Bersama Lini Tengah yang Solid, Lazio Bertanding dengan Kepala Tegak

Foto: Twitter @OfficialSSLazio.

Lazio memang tidak mengawali musim 2021/22 dengan aktivitas transfer yang menyulut ingar-bingar. Namun, mereka tahu betul caranya bermain sebagai tim yang utuh.

Hal terbesar yang membuat Lazio diperbincangkan menjelang musim 2021/22 adalah kepergian Simone Inzaghi. 

Ia bukan pelatih dengan level popularitas yang mengalahkan selebritas, bukan pelatih yang diburu karena berhasil mengantar trofi seprestisius Liga Champions. Inzaghi adalah sebenar-benarnya kuda hitam. Dengan racikan taktiknya, ia membuat Lazio tampil sebagai tim menakutkan walau tak bertabur bintang yang kelewat gemerlap. Dengan skuat yang tepat dan perhitungan taktik efektif, Lazio mencuat sebagai kekuatan yang tak pantas buat diremehkan.

Maka ketika Inzaghi pergi, orang-orang bertanya bakal seperti apa Lazio. Keputusan Inzaghi meninggalkan kekosongan yang pada akhirnya diisi oleh Maurizio Sarri. Tentu saja Sarri tidak 'semuda' Inzaghi. Sebagian menganggapnya boomer di lapangan bola. Meski pemberontak, Sarri bukan orang yang sangat dinamis. Itu tercermin dari permainannya yang cenderung saklek di setiap tim yang dilatihnya. 

Namun, jangan buru-buru mencercanya. Dari racikan taktiknya pulalah, tim-tim seperti Empoli dan Napoli menemukan hidup yang baru. Lalu Sarri menutup tahun-tahun tanpa trofi mayor bersama Chelsea dengan menjadi kampiun Liga Europa.

Dalam dua laga awal Serie A 2021/22, Sarri menunjukkan bahwa Lazio mengambil keputusan tepat untuk merekrutnya sebagai pelatih. Dua kemenangan dalam dua laga. Yang pertama 3-1 atas Empoli, yang kedua 6-1 atas Spezia. Setelah jeda internasional, Sarri akan membawa pasukannya berlaga di markas AC Milan.

Dalam dua pertandingan tersebut, Luis Alberto dan Sergej Milinkovic-Savic berpendar sebagai nyawa serangan Lazio. Keduanya punya kemiripan posisi dan peran. Bicara posisi, mereka adalah gelandang tengah, sementara jika bicara peran, keduanya adalah mezzala. Atribut terbaik keduanya adalah kemampuan dribel dan passing. Alberto membuat 148 operan dengan akurasi 87,8% dan Milinkovic Savic melepas 109 operan dengan akurasi 89% dalam 2 laga perdana Serie A 2021/22. 

Mengutip statistik FBRef, dari total umpan tersebut Alberto dan Milinkovic-Savic masing-masing membuat 12 dan 10 umpan progresif. Itu belum ditambah dengan masing-masing 4 umpan kunci yang dibuat oleh keduanya. Atribut-atribut terkait umpan itu menunjukkan bahwa keduanya tidak mengumpan hanya untuk memenangi penguasaan bola atau memainkan bola di belakang. Titik berat umpan-umpan itu adalah operan-operan ke depan supaya penguasaan bola Lazio tetap berorientasi pada upaya mencetak gol.

Efektivitas kedua gelandang tengah ini lahir dari visi yang mumpuni. Keduanya aktif membantu serangan lewat ruang apit (halfspace), baik itu dengan kombinasi bersama winger, full-back yang overlap, hingga melepas umpan silang. Meski demikian, dalam 2 pertandingan awal ini, Milinkovic-Savic dan Alberto tidak terlihat sebagai mezzala yang gemar melepas umpan silang. Mereka tampil sebagai gelandang yang mahir melakukan gerakan-gerakan pendek dan tajam di lini tengah yang padat. 

Berhadapan dengan Lazio yang memang bermain ofensif, lawan cenderung menumpuk para pemain di lini tengah demi memutus aliran serangan secepat mungkin. Maka ketika tekanan lawan sedang tinggi-tingginya, kombinasi Alberto dan Milinkovic-Savic krusial untuk mengubah situasi menjadi serangan dengan cepat. Skema ini menjadikan Lazio ala Sarri tampil begitu ofensif. 

Akan tetapi, menjaga permainan agar tetap seimbang mungkin adalah persoalan yang harus diantisipasi oleh Sarri kapan saja. Contohnya adalah dengan memainkan fullback dengan sistem inverted ketika menyerang. Dengan begitu, Lazio dapat tetap memiliki pertahanan kokoh saat lawan mencoba mengacaukan ritme dengan serangan balik. 

Keberadaan Alberto juga menjadi titik cerah bagi Lazio. Pemain asal Spanyol ini andal dalam mencetak assist. Dalam pesta kemenangan 6-1 Lazio atas Spezia, Alberto bahkan membuat 3 assist dan 1 gol. Milinkovic Savic juga demikian. Ia membukukan masing-masing 1 gol dan 1 assist saat bertanding melawan Empoli. 

Duel tersebut lagi-lagi menunjukkan kemampuan Milinkovic-Savic dalam memanfaatkan peluang lewat duel udara. Selain diberkahi insting menyerang, ia memang punya keunggulan postur menjulang. Aspek itu memudahkannya untuk mengemban tugas sebagai mesin gol lewat duel udara.

Dalam formasi 4-3-3 Lazio, Alberto dan Milinkovic-Savic saling menopang. Atribut serangan mereka membantu pemain yang ngepos di lini pertama untuk ikut menginisiasi serangan. Alberto bisa mengisi peran Felipe Andersen ketika ia masuk ke kotak penalti lawan sehingga Lazio memiliki lebih banyak opsi untuk menyerang.

Serupa dengan Milinkovic-Savic dan Alberto, Anderson mencatatkan diri sebagai pencetak umpan kunci terbanyak di Lazio saat ini dengan total 4 umpan kunci. Dari total 101 umpan yang dibuatnya, 16 di antaranya merupakan umpan progresif. Jumlah ini menjadi yang tertinggi di antara seluruh pemain Lazio.

Trio Milinkovic-Savic, Alberto, dan Anderson membuat serangan Lazio lebih proaktif dan atraktif. Mereka sanggup mengacaukan serangan lawan berkat kecepatan, kejelian, dan kontrol bola yang baik saat melakukan dribel. Selain itu, pemain seperti Milinkovic-Savic dan Anderson tidak kagok jika harus melakukan pekerjaan defensif. Mereka bergantian membantu memutus alur serangan lawan ketika salah satu dari mereka dan Alberto sedang memprakarsai serangan. 

Jika ditotal, Anderson dan Milinkovic Savic membuat 14 tekel sukses dan 3 intersep dalam pertandingan melawan Empoli dan Spezia. Yang membuat Lazio juga tampil meledak-ledak, mereka pun memiliki opsi serangan lain dari para fullback yang bergerak maju. Manuel Lazzari dan Elseid Hysaj masing-masing telah mencetak 1 gol.

***
Maurizio Sarri barangkali tidak datang sebagai pelatih yang sangat difavoritkan menyabet gelar juara Serie A 2021/22. Namun, dalam dua pertandingan awal ini Sarri memperlihatkan bahwa Lazio diisi oleh pemain-pemain yang tahu betul caranya untuk bermain sebagai sebuah tim yang utuh. Mereka saling melengkapi, saling menutup celah, dan silih menopang. 

Faktor itu membuat Lazio tetap pantas menjalani kompetisi dengan kepala tegak walau tak memulai musim dengan aktivitas transfer yang membuat entah berapa banyak jurnalis sepak bola kelabakan.