Bisa Apa si Anak Baik di Inter Milan?

Foto: @robingosens.

Robin Gosens terkenal sebagai anak baik. Ia selalu melahap keputusan sang pelatih di manapun berada.

Eks pelatih FC Dordrecht, Harry van den Ham, buru-buru mencari gawai setelah mendapat kabar mantan anak asuhnya, Robin Gosens, masuk skuad Jerman untuk Piala Eropa 2020. Ia lantas merangkai pesan untuk Gosens.

Selamat! Saya yakin, ketika kamu percaya kepada diri sendiri, kamu bisa melakukan apa pun.

Sepuluh menit kemudian, gawai Van den Ham berdering. Gosens merespons pesan tersebut.

Terima kasih, Pelatih, saya selalu bersyukur. Luar biasa rasanya mengetahui kamu masih mengikuti saya.

Van den Ham tersenyum ketika membaca balasan itu. Ingatannya akan sosok Gosens muda pun menari-nari di kepalanya.

Gosens masih berusia 20 tahun. Potensi dan bakatnya belum terendus klub-klub besar. Jalan karier sepak bolanya masih di persimpangan meski sudah berjersi Vitesse. Namun, Van den Ham melihat ada yang istimewa dari Gosens.

"Ia bermain dengan dorongan dan komitmen tinggi. Ia memberikan segalanya di setiap duel," kata Van den Ham kepada The Guardian. "Ia adalah pemain khas Jerman, dan itulah yang saya butuhkan di tim (Dordrecht) saya."

Keyakinan Van den Ham bahwa Gosens memiliki masa depan cerah sangat teramat besar meski kebersamaan mereka hanya berumur satu setengah tahun. Van den Ham pun masih mengingat karakter Gosens di luar lapangan.

Gosens, kata Van den Ham, selalu banyak bertanya soal apa-apa yang harus ia lakukan di lapangan. Pertanyaan itu Gosens ajukan agar ia bisa mengintegrasikan diri dengan skema bermain yang akan diterapkan Van den Ham.

"Gosens menjadi salah satu pemain yang paling vokal mengatakan bahwa Dordrecht harus promosi ke Eredivise," ucapnya. "Kami pun dapat promosi. Itu adalah keajaiban dalam sepak bola Belanda, khususnya Dordrecht. Karena tahun-tahun sebelumnya, kami berada di peringkat 15 atau 16."

Karakter itu juga yang melambungkan nama Gosens selama di Atalanta. Pada Desember 2020, pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini mengambil keputusan besar soal gaya bermain anak asuhnya. Keputusan itu, ia sodorkan tepat sehari sebelum pertandingan.

Alejandro Gomez menjadi pemain paling vokal yang menolak keputusan Gasperini. Imbas dari penolakan itu, Gasperini menepikan Gomez. Ia bahkan berkata bahwa Atalanta-nya hanya membutuhkan pemain yang siap dimainkan dengan segala macam situasi.

Gosens berseberangan dengan Gomez. Ia seperti tidak ingin membuat ruang ganti gaduh. Maka, ia melahap semua keinginan Gasperini. Apa yang Gosens lakukan membuat Gasperini menyukainya.

Perlahan performa Gosens terus menanjak. Jumlah gol dan asis ia meningkat dari musim ke musim. Pada musim 2018/19, misalnya, ia hanya merangkum 3 gol dan 2 asis. Musim berikutnya, ia mengemas 9 gol dan 7 asis. Teraktual dan terbanyak, ia mengoleksi 10 gol dan 6 asis pada musim 2020/21.

Konsistensi peningkatan itu menjadi salah satu indikator yang membuat pelatih Jerman Joachim Loew kesengsem. Gosens membalas kepercayaan tersebut dengan tampil impresif. Ia juga mencetak satu gol dan satu asis ketika Jerman melawan Portugal.

Jika merujuk dua kisah tersebut, bukan tidak mungkin Gosens akan mudah mengintegrasikan diri dengan Inter-nya Simone Inzaghi.

***

Gosens resmi bergabung Inter sebagai pemain pinjaman dengan kewajiban untuk membeli apabila poin-poin tertentu yang sudah disepakati terpenuhi pada bursa transfer musim dingin.

Kedatangan Gosens ke Inter mendapat sambutan positif. Banyak pihak yang menilai transfer tersebut tepat. Apalagi, Inter masih punya kans mengawinkan trofi Serie A dan Liga Champions. Kedalaman skuad menjadi kursial untuk merealisasikan hal tersebut.

Gosens dinilai memiliki atribut yang cocok untuk mengejawantahkan keinginan dan skema bermain Inzaghi. Wing-back Inter-nya Inzaghi menjadi komponen penting dalam tim. Tugas wing-back tidak hanya sekadar menjaga keseimbangan saat menyerang-bertahan, tetapi juga memanfaatkan ruang.

Inter versi Inzaghi adalah Inter yang mengedepankan perpindahan bola-bola pendek dengan cepat. Pemain memiliki kebebasan untuk mencari posisi saat fase ofensif. Kebebasan ini berdampak pada serangan Inter yang amat cair. Fluiditas membuat sebaran gol Inter cukup luas. Sudah 16 pemain yang berhasil mencetak gol di Serie A.

Inzaghi juga melegalkan wing-back untuk saling mengisi tempat dengan striker maupun gelandang guna mengeksploitasi ruang kosong. Karena itu, wing-back kudu punya atribut menyerang yang oke. Ia harus tahu kapan masuk ke dalam kotak penalti dan melesakkan tembakan.

Skema bermain tersebut akan membuat Gosens nyaman. Ia merupakan wing-back yang punya penciuman tajam ke kotak penalti. Merujuk FBref, ia tercatat menyentuh bola di kotak penalti sebanyak 116 kali pada musim lalu. Angka itu terbanyak ketiga di Atalanta setelah Duvan Zapata (274 kali) dan Luis Murel (148 kali).

Yang membuat Gosens terbilang spesial adalah penyelesaian akhir. Ia mampu mencetak 10 gol dari expected gol (xG) 6,9 pada musim lalu. Kemampuan umpan silangnya pun tergolong mumpuni. Musim lalu, berdasarkan data FBref, ia mencatatkan 58 umpan silang sukses atau terbanyak kedua di antara pemain Atalanta lainnya.

Agresivitas Gosens dalam menyerang akan ditopang oleh bek tengah sebelah kiri Inter. Ya, bek tengah sebelah kiri yang rutin ditempati Alessandro Bastoni selalu mendapat tugas untuk maju hingga tengah lapangan. Dengan begitu, ruang kosong yang ditinggalkan Gosens bisa ter-cover.

Oke, Inter punya Ivan Perisic untuk pos wing-back kiri. Performa pemain berkebangsaan Kroasia itu cukup impresif. Ia sudah merangkum 4 gol dan 1 asis sejauh ini. Kemampuan bertahannya juga terus membaik. Ia rata-rata mencatatkan 1,2 tekel dan 1,4 intersep per laga.

Namun, itu tadi. Inter masih punya kans menggamit trofi Serie A dan Liga Champions. Kedalaman skuat harus terus diperbaiki, khusus untuk pos wing-back yang menjadi komponen penting. Apalagi di tengah pandemi, pemain bisa sewaktu-waktu absen karena positif COVID-19.

Belum lagi Februari ini Inter akan menjalani laga-laga berat. Pertama, Nerazzurri bakal berlaga melawan AC Milan di Serie A. Kemudian melawan AS Roma di Piala Italia. Sesudahnya menghadapi Napoli di Serie A dan Liverpool di Liga Champions.

Di satu sisi, kedatangan Gosens bisa menambah daya ledak Inter. Di sisi lain, Gosens baru saja melewatkan 126 hari dan 11 laga karena cedera hamstring. Lalu, apa yang bisa ia berikan untuk Inter?

"Beberapa pemain Jerman yang luar biasa sudah mencatat sejarah di klub ini. Saya berharap jadi bagian dari sejarah ini. Ini ambisi saya. Saya datang ke sini dengan keinginan besar untuk melanjutkan tradisi pemain besar, dan saya sudah tidak sabar.”