Membayangkan Haaland di Manchester City

Foto: @erling.haaland

Melihat gimana cerdik dan geniusnya Guardiola menyusun formula, bukan hal sulit dan rumit untuk menyatukan Haaland dengan Kevin De Bruyne cs. Haaland masih muda. Ia bisa berubah menjadi apa saja yang Guardiola inginkan.

Coba bayangkan Erling Haaland mengisi pos lini depan Manchester City untuk musim depan. Jika bayanganmu City akan mengerikan, penuh plan alternatif, dan semakin gacor, visualisasi kita sama.

Baru-baru ini, The Athletic melaporkan bahwa City dan Haaland sudah sama-sama kesengsem. City ingin Haaland. Pihak Haaland secara personal pun setuju dengan tawaran The Citizens.

Kesepakatan itu memang masih rumor dan jauh dari kata oke. Sebab, ada banyak hal yang mesti mereka tuntaskan. Pep Guardiola juga enggak mau bersuara dulu. "Tidak ada jawaban untuk pertanyaan itu (rumor Haaland)."

Meski mulut tertutup rapat, Guardiola mungkin senang sekali dengan kabar itu. Toh, ia sempat pusing karena City gagal mendaratkan striker haus gol di awal musim ini. Jack Grealish yang didatangkan dengan mahar 100 juta poundsterling bukan jawaban atas kepergian Sergio Aguero.

Kondisi runyam itu bahkan memaksa Guardiola bereksperimen. Eks pelatih Barcelona itu menaruh kepercayaan kepada banyak pemain, mulai dari Raheem Sterling, Phil Foden, Grealish, sampai Bernardo Silva, untuk mengisi pos penyerang tengah.

Ya, kamu tidak salah baca. Silva dalam beberapa laga sempat jadi striker tengah. Ambil contoh saat City menjamu Brighton & Hove Albion di Premier League baru-baru ini.

Hasilnya? Tentu saja oke. Buktinya, City menjadi klub paling produktif kedua di Premier League dengan rangkuman 75 gol. Mereka cuma kalah dari Liverpool yang punya catatan 83 gol.

Keberhasilan itu tidak lepas dari penekanan Guardiola soal peran, bukan sekadar posisi. Karenanya, City tidak pernah menyandarkan gol kepada satu-dua-tiga pemain secara rutin.

Merujuk FBref, ada enam pemain City yang sudah merangkum lebih dari lima gol di Premier League. Riyad Mahrez dan Kevin De Bruyne menjadi yang terbanyak dengan torehan masing-masing 11 gol.

Untuk menjawab, kolektivitas dan ketajaman City, perlu melihat skema bermain yang disusun Guardiola. Musim ini, City-nya Guardiola rajin betul memainkan format 4-3-3. Format itu berubah menjadi 3-2-5 saat fase menyerang. 

Dua full-back akan naik sangat tinggi. Sedangkan tiga penyerang bergerak dinamis untuk mengekspos ruang-ruang di kotak penalti lawan. Itu juga yang buat pola serang City semakin kaya. Siapa saja bisa jadi algojo.

Perbedaan serangan City musim ini dengan musim sebelumnya adalah jarak antarpemain. Guardiola membentuk sistem serangan yang rapat dan dinamis. Tujuannya agar umpan-umpan pendek yang jadi andalan mereka dapat berjalan optimal. Semakin paripurna serangan City.

Nah, berbekal formula itu, kedatangan Haaland dinilai akan buat serangan City semakin ganas. Sebab, minus City musim ini, salah satunya, ketiadaan penyerang klinis, penyerang yang benar-benar penyerang, penyerang yang haus gol, penyerang yang siap berduel darat maupun udara. Dan Haaland adalah pilihan istimewa.

Ketajaman Haaland tidak bisa diragukan. Ia bisa benar-benar diandalkan sebagai poacher. Musim ini, dari 20 penampilan liga, pria 21 tahun itu mampu mencetak 18 gol buat Dortmund. Jika dirata-rata, ia dapat mencetak 1,04 gol per 90 menit. Statistik itu bahkan lebih baik dari Karim Benzema yang sedang tajam-tajamnya dan jadi omongan orang-orang.

Oh, iya, Haaland juga jago betul menuntaskan kans dalam situasi apa pun dan ruang sekecil apa pun. Itu terbukti dari xG yang surplus 4,5. Menyitat FBref, xG Haaland berada di angka 13,5. Dari angka itu, ia merangkum 18 gol.

Kemahiran itu dilengkapi dengan kecepatan dan daya juang yang meletup-letup. Haaland adalah penyerang ngotot. Ia siap berduel dengan siapa saja untuk merusak pertahanan lawan sekaligus mencetak gol.

Karena kecepatan Haaland juga, Dortmund bisa menyerang dengan cepat. Saat menggiring bola maupun ketika bergerak tanpa bola, kecepatannya sama-sama mematikan dan berbahaya.

Apa hanya itu yang spesial dari Haaland? Ya tentu saja tidak. Perlu disorot, Haaland bukan penyerang malas. Ia tidak ragu berlari ke tengah lapangan maupun sisi kanan-kiri. Heatmap berikut bisa jadi saksinya.

Heatmap Erling Haaland musim ini. Foto: sofascore

Tak hanya itu, Haaland juga bisa diandalkan untuk merusak build-up lawan. Apalagi, ia cukup oke soal tekan-menekan lawan. Per 90 menit, rata-rata ia mencatatkan 12,42 pressure dengan persentase sukses sebesar 31 persen.

Hanya saja, musim ini, Haaland suka kesulitan membobol gawang lawan yang bertahan di kedalaman dan menumpuk pemain di kotak penalti. Namun, situasi itu karena ia memang tidak punya penyuplai yang melimpah di Dortmund.

Beda cerita jika Haaland bermain di City. Ada banyak kreator. Selain Kevin De Bruyne, City punya Gabriel Jesus, Joao Cancelo, Mahrez, dan Ilkay Gundogan yang siap menjadi penyuplai peluang bagi Haaland.

Cela Haaland lainnya adalah harganya yang mahal. City kudu merogok dompet dalam-dalam. Kabarnya, Dortmund bersedia melepas Haaland dengan harga 175 juta euro.

Harga yang sangat teramat mahal itu belum tentu juga menjamin Haaland bisa mengintegrasikan diri dengan City-nya Guardiola. Sayang sekali 'kan kalau beli mahal-mahal, tetapi hanya jadi penghangat bangku cadangan.

Ahhhh... Namun, jika melihat gimana cerdik dan jeniusnya Guardiola menyusun formula, bukan hal sulit dan rumit untuk menyatukan Haaland dengan Kevin De Bruyne cs. Toh, ia masih muda. Jalan kariernya masih panjang. Ia bisa berubah menjadi apa saja yang Guardiola inginkan.

Hanya saja, City kudu siap-siap juga dengan julidan orang-orang soal klub yang hanya mengandalkan duit, duit, duit, duit, duit, dan du.........it untuk menjejak kejayaan di Inggris maupun Eropa.