, gelandang tengah Bali United, entah itu Rizky Pellu atau I Kadek Agung Widnyana Putra, akan masuk ke dalam kotak penalti.

Tugas utama gelandang tengah tidak hanya untuk menyambut umpan silang, tetapi juga bola muntah hasil tembakan Spasojevic ataupun Platje. Skema tersebut membuat Bali United tampak perkasa dan baik-baik saja.

Dari 8 gol Bali United dalam lima laga awal, 4 gol di antaranya melalui umpan silang. Gol pertama Bali United ke gawang Barito Putera pada laga kedua Liga 1, misalnya, buah dari kecepatan Pellu memanfaatkan bola muntah hasil tembakan Platje setelah menerima umpan silang Andhika.

Selain permainan direct dan umpan silang, skema bola mati Bali United cukup mematikan. Dalam lima laga awal, tiga lesakan Bali United bersumber dari skema tersebut. Tak cuma Spasojevic dan Platje, Bali United memiliki Willian Pacheco yang siap meneror gawang lawan.

Semakin mengerikan karena Bali United punya eksekutor bola mati yang andal, seperti Nouri dan Eber Bessa. Gol pertama Bali United saat melawan Persita Tanggerang pun bermula dari kaki Nouri.

Ketika laga memasuki menit keempat, Nouri menyodorkan umpan melengkung ke dalam kotak penalti. Bola berhasil dihalau pemain Persita. Namun, bola muntah itu berhasil diteruskan Spasojevic dengan tembakan voli ke tiang jauh.

Skema sepakan pojok Bali United terbilang oke. Nouri dan Bessa yang biasa menjadi eksekutor tahu betul ke mana bola harus diarahkan, entah itu Platje, Spasojevic, atau Pacheco. Sedangkan pemain lain bersiap memanfaatkan bola liar.

Lima Laga Terakhir

Gaya bermain seperti itu memang membuat Bali United baik-baik saja sampai laga kelima Liga 1. Namun, saat umpan silang dan skema bola mati tidak berjalan sebagaimana rencana, Bali United stuck. Tidak ada opsi lain untuk mencetak gol.

Itu juga yang membuat daya ledak Bali United menurun pada lima laga terakhir. Dalam kurun tersebut, Bali United mencatatkan satu kemenangan, dua imbang, dan dua kalah. Posisi Bali United berangsur turun hingga ke peringkat tujuh pada pekan kesepuluh.

Bali United sebenarnya mempunyai penyerang sayap cepat, yakni Yabes dan Fahmi. Kegesitan kedua pemain itu bisa menjadi opsi lain Bali United untuk meneror lawan. Selain cepat, mereka berdua cukup oke melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti.

Yabes mungkin cukup oke dengan rangkuman 1 gol dan 1 asis. Namun, baik Yabes dan Fahmi, jarang sekali melakukan dribel-dribel mumpuni untuk masuk ke dalam kotak penalti dan melesakkan tembakan.

Mengacu situs resmi Liga 1, jika dikalkulasi, Yabes dan Fahmi melakukan tujuh tembakan. Dari jumlah itu, hanya satu tembakan yang tepat sasaran dan berujung gol. Itu terjadi saat Bali United melawan Persib Bandung pada pekan ketiga Liga 1.

Nada-nada sumbang pun mulai bertalu-talu, terutama bagi Fahmi. Ia dinilai tidak memberikan impak bagi Bali United. Apalagi, performanya tidak cukup baik setelah menggantikan Platje pada menit ke-64 saat melawan PSIS Semarang.

Kritik cukup pedas yang diarahkan kepada Fahmi bermunculan. Tagar #FahmiOut yang beredar di dunia maya menjadi puncak kekecewaan suporter. Melihat situasi tersebut, Teco pun buka suara.

"Sewaktu lawan PSS Sleman, Fahmi bermain sejak awal dan banyak membantu tim. Yang pasti, dari tim pelatih sudah mengetahui kekurangan dari tim untuk menjadi evaluasi pada pertandingan berikutnya," kata Teco sebagaimana mengutip situs resmi Bali United.

Selain itu, Teco menerima semua kritikan yang tertuju pada Bali United. Menurutnya, kritik adalah hal wajar ketika Bali United gagal meraih kemenangan. "Tim harus terima ketika ada yang mengkritik karena belum berhasil menang pada laga terakhir (melawan PSIS Semarang)," ucapnya.

Persoalannya, bukan hanya kritik karena gagal menang. Bukankah bertumpu pada seorang pemain sebagai sumber gol adalah tanda bahaya?

Oke, Spasojevic sudah merangkum 7 dari 13 gol Bali United sejauh ini. Ketajaman yang luar biasa. Namun, saat Spasojevic tidak bisa bermain karena ini-itu, kepada siapa Teco dan Bali United bersandar? Tentu saja bukan kepada umpan silang dan bola mati.