AS Roma vs AC Milan: Duel Musuh Alami

Foto: sbonsi - Shutterstock.

Dengan lini pertahanan yang rapuh, AC Milan bakal berhadapan dengan AS Roma yang kini tidak lagi bergantung pada satu pemain saja untuk mencetak gol.

Ada aplaus untuk AC Milan ketika mereka melaju kencang dengan melibas 15 laga pertama Serie A 2020/21 tanpa kekalahan. Dengan begitu, Rossoneri sempat kokoh memimpin klasemen Serie A.

Total, 18 pekan Milan bertahan di puncak klasemen. Mereka baru turun pada pekan ke-22 ketika takluk di tangan Spezia. Lantas, kekalahan 0-3 dari Inter pada giornata ke-24 membuat Milan kian tersendat di posisi kedua—tertinggal empat poin di belakang Inter.

Pujian untuk Milan bersalin rupa menjadi kritik. Mereka yang gusar langsung menyoroti lini pertahanan tim besutan Stefano Pioli tersebut. Kegusaran tersebut beralasan. Pasalnya, pada lima pertandingan terakhir di Serie A, gawang Milan bobol 9 kali, sementara gol yang mereka cetak “cuma” 5.

Artinya, rata-rata gawang Milan kebobolan 1,8 gol per laga dalam kurun tersebut. Di sisi sebaliknya, Il Diavolo rata-rata cuma bisa mencetak 1 gol per laga dalam lima laga terakhir. Statistik ini menunjukkan penurunan yang cukup mengkhawatirkan.

Senin (1/3/2021) pukul 02.35 dini hari WIB, Milan akan bertandang ke kandang AS Roma. Dengan lini pertahanan yang tengah rapuh, Alessio Romagnoli dan kolega mendapatkan lawan yang berpotensi menjadi momok.

I Lupi tidak bergantung kepada satu orang untuk menjadi pencetak gol musim ini. Mereka tidak membaginya kepada satu atau dua orang saja, tetapi tujuh. Dengan catatan demikian, Milan punya PR tambahan: Mewaspadai lebih dari satu potensi ancaman untuk lini pertahanan mereka.

Lini Pertahanan yang Rapuh Itu

Media sosial adalah rimba yang riuh. Tak terkecuali buat mereka yang saban hari menyaksikan sepak bola dan misuh-misuh tiap kali tim jagoan tersandung atau tersungkur. Para pendukung Milan juga sama.

Kebobolan lima gol dalam dua pertandingan terakhir tanpa bisa mencetak gol sudah cukup bikin mereka gerah. Tudingan pun diacungkan ke mana-mana. Mulai dari lini pertahanan yang kagok ketika menghadapi bola mati hingga soal Romagnoli yang diklaim tidak cukup punya kecepatan untuk menangkal kegesitan lawan.

Namun, problemnya bukan perkara kemampuan individu saja. Pertandingan melawan Inter memberi pertunjukan bahwa formasi 4-2-3-1 yang diusung Milan rentan terhadap lawan yang bermain cepat dan juga cair.

Pada pertandingan tersebut, Pelatih Inter, Antonio Conte, melakukan apa yang dia kenali betul: Kombinasi permainan satu-dua antargelandang sebelum pemain ketiga menusuk masuk dari second-line, switch play antarpemain sayap, dan serangan balik cepat.

Kunci lain dari permainan Inter pada laga itu adalah tampilnya Nicolo Barella sebagai mezzala. Secara harfiah, menurut Football Italia, mezzala bisa diartikan sebagai half-winger. Peran yang satu ini biasanya mengharuskan seorang pemain untuk bergerak bebas di lini tengah dan mengeksploitasi channel di antara full-back dan bek tengah.

Mengingat Milan bermain dengan formasi empat bek, mereka memiliki ruang di antara full-back dan bek tengah yang bisa dieksploitasi. Jika mereka tak cukup disiplin menjaga ruang—atau tidak memiliki pemain yang cukup cepat untuk bertindak—kelemahan ini amat mudah untuk dieksploitasi.

Wajar kalau belakangan banyak pendukung Milan menyuarakan perubahan formasi. Rata-rata, mereka meminta untuk mengubah pakem menjadi tiga bek—entah 3-4-1-2 atau 3-5-2.

Dengan 3-4-1-2, Milan bisa memainkan Franck Kessie, Sandro Tonali, ataupun Ismael Bennacer sebagai gelandang bertahan. Dengan adanya dua gelandang bertahan yang berdiri di depan satu bek tengah, channel yang biasa dieksploitasi mezzala itu bisa ditutup.

AS Roma, Musuh Alami Milan

Boleh dibilang Roma adalah musuh alami Milan. Sama seperti Inter, tim besutan Paulo Fonseca ini juga cukup getol bermain dengan format tiga bek. Mereka juga terbiasa melakukan serangan dari sisi sayap, lengkap dengan kepiawaian dalam melakukan serangan balik.

Ketika berbicara formasi, Fonseca cukup adaptif. Sebelum ini, dia biasa memainkan pakem 4-2-3-1 untuk tim-tim yang pernah ia besut. Alasannya, formasi tersebut bisa memberikan kerapatan antarpemain dan antarlini yang ia inginkan.

Namun, Fonseca akhirnya mengubah formasi menjadi 3-4-2-1 karena menyadari bahwa timnya tetap bermain rapat dan cair dalam pakem tersebut. Nilai plus lainnya, dengan formasi tersebut, Roma mendapatkan keunggulan jumlah di lini tengah lewat dua orang gelandang bertahan dan dua gelandang serang yang menopang penyerang tunggal.

Lewat pakem itu juga, Fonseca bisa mengaplikasikan filosofinya dengan lebih ajek; timnya tetap bisa menekan lewat lima channel: Kedua sisi sayap (lewat wingback), kedua half-space (ruang di antara full-back dan bek tengah), dan area tengah.

Dengan demikian, Roma memiliki banyak opsi untuk menekan lawan, entah lewat para pemain sayap, gelandang dari second-line, atau penyerang. Maka, jangan heran juga kalau sumber gol terbanyak mereka di Serie A sejauh ini terbagi pada tujuh orang: Henrikh Mkhitaryan (gelandang, 9 gol), Jordan Veretout (gelandang, 9 gol), Edin Dzeko (penyerang, 7 gol), Borja Mayoral (penyerang, 6 gol), Pedro (gelandang, 4 gol), Lorenzo Pellegrini (gelandang, 4 gol), dan Gianluca Mancini (bek, 3 gol).

Di antara ketujuh orang itu, Mkhitaryan adalah yang paling berbahaya. Selain telah mencetak 9 gol, ia juga telah menyumbang 8 assist. Ini karena Mkhitaryan mendapatkan kebebasan untuk bergerak, entah di area tengah, membantu para pemain di sayap, atau menusuk dari second line.

Alpa mengantisipasi pergerakan Mkhitaryan atau kecairan permainan Roma, Milan bisa terpukul sekali lagi.

Banjir Cedera di Kubu Roma

Satu-satunya poin negatif buat Roma adalah banyaknya pemain mereka yang cedera. Per laporan WhoScored, mereka kemungkinan tidak bisa memainkan sejumlah bek seperti Chris Smalling, Roger Ibanez, Riccardo Calafiori, dan Davide Santon.

Dengan demikian, ada kemungkinan Roma bakal bermain dengan trio Gianluca Mancini, Bryan Cristante, dan Federico Fazio. Di lini depan, Edin Dzeko juga diragukan bisa tampil sehingga posisinya kemungkinan akan ditempati Borja Mayoral.

Dari kubu Milan, hanya dua orang yang kemungkinan tidak bisa tampil, yakni Mario Mandzukic dan Ismael Bennacer. Tanpa Bennacer, kemungkinan besar Franck Kessie akan ber-partner dengan Sandro Tonali sebagai gelandang bertahan.

✢ ✢ ✢

Jangan lewatkan pertandingan seru Roma vs Milan, Senin (01/03) dini hari pukul 02:35 WIB, hanya di aplikasi MAXstream. Tinggal download dan login pakai nomor Telkomsel, kalian udah bisa langsung puas nontonin pertandingan bola kesayangan dengan HD Quality.

Cek langsung pertandingan Liga Italia di aplikasi MAXstream dengan langsung download aplikasinya di tsel.me/RomMil1. Follow juga @telkomsel untuk dapatkan info menarik lainnya!