Belum Waktunya Persebaya untuk Puas

foto: @officialpersebaya.

Meski menang saat bersua PSS, Persebaya masih banyak PR. Oleh karena itu, belum saatnya mereka puas.

Kamu bisa merangkum bagaimana penampilan Persebaya di bawah Aji Santoso lewat satu pertandingan: Melawan Persija Jakarta di Gelora Bung Karno, 17 Desember 2019.

Mereka memainkan umpan-umpan pendek sejak laga dimulai. Mereka juga tidak memberikan Persija kesempatan memegang bola. Nyaris semua pemain terus menerus bergerak, entah mencari posisi untuk mendapatkan umpan atau menutup ruang gerak lawan.

Aryn Williams dan Muhammad Hidayat tampil ngeyel untuk memastikan Persija sulit menguasai bola di daerah permainan Persebaya. Di depan, pergerakan David Da Silva, Osvaldo Haay, dan Diogo Campos yang amat cair menyulitkan lini belakang yang diisi bek tengah lambat.

Dua gol Persebaya tercipta lewat skema yang nyaris serupa: Memanfaatkan lubang di sektor bek tengah Persija. Gol pertama diawali dari pergerakan David Da Silva di antara Fachrudin Aryanto dan Xandao. Sementara gol kedua diciptakan via umpan lambung Abu Rizal Maulana ke area bermain Xandao.

Persija memang mampu memperkecil ketertinggalan lewat Marko Simic yang sekaligus membuat skor 2-1 bertahan hingga akhir pertandingan. Namun, secara keseluruhan Persebaya amat dominan.

Apa yang terlihat di GBK, dua tahun lalu, tidak sedikit pun terlihat di Persebaya di Liga 1 2021. Kehilangan beberapa pemain jelas berpengaruh. Namun, entah apa yang membuat tangan dingin Aji seakan hilang.

Tiga kekalahan dari lima pertandingan awal membuat Bonek geram. Mereka menuntut Aji bertanggung jawab. Beruntung, Aji membawa Persebaya bangkit pada laga melawan PSS. Kemenangan 3-1 sedikit meredakan kekecewaan Bonek.

Namun, apakah itu cukup untuk menjaga asa Persebaya di Liga 1 musim ini? Rasanya belum. Dan, di sini adalah tugas Aji untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Masalah di Sisi Pertahanan


Salah satu persoalan Persebaya di Liga 1 2021 adalah sisi pertahanan. Sejauh ini, sudah ada enam pemain yang dimainkan di posisi bek kanan dan bek kiri, Frank Rikhard Sokoy, Arizky Wahyu, M. Syaifuddin, Ady Setiawan, M. Alwi Slamat, dan Reva Adi Utama.

Permasalahan masing-masing sisi di pertahanan berbeda. Di sisi kanan, Persebaya tak punya bek kanan yang cepat dan selalu sigap. Sokoy dan Arizky, yang dimainkan pada laga perdana Liga 1 musim ini bahkan jauh di bawah standar.

Syaifuddin sedikit membawa sisi kanan Persebaya lebih baik. Dimainkan pada laga melawan Persikabo, ia rajin mengawal Sergey Pushnyakov yang rutin bergerak di area kanan Persebaya. Masalah baru terjadi saat ia kembali dipasang saat bersua PSM.

Ia kedodoran saat harus menghadapi Wiljan Pluim dan Anco Jansen. Kemampuan keduanya dalam mencari posisi dan mengirimkan umpan membuat Syaifuddin kerap kelabakan. Kedisiplinan Syaifuddin seakan tidak berarti di laga ini.

Beruntung Aji berani mencoba memainkan Ady di posisi bek kanan saat menghadapi Bhayangkara. Meski bek kanan bukan posisi aslinya, penampilan Ady lumayan apik. Ia berani berduel dan pandai membaca pergerakan lawan.

Ady juga tidak canggung saat diberi tugas untuk naik membantu menciptakan serangan. Yang masih bermasalah dari Ady adalah kerap naik terlalu tinggi dan tak cukup baik dalam melepaskan umpan silang.

Persoalan bek tepi yang komplet juga ada di sisi kiri. Jika berbicara kemampuan mengalirkan bola, Alwi jelas cukup sempurna. Umpan-umpannya akurat dan bisa membaca ke mana rekan setim bergerak.

Masalah Alwi adalah ia kerap terlambat turun saat ditekan oleh lawan. Pada laga melawan Borneo FC dan PSM, sisi kiri Persebaya jadi bulan-bulanan. Winger kanan Borneo, Terens Puhiri, dan winger kanan PSM, Yakob Sayuri, berkali-kali bebas tak terkawal.

Alwi kemudian diganti oleh Reva. Reva bermain dalam peran defensive full-back yang tugas utamanya tidak lain adalah memperkuat pertahanan. Sejauh ini, dengan adanya Reva, sisi kiri pertahanan Persebaya lebih baik.

Apakah Penting Memainkan Dua Gelandang Bertahan?

Setelah melakukan banyak percobaan, akhirnya Aji memutuskan untuk Rachmat Irianto dan Hidayat. Keduanya sama-sama gelandang bertahan meski keduanya punya peran yang berbeda di atas lapangan.

Rian, selain sebagai perusak serangan lawan juga difungsikan sebagai pengalir bola. Darinya, Persebaya biasa mulai membangun serangan. Sementara itu, Hidayat fokus ke merusak serangan lawan saja.

Berbicara kebutuhan dalam menopang pertahanan, adanya dua pemain ini memang amat penting. Sebab, Persebaya coba mulai merebut bola dari lawan saat lawan berhadapan dengan Rian dan Hidayat.

Persoalannya adalah peran Rian tidak akan signifikan karena Hidayat sangat dominan. Pergerakan Hidayat amat dinamis dan ia mau menjangkau setiap area permainan. Sementara Rian cenderung statis dan lebih memilih untuk menunggu lawan masuk.

Jika ingin lebih baik, opsi terbaik adalah memainkan gelandang box to box. Di Piala Gubernur Jatim 2020, Aji Santoso pernah memainkan Ricky Kambuaya dalam peran tersebut dan hasilnya tak mengecewakan.

Bruno Moreira Memperlambat Serangan Persebaya?


Bruno Moreira digadang-gadang mampu memberikan pengaruh signifikan untuk serangan Persebaya. Pengalaman bermain di klub level teratas Liga Kolombia diyakini bakal bermanfaat bagi Persebaya yang tak punya playmaker jempolan.

Di atas lapangan, kualitas Bruno dalam membawa bola tidak perlu dipertanyakan. Kualitasnya dalam menjaga bola rasanya di atas rata-rata. Demikian pula dengan dribel-nya yang kerap menyulitkan lawan.

Masalahnya, dari empat laga ia dimainkan, tampak bagaimana ia malah memperlambat serangan Persebaya. Kondisi tersebut membuat lawan punya banyak waktu untuk mengorganisir pertahanan. Tak peduli semengerikan apa pemain depan Persebaya, pertahanan lawan yang terorganisir tentu akan lebih sulit untuk ditembus.

Masalah Bruno juga terletak pada seringnya ia bermain terlalu ke dalam. Dengan bermain lebih ke dalam, Persebaya praktis hanya punya Taisei Marukawa, Kambuaya, dan Jose Wilkson di depan.

Pergantian Pemain yang Kerap Bermasalah

Wajah Akbar Firmansyah tampak gusar saat ia harus ditarik keluar oleh Aji pada laga melawan PSM di menit ke-76. Sangat wajar melihat Akbar tak senang sebab ia baru dimainkan oleh Aji pada awal babak kedua.

Kasus Akbar jadi masalah kesekian Persebaya soal pergantian pemain. Pada laga melawan Bhayangkara, Persebaya baru melakukan pergantian pemain di menit ke-77 saat Rian cedera dengan memasukkan Marselino Ferdinan. Selang enam menit, Supriadi juga masuk menggantikan Marukawa.

Tidak ada yang salah dengan memasukkan pemain muda. Namun, lawan Persebaya saat itu adalah tim berpengalaman dan yang dibutuhkan Persebaya adalah pemain yang dibutuhkan adalah pemain yang mampu memberikan kejutan.

Alangkah lebih baik apabila kesempatan untuk bermain diberikan kepada Rendi Irwan atau Oktafianus Fernando. Keduanya jelas bisa memberikan kejutan bagi lawan.

Masalah kembali terjadi saat bersua PSS. Kecuali alasan digantinya Hidayat yang bisa diterima, masuknya Rendi Irwan dan Marsel jelas amat telat. Kondisi fisik pemain yang kedodoran dan pergantian taktik lawan tampak tidak direspons oleh Aji.

***

Kemenangan atas PSS dianggap sebagai momentum bangkitnya Persebaya. Namun demikian, melihat penampilan Persebaya di laga tersebut, terutama di babak kedua, rasanya mereka masih akan tampil inkonsisten.

Jika tidak segera memperbaiki masalah-masalah yang ada, sulit rasanya bagi Persebaya untuk bersaing di papan atas. Mereka tidak hanya harus taktik, tapi juga strategi secara keseluruhan.