Underrated Story: Marc Cucurella

Foto: @cucurella3

Cucurella seperti kebanyakan dari kita yang hidup terkalang kesempatan. Bedanya, dia berani mengambil risiko kemudian memenangi perjudian soal masa depannya. Sekarang harapan-harapan itu kembali tumbuh.

“Pak pelatih, tolong musim depan taruh saja aku di bangku cadangan, aku enggak suka ngomong Bahasa Inggris!”

Apa yang dikatakan Marc Cucurella menyulut tawa para hadirin. Dia melempar banyolan alih-alih mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang didapatnya. Tak main-main, Cucurella didapuk sebagai Player of the Season Brighton and Hove Albion, di musim pertamanya pula.

Cucurella ini memang nyentrik. Kita bisa melihat bagaimana dia membiarkan rambut keritingnya menjuntai sebahu. Kata dia, sejak kecil sang ibu sudah menyuruh Cucurella dan adik laki-lakinya untuk memanjangkan rambut. Sementara soal dagelan tadi, Cucurella mengaku bahwa itu merupakan bagian dari karakternya.

“Aku suka bercanda tentang momen lucu di semua klub yang aku singgahi. Sangat penting karena tim adalah sebuah unit. Itulah mengapa atmosfer yang baik di dalam dan di luar lapangan itu penting, demi memacu kami agar berjuang bersama-sama,” kata Cucurella kepada The Athletic.

***

Cucurella lahir di Alella, sebuah desa yang terletak di Catalunya. Dia rutin bermain futsal sampai seorang teman ayahnya merekomendasikannya untuk mendaftar ke Espanyol.

Untuk bocah asli Catalunya, Espanyol adalah salah satu pilihan terbaik untuk menimba ilmu. Tentu saja, kedua setelah Barcelona. Tapi itu tak jadi persolan. Toh, pada akhirnya Cucurella benar-benar pergi ke sana. Ketika menginjak 14 tahun, Blaugrana mengajaknya bergabung.

Cucurella senang bukan kepalang. Dia memilih nomor punggung lima—yang kemudian mengingatkan orang-orang kepada Carles Puyol yang identik dengan angka itu. Lucunya, bukan Puyol idola utama Cucurella, melainkan David Luiz.

Menjadi pemain muda Barcelona adalah privilege. Mereka mendapatkan filosofi dasar permainan yang juga menjadi identitas Timnas Spanyol. Ekosistem yang ada mendukung Cucurella untuk lebih berkembang.

Ini berbanding lurus dengan prestasi yang dia capai. Cucurella memainkan peranan penting ketika Juvenil A (U-19) melaju hingga semifinal UEFA Youth League. Dia kemudian naik kelas. Adalah pelatih Gerard Lopez yang menariknya ke skuad Barca B. Bersama Carles Alena dan Jordi Mboula, Cucurella berhasil membantu Barcelona B promosi ke Segunda A. Barcelona pun mulai mempertimbangkan Cucurella sebagai aset menjanjikan. Itulah mengapa mereka menyodorkan durasi kontrak dua tahun kepadanya.

Namun, apa yang terjadi tak sejalan dengan ekspektasi. Kontrak anyar itu tak serta merta membuat jenjang karier Cucurella menjadi aman. Di medio 2016 hingga 2017 itu, Barcelona tak cukup ramah kepada para pemain akademi--tidak seperti era Xavi Hernandez sekarang. Ditambah lagi dengan slot full-back kiri yang paten dihuni Jordi Alba waktu itu. Belum dengan eksistensi Lucas Digne sebagai pelapisnya.

Alhasil, Cucurella tersisih dan mesti rela direntalkan ke Eibar dan Getafe. Klub yang disebut belakangan itu kemudian mempermanenkannya di musim panas 2020. Cucurella resmi berpisah dengan Barcelona tanpa kontribusi berarti. Kendati begitu, Cucurella tetap mengakui bahwa Barcelona yang membentuknya seperti sekarang.

“Itu (Barcelona) penting bagiku. Banyak hal yang kupelajari di lapangan berasal dari pengalaman di Barcelona. Aku terkadang berlatih dengan tim utama, melakukan tur ke Amerika Serikat di pramusim. Ketika kamu bermain dengan pesepak bola top di sana, kamu akan belajar banyak hal,” terangnya.

Filisofi permainan Barcelona kental dengan kemampuan olah bola, kejelian umpan, serta pergerakan yang dinamis. Itulah yang memudahkan Cucurella beradaptasi di Brighton yang merupakan klub pertamanya di luar Spanyol. Kendati di satu sisi, dia menyatakan bahwa Premier League dan La Liga punya perbedaan signifikan. Soal intensitas permainan dan tuntutan fisik mumpuni.

Di Brighton, Cucurella mengalami evolusi posisi dari full-back menjadi wing-back. Dalam beberapa kesempatan dia juga turun sebagai bek tengah-kiri. Ini beririsan dengan skema tiga bek yang dicanangkan Graham Potter. Oh, ya, pelatih 47 tahun tersebut penganut mahzab ball possession dan mengandalkan sisi sayap sebagai jalur serangan.

“Dia (Cucurella) tumbuh di Barcelona, ​​jadi dia tahu cara bermain seperti mereka. Sekarang dia sangat ingin berkontribusi di Liga Premier dan kami sangat senang akan itu,” ucap Potter.

Sebagai gambaran, rata-rata persentase penguasaan bola Brighton di musim ini menyentuh 54,3% per laga. Jumlah itu hanya kalah dari Manchester City, Liverpool, dan Chelsea. Artinya, insting Potter terhadap Cucurella tepat. Toh, 40% serangan Brighton berasal dari sisi kiri yang merupakan area operasinya.

Cucurella rata-rata melepaskan 54,3 umpan di tiap pertandingan—tertinggi ketiga setelah Lewis Dunk dan Shane Duffy. Rataan umpan kuncinya mencapai 1,2 per laga dan hanya kalah dari duo kreator utama Brighton, Pascal Gross dan Leandro Trossard.

Ketika melawan Manchester United di awal Mei, misalnya. Cucurella dipasang Potter sebagai bek tengah-kiri sebagai tandem Dunk dan Joel Veltman. Namun, pada praktiknya dia diberi akses untuk melakukan overlap. Ini terkait dengan peran bebas Trossard dari sisi kiri. Pemain Belgia itu punya porsi sebagai penyelesai peluang sekaligus kreator The Seaguls.

Gol kedua Brighton menjadi buktinya. Cucurella mengisi ke ruang kosong ketika Trossard membawa bola di sisi kiri. Peluang yang kemudian bisa dituntaskan dengan sempurna oleh Cucurella.

Foto: Youtube Brighton and Hove Albion

Overall, Cucurella merupakan bek sayap modern yang tak hanya mampu mengisiasi serangan, tetapi juga lihai dalam bertahan. Malah, untuk aksi defensif, pemain 23 tahun ini masih lebih unggul dari Trent Alexander-Arnolds dan Reece James. Dari catatan tekel misalnya, Cucurella rata-rata mengemas 2,7 per laga atau dua kali lipat dari torehan duo bek sayap terbaik Inggris itu.

Dimensi pergerakan Cucurella juga luas sehingga mampu mengakomodir skema tiga bek yang diusung Potter. Dalam pakem ini, wing-back cukup vital berperan. Mereka bertanggung jawab untuk menyeimbangkan tim dalam fase bertahan dan juga menyerang. Apa yang ditunjukkan Cucurella membuktikan bahwa dia kompeten untuk melakukan itu.

Heatmap Cucurella di Premier League 2021/22. Sumber: Sofascore.

Belakangan berembus kabar bahwa Pep Guardiola tertarik memboyong Cucurella ke Etihad Stadium. Urgensinya jelas, Manchester City membutuhkan tambahan personel untuk mengisi pos full-back. Benjamin Mendy jelas bukan pembelian efektif mereka, pun Oleksandr Zinchenko yang masih berada di bawah level Joao Cancelo.

Background La Masia juga menjadi nilai plus Cucurella di mata pelatih pelontos itu. Dengan begitu dia tak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan skema Juego de Posicion milik Guardiola.

Apakah Cucurella tertarik? Sayangnya, belum. Hatinya masih terpatri di Brighton, tidak untuk klub lainnya.

“Aku pikir ini bagus karena ketika orang berbicara tentangmu, artinya kamu bermain dengan baik musim ini. Aku sangat bahagia di sini. Ini musim pertama dan aku masih memiliki banyak hal untuk dipelajari demi meningkatkan levelku,” jelas Cucurella.