Akhir Penantian Lionel Messi?

Foto: @copaamerica

Setelah gagal di 3 edisi sebelumnya, apakah Lionel Messi mampu membawa Argentina menjadi juara?

Argentina terakhir kali menjuarai Copa America pada 1993. Mereka tiga kali menjadi runner-up dalam lima edisi terakhir. Sebagai Madinah-nya sepak bola Amerika Selatan, ini jelas-jelas mengecewakan.

Kemunculan bintang-bintang baru tak mampu membawa Argentina mendapatkan piala. Mulai dari era Hernan Crespo, Javier Saviola, hingga Carlos Tevez. Argentina tak ubahnya sebuah lubang hitam, mereka melahap bintang-bintang itu beserta pendarnya.

Nasib Lionel Messi tidak jauh berbeda. Dibandingkan senior-seniornya tersebut, Messi mendapatkan lebih banyak kesempatan bersama Argentina di Copa America. Namun, ternyata itu belum cukup membuat Argentina mendapatkan gelar juara.

***

Kalau hidup yang penuh dan berkecukupan diukur dari apa yang sudah kita dapatkan, Messi bisalah kita sebut memiliki hidup yang nyaris sempurna. Tak hanya kekayaan, beragam pencapaian di bidang pekerjaan juga nyaris ia dapatkan semua.

Messi mendapatkan semua gelar di Barcelona. Dari Copa del Rey hingga La Liga, dari Liga Champions hingga Piala Dunia Antarklub. Jika ditotal, 30 gelar lebih berhasil diraih Barcelona selama Messi ada di sana.

Namun, ia menjadi termarjinalkan ketika bergabung dengan Argentina. Prestasi terbaiknya selama berseragam tim nasional hanya medali emas pada Olimpiade 2008. Selain itu, hanya satu gelar juara saat bermain untuk Argentina U-20.

Apa pun yang Messi usahakan untuk bisa mengangkat Argentina, ujung-ujungnya ia hanya bisa mentok pada kata nyaris. Yang paling menyesakkan: Ia nyaris membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia 2014.

Penampilan apik hingga semifinal tidak berlanjut di puncak. Mereka kalah dari Jerman lewat perpanjangan waktu. Kekalahan tersebut sampai membuat Messi menjadikan hari itu sebagai yang paling buruk sepanjang kariernya.

Ke mana pun Messi menoleh, ketika ia berseragam Argentina, semuanya sama. Copa America tak jauh berbeda. Dari 5 kesempatan sebelumnya, Messi tiga kali membawa Argentina ke final. Hasilnya sama: Argentina kalah dan hanya mendapatkan posisi runner-up.

Cile menjadi sandungan terbesar Messi sejauh ini. Dalam dua final yang mempertemukannya dengan Cile, mereka selalu kalah lewat adu penalti. Apesnya, Messi menjadi salah satu pemain yang gagal mengeksekusi penalti pada final Copa America Centenario, 2016 lalu.

Copa America 2021 jadi ajang terbaru Messi memberikan bukti. Setelah mengalahkan Kolombia di semifinal, mereka berhak atas satu tempat di partai puncak. Mimpi yang redup 5 tahun lalu akhirnya kembali muncul.

Lantas, apakah Copa America 2021 jadi akhir penantian Messi dan Argentina?

Melihat penampilan Messi di turnamen ini rasanya sudah cukup menjadi bekal untuk menjadikan Argentina sebagai kampiun. Sejauh ini, ia tidak hanya memimpin daftar top-skorer dengan 4 gol, tapi juga penyumbang assist terbesar dengan 5 assist.

Penampilan Messi juga amat konsisten. Sejak laga perdana melawan Uruguay, ia selalu berhasil mengemban tanggung jawab sebagai kunci permainan. 3,17 umpan kunci per pertandingan yang ia bukukan sekarang jauh lebih bagus ketimbang edisi-edisi sebelumnya.

Messi juga disokong oleh nama-nama yang punya kualitas setara. Jika sebelumnya hanya ada Sergio Aguero, Angel Di Maria, dan Gonzalo Higuain, kali ini Argentina juga memiliki senjata lain dalam diri Lautaro Martinez, Nicolas Gonzalez, dan Alejandro Gomez.

Tanpa melupakan kontribusi tiga nama yang disebut pertama, Martinez, Gonzalez, dan Gomez mampu membantu Messi mengerjakan satu tugas saja di atas lapangan. Martinez dan Gomez kini bahkan menjadi andalan untuk mencetak gol saat Messi dijaga ketat oleh lawan.

Keberadaan mereka membuat pelatih Argentina, Lionel Scaloni, punya lebih banyak cara mengeksplor kemampuan Messi. Dalam enam pertandingan, Messi tidak hanya dipasang sebagai winger kanan, tapi juga kerap diturunkan di posisi gelandang serang.

Kebebasan yang diberikan kepada Messi pada akhirnya membantu Argentina melakukan variasi serangan. 11 gol yang mereka bukukan sejauh ini terjadi lewat banyak proses dan lebih baiknya, tidak hanya mengandalkan Messi seorang.

Singkat kata, beban Messi kini terbagi ke pundak banyak pemain. Untuk pertama kalinya dalam kariernya sebagai pemain tim nasional, Messi bisa bernapas sedikit lebih lega.

Ia bukan lagi Sisifus yang mesti mendorong batu sendirian. Ia telah menjadi entitas yang sepenuhnya berbeda. Ia adalah Sisifus dengan sayap atau dengan bantuan tangan-tangan yang tidak terlihat.

Di belakang, Messi juga terbantu dengan keberadaan Emiliano Martinez. Tanpa kiper Aston Villa tersebut, boleh jadi mereka sudah angkat koper. Terbaru, aksi Martinez saat menghalau sepakan tiga eksekutor Kolombia membuat mereka lolos ke final.

Kepiawaian Martinez menepis penalti lawan (Yerry Mina) bahkan membuat Messi menunjukkan perangai yang jarang ia tunjukkan selama ini: Messi yang begitu garang dan tak ragu-ragu meluapkan amarah kepada sang lawan. "Coba berdansa kau, sekarang. Coba berdansa sekarang!" seru Messi.

Boleh jadi, itu adalah sebentuk rasa puas sekaligus rasa lega. Tapi, buat Messi, belum ada dansa kemenangan untuk sekarang. Daripada kembali berakhir menjadi nyaris sekali lagi, dansa dan luap kegembiraan sebaiknya disimpan dulu sekarang.

***

Jalan Argentina untuk menutup Copa America 2021 dengan status juara tidak semudah membalikkan tangan. Brasil, yang juga menjadi tuan rumah, hanya kebobolan 4 gol sejauh ini. Mereka juga diperkuat oleh Neymar, yang selama ini disebut sebagai penerus tahta Messi.

Membawa Argentina sebagai juara tidak hanya menghapus rasa penasaran Messi terhadap Copa America, tapi juga menutup rasa kecewa akan buruknya musim lalu di Barcelona. Jika tidak sekarang, kapan lagi?