Umpan Silang dan Enam Detik Setelahnya

Pamor umpan silang sempat meredup karena dinilai tak efektif. Pernyataan itu pun mendapat tentangan. Sampai pada akhirnya, dua klub teratas Premier League 2021/22 mengandalkan umpan silang untuk meneror gawang lawan.
Sepak bola modern sempat merontokkan pamor umpan silang. Tim-tim yang rajin betul melepaskan umpan silang untuk meneror gawang lawan dibilang ortodoks, sia-sia, dan seterusnya, dan seterusnya.
Sentimen sergut itu membengkak seiring naik daunnya permainan umpan-umpan pendek yang mengutamakan penguasaan bola. Selain mengasyikkan, gaya bermain tersebut menghidupkan peran dan tuntutan yang sempat abu-abu dalam sepak bola.
Penjaga gawang, misalnya, tidak lagi sekadar terbang dan menangkis tembakan, tetapi juga mendistribusikan bola dan aktif meredam serangan. Dua tugas itu beratnya bukan main.
Jangan dulu berbicara soal distribusi bola, menangkis tembakan saja sudah sulit dan rumit. Kiper memang harus jago melompat, tetapi juga harus bisa memosisikan diri sebelum bola meluncur deras pun amat krusial. Itu belum ditambah waktu yang tepat untuk melompat. Telat nol koma sekian detik saja, gawang bisa ternodai.
Kebaruan-kebaruan, seperti tugas kiper tersebut, sangat dinantikan. Orang-orang menunggu-nunggu siapa pemain yang mampu berevolusi dengan baik. Imbas dari segala evolusi tersebut, salah satunya, popularitas umpan silang semakin tersisih. Karena umpan-umpan pendek yang mengutamakan penguasaan bola tidak cuma berbicara kemenangan, tetapi juga aktraktif.
Valencia was the best right winger in the world... And Rooney top 10 best number 9s this season.
— All For United (@allforunited) August 16, 2018
Nani was also top10 and for a season took some pressure off not having cr7.
But Valencia. Wonder if anyone has ever provided more open play crossing assists that him in a season pic.twitter.com/lYNHi3BMhi
Belum lagi omongan-omongan soal umpan silang selalu bapuk. Dilansir The Guardian, dari 92 umpan silang, hanya satu yang berujung gol. Kemudian, Profesor Matematika berkebangsaan Ceko, Jan Vecer, menyatakan, selain tidak efektif, umpan silang berdampak negatif pada produktivitas gol. Semakin sering melepaskan umpan silang, semakin sedikit gol yang dirangkum.
Vecer juga mengambil konklusi bahwa tim-tim Premier League akan mencetak 15 gol lebih banyak dalam satu musim jika meninggalkan permainan yang menekankan pada umpan silang.
Konsultan statistik salah satu tim Premier League, Garry Gelade, berusaha meruntuhkan pernyataan dan konklusi Vecer yang tendensius itu. Menurut Gelade, Vecer hanya terpaku pada umpan silang yang berujung assist, dan melupakan keadaan permainan setelah umpan silang dilepaskan.
Bagi Gelade, penting melihat situasi enam detik setelah umpan silang dilepaskan. Jangan-jangan, kata Gelade, enam detik berikutnya, umpan silang menghasilkan penalti, peluang dari secondline, kemelut, maupun sepakan pojok, yang berujung gol.
Sebelum mengeluarkan pendapat tersebut, Gelade menganalisis 35.500 umpan silang dari open play di Premier League dalam kurun 2013-2015. Berdasarkan hasil analisisnya, ia menemukan 414 umpan silang yang menjadi assist.
Selain itu, Gelade menemukan 330 gol lainnya enam detak setelah umpan silang dilepaskan. Ke-330 gol itu bisa berawal dari kemelut, umpan silang, maupun penalti. Karena hasil analisa tersebut, efektivitas umpan silang meningkat. Dari rata-rata 92 umpan silang untuk satu gol menjadi 45 umpan silang per gol.
Hasil analisa Gelade tersebut pun sedikit-banyak memberi pemahaman baru dan baik kepada klub-klub bahwa umpan silang tidak lah se-sia-sia yang dikatakan banyak orang seperti Vecer. Apalagi, umpan silang berguna saat melawan klub-klub yang bermain bertahan total.
Tidak heran jika klub-klub papan atas, terutama di Premier League, sering memperagakan umpan-umpan silang. Musim ini, dua klub teratas di papan klasemen Premier League, Manchester City dan Liverpool, punya catatan umpan silang terbanyak.
Mengacu FBref, Manchester City melepaskan 467 umpan silang sampai pekan ke-29 Premier League 2021/22. Sedangkan Liverpool merangkum 433 umpan silang.
Can't get enough of this assist from João Cancelo 🤤
— ESPN UK (@ESPNUK) November 22, 2021
(via @ManCity)pic.twitter.com/WrlKPJMKmB
Baik Manchester City maupun Liverpool sama-sama mengandalkan full-back untuk melepaskan umpan silang. Manchester City punya Joao Cancelo, sedangkan Liverpool memiliki Trent Alexandre-Arnold.
Kualitas umpan silang kedua pemain itu tidak bisa diragukan. FBref mencatat, Cancelo melepaskan 73 umpan silang. Dari jumlah itu, 10 umpan silang di antaranya tepat sasaran ke kotak penalti.
Arnold punya catatan yang lebih baik lagi. Kembali merujuk FBref, pria 23 tahun itu merangkum 102 umpan silang, dan 18 di antaranya tepat sasaran ke kotak penalti.
Namun, kata Gelade, efektivitas umpan silang tidak hanya berpusat pada kemampuan pemain, tetapi juga posisi melepaskan umpan, ruang, arah bola (tiang dekat atau tiang jauh), dan kecepatan bola.
Deretan itu juga yang membedakan umpan silang Cancelo dan Alexander-Arnold. Cancelo, meski berposisi sebagai full-back, jarang menyisir tepi lapangan. Ia rutin masuk ke half-space.
Itu karena Manchester City-nya Pep Guardiola membentuk sistem serangan yang rapat dan dinamis. Tujuannya agar umpan-umpan pendek yang jadi andalan mereka dapat berjalan optimal.
Assist dari Trent Alexander-Arnold 🅰️
— LFC Indonesia (@LFCIndonesia) March 5, 2020
Sundulan dari Mohamed Salah ⚽️
Kita akan menghadapi @afcbournemouth di hari Sabtu 👊
pic.twitter.com/1QPDaDDw4x
Ketika umpan-umpan pendek di sepertiga akhir gagal, Cancelo akan melepaskan umpan silang ke tiang jauh dari half-space. Ia akan mengarahkan bola itu ke penyerang tengah maupun gelandang serang seberang yang masuk ke kotak penalti.
Karena Manchester City tidak punya target man dengan postur tinggi, Cancelo jarang mengirim umpan silang atas. Ia akan menempatkan bola ke ruang kosong. Tujuannya untuk meminimalkan duel-duel udara sekaligus menciptakan kemelut.
Sementara Alexander-Arnold rutin melepaskan umpan silang dari flank. Ia mengandalkan Mohamed Salah untuk menciptakan ruang. Ruang-ruang yang diciptakan Salah membuat Alexander-Arnold punya waktu lebih panjang untuk mengirim umpan silang.
Selain itu, Alexander-Arnold akan melepaskan umpan silang yang sama dengan Cancelo yakni ke tiang jauh dan berharap muncul kemelut setelahnya. Ya, enam detik setelah umpan silang dilepaskan.
Catatan tersebut mengingatkan kita kepada siklus gaya fashion yang terus berputar-putar meski ada sedikit sentuhan inovasi. Begitu juga umpan silang. Umpan silang sudah menjadi andalan klub-klub besar 20 tahun lalu. Sempat hidup segan-mati tak mau, tetapi kembali jadi cara ampuh meneror gawang lawan. Tentu saja dengan inovasi dan sentuhan yang berbeda-berbeda.