Bola Mati

Foto: FC St. Pauli

Mengapa bola mati menjadi sangat begitu penting buat klub-klub saat ini.

Heinz von Heiden Arena punya kebiasaan unik. Stadion kandang Hannover 96 ini akan mendentumkan bunyi lonceng via pengeras suara setiap sepak pojok tercipta. Minggu kemarin saya mendengar 11 kali bunyi tersebut berdentum. Tujuh menandakan tuan rumah mendapat sepak pojok, empat terdengar saat St. Pauli mendapat giliran.

Bunyi tersebut, jujur saja, terkesan janggal buat saya yang baru pertama kali datang ke stadion itu. Namun, saya mengerti maksudnya. Sepak pojok adalah momentum penting dalam sebuah laga karena momen ini bisa menjadi momen pembuka terciptanya gol. Dentuman bisa memancing perhatian dan, lebih lagi, itu juga diikuti dengan iklan di layar layar besar stadion.

Sayangnya, momen yang diharapkan tidak tercipta untuk tuan rumah hari itu. “5-0 di sepak pojok (untuk Hannover), 1-0 untuk St. Pauli,” seorang rekan jurnalis berkata demikian ketika St. Pauli mencuri gol pada menit 41. Saya tahu saya bukan satu-satunya orang yang merasa janggal dengan bunyi tersebut dan dentuman itu membuat orang-orang juga bisa menghitung.

Pada satu momen di babak dua, tepatnya pada menit 65, dentuman itu juga bersambut dengan kesunyian dari para pendukung tuan rumah dan sorak sorai dari pendukung St. Pauli. Sebab, tim tamu berhasil mencetak gol via sepak pojok. Empat sepak pojok, satu gol buat tim tamu. Gol yang pada akhirnya menjadi gol penentu bahwa St. Pauli berhasil membawa pulang tiga poin ke Hamburg dari Hannover.

***

“Ada tiga sampai empat variasi,” begitu kata Fabian Hürzeler, pelatih St. Pauli, ketika saya tanya perihal berapa variasi bola mati yang timnya siapkan untuk sebuah pertandingan. Saya bertanya sekali lagi, mencoba meyakinkan apakah jumlah itu disiapkan secara spesifik untuk menghadapi satu lawan, dan Fabian mengiyakan.

Gol ke gawang Hannover siang itu memang bukan satu-satunya gol bola mati yang diciptakan St. Pauli musim ini. Jika menengok statistik yang dihimpun WhoScored, saya menemukan catatan bahwa Jackson Irvine dkk. sudah mencetak 13 gol dari situasi tersebut (non-penalti). Angka itu membawa St. Pauli berada di tiga besar untuk urusan mencetak gol via bola mati di 2. Bundesliga.

Bila saya menjadikan bola mati sebagai seorang pemain, di tim St. Pauli hanya ada satu orang yang jumlah golnya lebih banyak, yakni Marcel Hartel dengan 16 gol. Itu artinya, bola mati memang bernilai besar buat tim yang bermarkas di Millerntor ini. 13 gol itu berarti 23% dari total gol yang dicetak St. Pauli di 2. Bundesliga musim ini. Hampir seperempatnya dan ini belum menghitung penalti.

Tak cuma itu. Melihat statistik yang dihimpun FBref, St. Pauli juga menjadi tim teratas pada metrik shot-creating actions via bola mati (metrik yang mengukur jumlah bola mati yang menghasilkan tembakan) dengan angka 87 atau 2,9 per 90 menit. Bila metriknya diperkecil lagi menjadi goal-creating actions via bola mati, catatan St. Pauli adalah 0,37 per 90 menit. Terbaik kedua di liga.

Menonton St. Pauli dari pekan ke pekan juga membuat saya sadar bahwa bola mati memang disiapkan dengan serius. Saya melihat bagaimana tim ini memiliki banyak variasi bola mati. Saya pernah melihat bola dilepaskan datar dengan cepat ke kotak penalti untuk disambar dengan tendangan first-time, saya sempat melihat bagaimana bola diarahkan sedikit mendatar ke tiang dekat dan beberapa pemain St. Pauli melakukan blok (seperti pick and roll) di basket supaya rekannya mendapat situasi bebas untuk menyambar bola.

Posisi pemain pun bisa bervariasi. Terkadang mereka semua ada di kotak kecil dalam kotak penalti, terkadang semua di kotak besar, terkadang mereka berbaris membelakangi satu sama lain. Dan pada laga vs Hannover kemarin, satu gol tercipta juga dari proses yang menurut saya unik: Johannes Eggestein, pencetak gol, berdiri di tiang jauh lebih dulu. Ia kemudian berlari memutar keluar via belakang kerumunan, ke depan kotak kecil, lepas dari penjagaan lawan untuk menyundul bola dengan sempurna.

Sekadar catatan, tinggi Eggestein tidak lebih dari 180 sentimeter (jika kalian mencari namanya di Google, akan muncul tinggi 183 cm. Namun, sepanjang penglihatan saya hampir tiap pekan, saya percaya bahwa yang ditunjukkan Google salah). Mengingat bagaimana ia mampu menyambar bola dengan sundulan, tanpa kawalan berarti, menunjukkan bahwa variasi bola mati ini telah disiapkan dengan baik.

Uniknya, St. Pauli tidak memiliki pelatih khusus bola mati seperti kebanyakan tim-tim besar Eropa. Sosok yang bertugas untuk mempersiapkan skema bola mati adalah dua asisten pelatih, Peter Nemeth dan Marco Knopp. Bahkan pemain pun ambil bagian, di mana variasi juga bergantung kepada insting para pemain di lapangan atau latihan. Yang jelas, tim secara bersamaan mempersiapkan variasi bola mati itu dengan sebelumnya melihat dan menganalisis kebiasaan lawan.

***

Arsenal tak memiliki pemain yang mampu mencetak lebih dari 15 gol di Premier League musim ini. Namun, mereka memiliki senjata bernama situasi bola mati yang sejauh ini telah menyumbangkan 18 gol. Jumlah terbanyak dibanding kontestan Premier League lainnya. Dan Arsenal telah sukses memiliki tren positif ini sejak mereka menunjuk Nicolas Jover sebagai pelatih khusus bola mati.

Brentford sudah terkenal dengan betapa berbahayanya bola mati mereka. Tak heran bahwa data menunjukkan mereka adalah tim kedua dengan angka ekspektasi gol (xG) tertinggi kedua dari set-piece di Premier League dengan catatan 15,19 (10 gol kemudian mereka cetak). Tak heran pula bahwa pelatih bola mati mereka, Bernardo Cueva, kemudian diboyong oleh Chelsea.

Jika ada yang bertanya mengapa Everton masih berada di luar zona degradasi ketika mereka memiliki hukuman minus delapan poin, saya berani menjawab bahwa salah satunya itu karena bola mati. Sebab, 44% dari gol yang diciptakan pasukan Sean Dyche berasal dari situasi tersebut. Pun dengan salah satu alasan mengapa Villa, yang mencetak 16 gol dari situasi bola mati, bisa berada di empat besar.

Bola mati memang terkadang dianggap sepele. Namun, percayalah, tim-tim yang kemudian menganggap ini penting dan menyiapkan bola mati secara serius, akan memiliki lebih banyak opsi buat mencetak gol dan artinya memiliki opsi lebih besar untuk menang. Sebab ketika timmu tak punya pencetak gol ulung atau orang dengan kaki seperti Trent Alexander-Arnold dan James Ward-Prowse, variasi bola mati yang baik bisa menghadirkan gol, memberikan kemenangan.