Beri Ruang untuk Mbappe

Foto: Twitter @k.mbappe.

Pembahasan tentang Mbappe tidak lagi berputar peran eksekutor atau kreator. Selama memiliki ruang yang cukup, Mbappe sanggup menjalankan kedua peran itu dengan sama baiknya.

Collective framework adalah frase yang diucapkan Kylian Mbappe untuk menjawab pertanyaan seperti apa Paris Saint-Germain ketika lini serangnya diperkuat oleh Neymar dan Lionel Messi.

Entah hanya sebagai formalitas atau memang begitu adanya, frase ini menunjukkan bahwa dalam benak Mbappe yang terpenting bukan kehebatan individu, tetapi kemampuan tim dalam mewadahi kehebatan masing-masing individu. PSG bukan hanya milik Neymar, Mbappe, atau bahkan Messi seorang. PSG adalah milik siapa pun yang tercatat sebagai pemainnya.

Itulah sebabnya siapa pun yang termasuk dalam staf kepelatihan PSG mesti sanggup memastikan bahwa selalu ada tempat bagi setiap pemain di tim ini. Jika tidak ada, buat apa mengeluarkan uang jutaan euro hanya untuk mendatangkan mereka yang dilabeli bintang lapangan? Bagaimanapun, urusan terpenting di atas lapangan sepak bola adalah merengkuh kemenangan.

Ironisnya, ketika PSG diperkuat oleh pemain-pemain bintang, penampilannya sering mengecewakan. Kondisi itu tergambar jelas dalam beberapa penampilan awal PSG pada 2021/22. Benar bahwa penampilan di awal musim tidak bisa menentukan di sepanjang musim. Namun, jika di awal saja sudah kewalahan, bagaimana dengan pertengahan dan akhir musim? Salah satu penampilan terburuk PSG adalah saat mereka berlaga melawan Rennes. Dalam duel itu, PSG kalah 0-2.

Apa yang Terjadi pada Laga Melawan Rennes?

Kedatangan Messi seharusnya bisa memberikan tambahan pilihan kepada Mauricio Pochettino untuk memaksimalkan lini serang PSG. Ketika memutuskan mengontrak Messi, PSG harus menerima kenyataan bahwa mereka akan memiliki konduktor serangan yang baru: Otak serangan, orang yang merancang serangan ke lini depan. 

Melawan Rennes, PSG menggunakan formasi 4-2-3-1 dan menempatkan Mbappe sebagai ujung tombak serangan. Itu artinya, Messi memiliki diberi keleluasaan untuk bergerak bebas. Terkadang ia bergerak lebih maju, terkadang justru mengambil posisi lebih ke belakang. Mobilitasnya yang terkadang cepat, tetapi terkadang lambat bukan tanpa tujuan. Messi berperan bak seorang penyusup yang mencari jalan-jalan rahasia untuk mengalirkan bola sedekat mungkin ke area pertahanan. 

Bahkan bukan sekali dua kali ia membabat alas untuk menghentak ke depan gawang. Intinya, sepak bola Messi adalah tentang kebebasan. Persoalannya, tidak semua pemain bisa mendapatkan kebebasan. Kebebasan yang terlalu banyak justru bisa membuat kebablasan. 

Meski pos seharusnya di depan gawang, tak jarang Mbappe mundur hingga sejajar atau malah bertabrakan dengan Messi di posisi nomor 10. Masalah ini bisa diatasi ketika Messi kembali mengambil posisi mundur serta Angel Di Maria dan Neymar mengambil posisi melebar untuk menutup ruang di kedua area tersebut. 

Dalam situasi ini Mbappe ditugaskan untuk mengimbangi bek tengah lawan. Ia harus menekan para pemain bertahan untuk mundur dan menutup langkah mereka. Masalahnya, ini bukan peran natural pemain asal Prancis tersebut.

Masalah kedua, trio Messi-Verratti-Di Maria terisolasi jauh di belakang sehingga muncul dua klaster yang membuat pemain lawan dapat mengepung dengan mudah. Neymar dan Mbappe berusaha mengambil atau mengendalikan bola di area yang sama, sementara mereka tidak punya pilihan untuk mengurai pertahanan lawan dengan mengirim bola ke area lain yang masih dekat dengan titik serang karena Verratti, Messi, dan Di Maria mengambil posisi sangat dalam. Jika diterjemahkan dalam gambar, situasi dalam laga melawan Rennes itu akan menjadi seperti ini:


Apa yang Seharusnya Diberikan kepada Mbappe?

Pada musim lalu, Mbappe bermain di dua posisi: Penyerang sayap kiri dan penyerang tengah. Mbappe suka memulai serangannya dari posisi off-center dan membuat cut inside, terutama dari halfspace kiri. Ini menandakan bahwa Mbappe tampil baik jika memiliki ruang yang luas. 

Kepadatan yang membatasi ruang gerak sama dengan mematikan potensinya. Itulah sebabnya di laga melawan Rennes tadi Mbappe seperti mati kutu. Tugas untuk menekan pemain bertahan ditambah ruang gerak terbatas karena kesamaan posisi dengan Neymar membuatnya tidak dapat bergerak dengan leluasa.

Mbappe mungkin bukan seorang konduktor serangan setipe Messi yang lihai melepas operan untuk meningkatkan permainan tim. Yang dilakukan Mbappe untuk mengakselerasi permainan timnya adalah berlari dengan cerdas.

Berlari dengan cerdas tak melulu bicara tentang melakukan pergerakan tanpa bola demi menerima umpan dengan baik. Berlari dengan cerdas juga bermakna kemampuan untuk menciptakan ruang agar rekan-rekannya punya kesempatan untuk mencetak gol dengan umpan satu-dua darinya. Sebagai contoh konkret berlari dengan cerdas, silakan melihat kembali laga Prancis melawan Belgia di UEFA Nations League. Mbappe berhasil berkontribusi dalam 2 gol dari 3 gol yang diciptakan Prancis hari itu. 

Setelah melepas umpan kepada Benzema yang diadang oleh tiga pemain Belgia sekaligus, Mbappe berlari ke posisi yang sejajar dengan pemain Belgia. Dalam situasi itu, ia seperti ingin membantu Benzema agar tidak terlalu kewalahan menghadapi empat pemain (tiga mengepung, satu sejajar dengan Mbappe) Belgia sekaligus.

Benzema lalu mengalirkan bola ke belakang tempat posisi Mbappe berlari mengarah kepadanya. Begitu bola ada di kakinya, urusannya tinggal bagaimana Mbappe mengontrol bola dengan kualitas dribel yang sanggup membuat para berandal jalanan bertobat dalam sekali gocek. 

Dari situ, ia melepas umpan kepada Benzema yang sudah mengambil posisi lebih ke depan. Meski diapit oleh tiga pemain Belgia, Benzema memutar badan dan menemukan celah untuk melesakkan bola tepat ke arah gawang. Apes bagi Belgia, tak ada yang sanggup menghentikan tendangan ini. Setelahnya, Mbappe melepaskan sepakan penalti yang tak mampu diamankan oleh Thibaut Courtois.

Meski tidak berkontribusi secara langsung pada gol ketiga, Mbappe berperan penting. Dia memastikan serangan Prancis yang dimulai dengan operan Antoine Griezmann tidak putus di tengah jalan saat laga sudah sampai menit 89. Dengan pemosisian yang tepat, ia berhasil menerima bola dan melanjutkannya kepada Griezmann lagi. 

Ketika bola dialirkan oleh Griezmann ke sisi kanan, Mbappe langsung berlari melewati tengah-tengah empat pemain Belgia yang bergerak untuk mengejar bola. Berlari di sini bermakna untuk memecah pertahanan lawan. Tim mana pula yang akan ongkang-ongkang kaki saat melihat Mbappe berlari ke arah rekannya yang menggiring bola?

Bahkan saat bola sampai di kaki Theo Hernandez, Mbappe terus berlari untuk menutup posisi Axel Witsel. Dalam situasi itu, rasanya lawan mengira Hernandez akan mengoper bola kepada Mbappe. Namun, siapa yang menyangka bahwa penggawa Milan ini justru melepaskan sepakan jauh langsung mengarah ke gawang? Manuver ini pula yang pada akhirnya membuat Prancis menang 3-2.

Yang membuat permainan Mbappe lebih efektif bersama Prancis adalah ruang yang dimilikinya. Menjadi eksekutor atau kreator serangan, keduanya adalah peran yang bisa diembannya dengan sama baiknya. Bersama PSG yang sekarang, Mbappe lebih didapuk sebagai eksekutor. Bersama Timnas Prancis, ia bertindak dengan kebebasan lebih dengan menjadi kreator. Namun, ruang adalah perkara penting bagi sepak bola Mbappe. 

Dalam laga melawan Manchester City, misalnya, daya ledaknya jauh lebih meyakinkan karena ruangnya tidak dibatasi dengan tumpang tindih pemain seperti pada laga melawan Rennes. Begitu pula dengan pertandingannya bersama Prancis. Didier Deschamps membiarkannya untuk bermain dalam posisi yang lebih dalam sehingga ia bisa lebih leluasa menggunakan kreativitas dan kecepatannya untuk mematikan pergerakan lawan. 

Maka, yang paling diperlukan oleh Mbappe sebenarnya bukan lagi peran A atau B. Peran apa pun di lini serang akan sesuai dengannya. Pertanyaannya cuma satu, ada atau tidaknya ruang yang cukup bagi daya ledak Mbappe.

***

Dua belas hari setelah kalah melawan Rennes, PSG kembali meraih poin penuh ketika berhadapan dengan Angers SCO, Sabtu (16/10/2021) dini hari WIB. Le Parisien menang 2-1 dengan Mbappe menjadi penentu kemenangannya lewat penalti pada menit ke-87.

PSG bertanding tanpa kehadiran Neymar dan Messi. Di lini depan, Mbappe bekerjasama dengan Mauro Icardi dan Rafinha. Ia mendapatkan kebebasan untuk beroperasi di sisi kiri lapangan bersama bek kiri, Abdou Diallo.

Dengan berada di posisi tersebut, Mbappe lebih sering menggunakan dribel untuk menginisiasi serangan atau mengkreasikan peluang. Total, menurut WhoScored, ada 13 percobaan dribel ia lakukan dengan 6 di antaranya adalah dribel sukses. Dari sisi attempts, 2 dari total 3 attempts-nya ia lepas dari luar kotak penalti—hanya 1 yang tepat sasaran, yakni penalti yang ia eksekusi.

Yang menarik, per catatan Understat, Mbappe adalah kreator peluang terbanyak untuk PSG pada laga tersebut (3 umpan kunci). Agaknya, selama kebebasan itu ia dapatkan, Mbappe memang bisa memengaruhi berjalannya sebuah laga dengan cara apa pun yang ia bisa.