Berardi, si Pencuri Ulung

Foto: Instagram @berardi25.

Sassuolo lebih dari sekadar tempat yang membentuk Berardi menjadi pemain hebat. Sassuolo adalah tempat yang memberinya ruang untuk menjadi pemain yang dibutuhkan tim.

Domenico Berardi adalah pencuri ulung. Ia mencuri gol dari sudut sempit, mencuri perhatian dari tanah pelantun dongeng.

Modena, provinsi tempat Kota Sassuolo berada, punya cerita konyol masa lampau yang mendarah daging. Kisah tersebut bernama The War of Bucket atau Perang Ember. Perang tersebut adalah perang saudara yang melibatkan orang-orang Bologna dan Modena. Konon kisahnya bermula dari sekelompok orang modena yang mencuri ember orang-orang Bologna. Tak terima dengan perlakuan tersebut, orang-orang Bologna murka hingga terjadi perang saudara.

Namun, sebagian pihak meragukan kebenaran tersebut. Bologna dan Modena pada dasarnya adalah dua kubu yang berseberangan pandangan politik. Bologna mendukung Paus, sedangkan Modena mendukung Kaisar Agung Roma. Pada abad 13, Paus dan Kaisar Agung Roma adalah dua kubu yang memperebutkan kekuasaan politik. Berangkat dari situ, perpecahan terjadi. Konon, pemenang perang tersebut diganjar dengan trofi berupa ember. Lantas, ember tersebutlah yang katanya dipajang di katedral Modena.

Serupa dengan kisah pencurian--terlepas dari benar atau tidaknya cerita tersebut--yang melekat pada orang-orang Modena, Berardi mencuri perhatian publik sepak bola bersama Sassuolo. Tim asal Modena tersebut awalnya dicap sebagai tim kacangan karena melulu berkutat di level bawah kompetisi sepak bola Italia.

Sassuolo adalah tim semenjana. Bahkan sepak bola tak memantik minat banyak orang di kota tersebut. Terletak 19 km dari pusat ibu kota Provinsi Modena, Sassuolo bahkan tak menggelar pertandingan di stadion mereka, Enzo Ricci, saat promosi ke Serie B pada 2008. Penyebabnya adalah kapasitas stadion yang tak memenuhi standar Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Akibatnya, Sassuolo mesti mengungsi ke Stadion Alberto Braglia dengan rerata kehadiran 2.000 penonton per laga.

Namanya pencuri ulung, ia tak selalu harus bermewah-mewah. Dengan kesemenjanaan itu, Sassuolo justru memukau Italia dengan permainan mereka. Ingat dengan kemenangan atas Juventus dan AC Milan di Trofeo TIM 2013?

"Akhirnya aku bisa bersorak! Membayangkan melawan AC Milan saja kami tidak pernah. Namun, hari ini kami mengalahkan mereka. Kami berhak bersukacita," begitu luapan kegembiraan Presiden Sassuolo, Giorgio Squinzi. Kepemimpinan Squinzi adalah kepemimpinan yang nyentrik. Omongannya sering tidak tertebak, tingkahnya berulang kali membuat orang mengernyitkan dahi. 

Namun, Squinzi bukan bos impulsif. Bahkan ketika timnya berhasil promosi ke Serie A, ia menolak untuk menggelontorkan banyak dana. Yang dilakukannya adalah fokus pada para pemain muda tanpa kebijakan gila. Ternyata Squinzi tak bertepuk sebelah tangan. Pemain-pemain muda berharga murah seperti Simone Zaza, Jasmin Kurtic, Francesco Acerbi, Jonathan Rusini berhasil diorbitkan. Belum lagi dengan pemuda mentereng yang kepadanya disematkan gelar "Tottinya Sassuolo", Berardi.

Saat Juventus menjual setengah kepemilikannya pada 2015, orang-orang berasumsi bahwa sebentar lagi kariernya bakal tamat. Berardi memang sempat dikaitkan dengan klub-klub besar seperti Inter Milan, Arsenal, atau Barcelona. Terlebih, Antonio Conte yang setelahnya melatih Timnas Italia enggan memanggilnya meski keputusan itu berkaitan dengan alasan taktis. Conte saat itu lebih membutuhkan striker ketimbang penyerang sayap seperti Berardi.

Berardi membutuhkan setidaknya empat musim untuk membuktikan bahwa ia belum habis. Serupa dengan Sassuolo yang mencuri perhatian, Berardi memikat mereka yang menggilai sepak bola. Sebagai penyerang sayap kanan dengan kaki kiri sebagai kaki terkuat, Berardi membuktikan bahwa ia adalah pemain mematikan.

Roberto De Zerbi yang melatih Sasuolo sejak 2018 sampai 2021 menyebut bahwa Berardi terlalu sering diremehkan. Orang-orang berasumsi liar bahwa kariernya sudah tamat karena selama beberapa musim ia hanya mencetak kurang dari 10 gol per musim kompetisi liga.

Pada 2019/20, Berardi menjawab asumsi itu dengan penuh gaya. Di kompetisi liga, jumlah golnya mencapai 14, melebihi xG yang hanya ada di angka 9,8. Musim 2020/21 lebih gila lagi. Dengan xG di angka 14,6, Berardi sanggup mencetak 17 gol di Serie A. Catatan tersebut membuktikan betapa klinisnya Berardi, apalagi pada dasarnya ia bukan seorang penyerang tengah.

Kekuatan terbesar Berardi adalah kreativitasnya. Bagi penyerang sayap, hal ini sangat krusial. Kreativitas itu tergambar dari shot creating action (SCA). Musim ini di Serie A, Berardi sudah membuat 48 SCA. Jumlah itu menjadi yang terbaik di antara kawan-kawannya. Performa itu adalah buah dari kualitas operannya yang sangat menjanjikan. Berangkat dari catatan itu pula tak heran jika Berardi mencatatkan diri sebagai pemberi assist terbanyak Sassuolo. Dalam 14 pertandingan Serie A 2021/22 ia sudah membuat 5 assist.


Sassuolo punya ciri khas dalam menyerang. Berbeda dengan tim kebanyakan, fullback Sassuolo tidak rajin membantu serangan. Mereka hanya akan naik hingga garis tengah lapangan sehingga kekuasaan sayap dari tengah hingga ke depan diserahkan kepada duo winger. Faktor ini pula yang membuat kreativitas Berardi menjadi sangat krusial bagi Sassuolo. Sistem ini membuatnya menjadi aktor utama dalam setiap serangan sayap.

Kemampuan Berardi untuk membawa bola progresif juga layak diwaspadai lawan-lawannya. Mengutip statistik FBref, Berardi mencatatkan 79 progresive carries di Serie A 2021/22. Jumlah tersebut terbaik kedua di antara semua pemain Sassuolo. Atribut ini penting, terutama, saat tim merebut bola kembali dan memainkannya secara melebar. Dalam kondisi ini, pemain sayap biasanya diisolasi. Melepaskan diri dari kepungan lawan tanpa kehilangan bola tentu menjadi aspek penting yang mesti dimiliki oleh seorang pemain sayap dalam situasi tersebut.

Kualitas tembakan Berardi adalah hal yang mesti disyukuri Sassuolo. Serupa dengan penampilannya pada Serie A 2019/20 dan 2020/21, Berardi tidak kehilangan ketajamannya pada musim 2021/22. Lihat saja golnya pada laga melawan AC Milan. Sudut sempit dan kepungan pemain lawan tak sanggup menghentikannya mencetak gol.

Berardi, bagaimanapun, merupakan tokoh penting dalam sistem permainan Sassuolo. Kabar baiknya, Sassuolo pun menjadi tempat yang sangat penting bagi perjalanan karier Berardi. Di klub inilah Berardi menemukan ruang untuk menjadi lebih dari sekadar pemain hebat. Di Sassuolo-lah Berardi mendapatkan ruang untuk menjadi pemain yang dibutuhkan: Pemain yang sanggup mencuri peluang demi mempersembahkan kemenangan kepada timnya.