Underrated Story: Raul De Tomas

Foto: @InfiniteMadrid

Setelah disingkirkan Real Madrid dan berkubang dengan tim-tim semenjana, sekarang waktunya De Tomas mendapatkan pengakuan.

“Nak, datang ke sini, aku harus memberitahumu sesuatu. Real Madrid telah memanggilmu untuk bermain di Turnamen Sosial.”

Raul De Tomas masih ingat betul kenangan itu. Dia baru saja menyelesaikan laga tanding dengan San Roque ketika ayahnya menyampaikan kabar gembira dari Madrid. De Tomas tak butuh waktu lama untuk mengiyakan tawaran itu. Memang, sejak kecil dia lebih sering menonton pertandingan Rayo Vallecano bersama ayahnya. Namun, tetap saja, bergabung dengan klub terbesar di Spanyol adalah mimpi yang tak terelakkan.

Raul, ayah De Tomas, adalah mantan pemain sepak bola. Posisinya penyerang dan kerap mondar-mandir di tim Segunda B di pengujung 1980-an. Ibunya, Mila, berasal dari Republik Dominika. Mereka menikah kemudian orang tuanya memulai bisnis sekolah mengemudi di Madrid.

Tumbuh kembang di Madrid membuat De Tomas merasa beruntung. Ibukota Spanyol itu diisi oleh klub-klub kuat. Selain Madrid, masih ada Atletico Madrid, Vallecano, Getafe, dan Leganes. Itulah mengapa tawaran dari Madrid begitu berharga. Dengan ini, jalan hidup De Tomas sebagai pemain sepak bola semakin terang. 

Namun, semua baru awal. Ada ribuan bocah yang punya mimpi sama dengannya. Artinya, De Tomas tetap harus meningkat potensinya agar mampu bersaing. Maka ketika C.D. Villanueva de la Canada memberikan penawaran, De Tomas tak menolak. Mereka meminjamnya ketika De Tomas berstatus sebagai pemain akademi Madrid. Toh, pada akhirnya pengalaman ini bakal berguna saat dia kembali ke sana. 

Pada 2012, De Tomas pulang ke Castilla. Dia bermain dengan pemuda-pemuda potensial lainnya di sana. Ada Alvaro Morata, Casemiro, Jese Rodriguez, Lucas Vazquez, Nacho Fernandez, dan Fabinho. 

Bukan musim yang bagus. De Tomas mengalami cedera bahu sehigga gagal membuktikan potensinya. Titik cerah kemudian muncul setahun berselang. Gol-gol mulai datang perlahan. Akan tetapi, persaingan di Castilla tak mudah. Tinggi standar mereka untuk pemain muda. Sialnya lagi, ketika De Tomas terkena suspensi, Willian Jose yang menggantikannya sukses mengukir hat-trick.

De Tomas akhirnya merasakan apa yang dialami oleh para siswa Castilla lainnya: Keputusasaan menembus tim utama. Betul bahwa bakat dan kemampuan adalah fondasi. Namun, dibutuhkan juga yang namanya keberuntungan. Terkadang, ketidakberuntungan ini memengaruhi mental yang kemudian merembet ke perkembangan para pemain muda.

Kedatangan Zinedine Zidane ke Castilla sempat memantik harapan baru De Tomas. Kendati begitu, itu tak banyak menolongnya. “Aku pikir ini akan menjadi tahun yang hebat bersama Zidane. Aku berbicara dengannya berkali-kali dan dia memberiku saran agar kepercayaan diriku kembali tumbuh. Akan tetapi, itu tidak berhasil," sebagaimana dilansir El Norte de Castilla.

De Tomas tak sendirian. Dari musim 2013/14 dan 2014/15, hanya Vazquez personel Castilla yang menembus tim utama Madrid. Itu pun karena dia bisa berevolusi menjadi full-back selain bermain di posisi naturalnya sebagai winger. Sementara slot striker seperti De Tomas begitu sempit. Di musim 2014/15 itu Madrid sudah memiliki Karim Benzema sebagai penyerang utama dan Javier Chicharito sebagai serepnya. Belum ditambah lagi Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale. 


De Tomas kemudian direntalkan ke Cordoba dan Real Valladolid. Keduanya memang bukan klub besar. Kendati begitu, dari sanalah dia mempelajari apa yang namanya tanggung jawab—hal yang tak didapatkannya di Madrid. Menurutnya, pemuda Castilla hanya dipenuhi hasrat untuk menembus tim utama, berbeda dengan Cordoba dan Valladolid yang memiliki visi lebih esensial: Promosi ke La Liga.

Menit bermain dan tanggung jawab itu memacu De Tomas untuk bergerak maju. Total 20 gol dia lesakan untuk dua klub tersebut. Baru di musim 2017/18 misinya tercapai. Bukan Cordoba atau Valladolid, melainkan Vallecano. Los Vallecanos dibawanya juara Segunda dan promosi ke La Liga. Makin komplet karena De Tomas menjadi topskorer tim dengan 24 golnya.

Dari kejauhan Madrid melihat pendar De Tomas. Mereka kemudian memperpanjang kontraknya hingga 2023. Itu tak mengubah apapun. Pada akhirnya Los Blancos kembali meminjamkan De Tomas ke Vallecano. “Peduli setan, terpenting aku bakal terus bermain dan mencetak gol,” barangkali begitu pikirnya.

Benar saja, De Tomas mengganas pada musim pertamanya di La Liga. Total 14 gol dia ukir. Bersama Borja Iglesias, De Tomas menjadi pemain Spanyol yang masuk dalam daftar 10 besar topskorer periode 2018/19.

Semusim berselang, De Tomas akhirnya lepas dari Madrid. Benfica menebusnya seharga 20 juta euro. Pada akhirnya ini bukan langkah yang tepat untuk keduanya. De Tomas gagal nyetel dengan As Aguias. Tak satupun gol dia buat dari 7 pementasan Primera Liga.

Namun, bukan berarti De Tomas kehilangan peminat. Di pertengahan musim Espanyol meminangnya dengan harga yang sama. Itu sekaligus mengukuhkan De Tomas sebagai pemain termahal yang pernah dibeli Espanyol.

De Tomas seperti matahari di tengah gelapnya performa Espanyol waktu itu. Dia mencetak gol beruntun di empat laga pertamanya—membantu klub Catalan itu meraih 7 poin. Akan tetapi , Espanyol kepalang amburadul. Sejak pekan pertama mereka sudah berkubang di zona degradasi. Bukan salah De Tomas pula kalau pada akhir musim timnya terdemosi. 

Untuk kesekian kalinya dia manggung di Segunda dan lagi-lagi, dia berhasil menuntaskan tanggung jawabnya. Espanyol diantarnya nangkring di pucuk klasemen kompetisi level kedua. Pada musim 2020/21 itu pula De Tomas menyabet titel topskorer Segunda lewat 23 gol.

Sekarang nasib De Tomas lebih baik. Pindah dari klub semenjana satu ke semenjana lainnya—kemudian membawa mereka merangkak dari Segunda—membuat mentalnya terasah. Kematangannya sebagai pencetak gol pun bertambah. Sejauh ini De Tomas sudah mengumpulkan 12 gol di La Liga. Tak ada penyerang Spanyol yang melebihi torehannya. Di liga pun hanya Benzema yang lebih subur dari De Tomas. 

Konsistensi De Tomas membuat Luis Enrique tertarik. Dia mulai mempertimbangkannya sebagai ujung tombak Spanyol dan mengajaknya bergabung November lalu. Karena, ya, sudah waktunya De Tomas mendapatkan tepuk tangan atas keberhasilannya berkubang dari kesemenjanaan.