Curtis Jones, si Bocah dari Toxteth

Ilustrasi: Arif Utama.

Curtis Jones tumbuh di Toxteth dan dia tahu betul bagaimana cara memaksimalkan bakat di tengah keterbatasan. Karena itu, dia selalu memaksimalkan tiap kesempatan yang hadir untuk bisa menjadi pemain besar buat Liverpool.

Toxteth adalah bagian penting dari Liverpool. Pada abad ke-19, wilayah Toxteth merupakan pusat pemukiman kelas pekerja di Liverpool yang membeludak setelah revolusi industri. Berjalan maju sedikit ke awal abad 20, wilayah di bagian selatan Liverpool itu menjadi tempat bermukimnya imigran-imigran dari Wales.

Sampai saat ini, Toxteth adalah salah satu wilayah dengan jumlah imigran terbanyak di Liverpool. Orang-orang keturunan Afrika, China, Irlandia, Wales, hingga India banyak bermukim di sana. Toxteth adalah wilayah yang multikultural dan karenanya tak usah heran jika Anda menemukan masjid berukuran besar serta gereja yang megah di wilayah ini.

Namun, sejak era 1970-an, nama Toxteth terdengar buruk setelah pengangguran memuncak di sana. Akibatnya, kerusuhan menjadi teman karib dan kriminalitas adalah hal yang identik dengan wilayah ini. Pamor Toxteth kian meredup (mengarah ke negatif) dan bahkan ada adagium yang berbunyi begini:

"Orang-orang disebut berasal dari Dingle atau Toxteth tergantung pada apakah itu kabar baik atau kabar buruk--bila itu berita buruk, maka akan dipanggil orang Toxteth dan, bila itu kabar baik, maka disebut orang Dingle."

Sekadar memberi konteks, Dingle adalah wilayah tetangga Toxteth dengan pamor yang lebih baik. Memang dengan segara kriminalitas yang tumbuh hingga era 2000-an, Toxteth lebih dekat dengan hal buruk. Anda boleh mencari nama-nama orang terkenal yang berasal dari Toxteth dan setelahnya pasti akan menemukan nama-nama ketua gangster atau kriminal.

Beruntungnya Toxteth, Tuhan masih baik untuk menyelipkan orang-orang yang punya pengaruh positif ke wilayah mereka. Meski terkenal dengan adab buruknya, tapi Toxteth juga mampu memunculkan nama-nama yang punya impak positif nan besar untuk Liverpool.

Salah satu yang paling populer tentu saja Ringo Starr. Ringo lahir dan tumbuh besar di Toxteth, atau tepatnya di daerah sekitar Welsh Street --tempat bermukim imigran-imigran Wales. Tentulah hal yang sangat membanggakan buat Toxteth memiliki seorang legenda seperti Ringo.

Selain itu, Toxteth juga beberapa kali memunculkan pesepak bola hebat untuk Liverpool FC. Ian Callaghan, pemilik rekor penampilan terbanyak untuk The Reds, lahir di Toxteth. Pun dengan Robbie Fowler, salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Liverpool.

Sepak bola adalah pelipur lara dari kerasnya hidup yang dijalani orang-orang Toxteth. Karenanya, jika Liverpool main, adalah hal biasa jika mendengar gemuruh keluar dari jendela-jendela rumah di wilayah padat Toxteth. Mereka hidup berdampingan dengan sepak bola.

Oleh sebab itu pula, anak-anak Toxteth amat akrab dengan sepak bola jalanan. Mereka tak punya fasilitas seperti kebanyakan anak-anak di wilayah kaya Liverpool lainnya dan sepak bola adalah salah satu hal yang bisa mereka mainkan dan nikmati secara gratis (meski kadang-kadang harus memanjat pagar beberapa bangunan dulu).

Saat ini, satu bocah dari Toxteth kembali muncul dan jadi bagian penting dari skuad Liverpool. Dia punya peluang untuk jadi orang Toxteth yang punya pengaruh dan nama besar untuk klub kebanggaan, layaknya Callaghan dan Fowler. Bocah itu adalah Curtis Jones.

***

Curtis Jones bergabung di akademi Liverpool sejak berusia enam tahun, untuk bergabung di Tim U-9 Liverpool. Dari kecil, bakat besarnya sudah terendus klub. Memang, tak ada aktivitas lain yang dilakukan Jones sesering dia bermain sepak bola pada masa kecilnya.

Selain latihan, Jones masih menyempatkan diri bermain sepak bola jalanan hingga malam hari. Mimpinya serupa anak-anak Liverpool yang lain: menjadi pesepak bola dan bermain untuk klub kebangaan mereka. Karena itu, ketika kesempatan masuk klub datang, Jones tidak menyia-nyiakannya.

Dia terus tumbuh dan berlatih keras. Jones terus naik tingkat ke tim level usia yang lebih tinggi. Pada perjalanannya, ketika Manchester United dan Manchester City datang mengajukan tawaran untuk memboyongnya, Jones menolak. Dia memilih bertahan di tanah kelahiran dan pada usia 16 tahun, Jones sudah berhasil menembus Tim U-23 Liverpool.

Karier Jones di level junior benar-benar mengilap. Saat Steven Gerrard masih jadi pelatih Tim U-18 dan U-19 Liverpool, dia membangun tim dengan Jones sebagai pusatnya. Dipercaya seorang Gerrard yang merupakan Diego Maradona-nya Liverpool adalah pencapaian luar biasa buat Jones. Terlebih dia juga dipercaya sebagai kapten tim.

Hingga pada musim 2018/19, Jones mendapat panggilan pertama dari Juergen Klopp untuk berlatih bersama tim utama. Pria kelahiran 30 Januari 2001 itu meroket setelahnya. Beberapa rekor dicatatkan setelah dia memainkan laga kompetitif pertamanya pada 7 Januari 2019 dalam laga Piala FA menghadapi Wolves.

Dia menjadi pencetak gol termuda di Derbi Merseyside setelah Robbie Fowler, dengan catatan usia 18 tahun dan 340 hari. Saat itu Jones mencetak gol indah ke gawang Everton dalam laga Piala FA, yang juga jadi penentu kemenangan Liverpool. Pada 5 Februari 2020, Jones menjadi kapten termuda sepanjang sejarah Liverpool saat memimpin tim dalam laga melawan Shrewsbury Town, juga di ajang Piala FA.

Musim 2019/20 mejadi musim di mana Jones mulai mencicipi bermain di level teratas secara rutin. Dia diberi kesempatan bermain bersama tim utama di ajang Piala Liga, Piala FA, dan Premier League oleh Klopp. Meski, dia juga masih tetap berlaga bersama Liverpool U-23. Bahkan pada musim itu, Jones terpilih menjadi Pemain Terbaik Premier League 2, mengungguli Billy Gilmour-nya Chelsea.

Dan pada musim 2019/20 ini, Jones sudah secara reguler bermain untuk tim utama. Pemain yang masih berusia 19 tahun itu sudah mencatatkan 15 penampilan di seluruh kompetisi musim ini. Jones sudah jadi salah satu pilihan Klopp untuk mengisi lini tengah Liverpool bersama dengan nama-nama seperti Gini Wijnaldum, Jordan Henderson, Naby Keita, atau James Milner.

Foto: LFC

Memang pada awalnya Jones diberi kesempatan banyak untuk menutup lubang yang ditinggalkan gelandang-gelandang Liverpool yang absen karena cedera. Namun, kesempatan yang ada dimaksimalkannya dengan amat baik. Jones menunjukkan bahwa dia layak bersaing dengan gelandang-gelandang Liverpool lain yang lebih berpengalaman darinya.

Sejauh ini Jones sudah mencetak 3 gol dan 1 assist di seluruh kompetisi. Selain itu, di Premier League Jones punya catatan presentase umpan sukses per laga sebesar 92,7%. Angka itu adalah yang tertinggi jika dibandingkan gelandang Liverpool lainnya, termasuk Wijnaldum dan Thiago yang terkenal andal dalam mendistribusikan bola.

Jones saat ini tumbuh menjadi gelandang yang sesuai dengan kemauan Klopp: Gelandang yang bisa menjaga penguasaan bola dengan baik yang tak mudah melepaskan umpan-umpan berisiko. Kebetulan Jones hanya punya catatan 5,4 umpan pendek gagal per 90 menit. Angka itu adalah yang terbaik kedua di antara gelandang Liverpool, hanya kalah dari Wijnaldum yang punya catatan 3,6.

Kemampuan Jones juga ditopang dengan daya jelajahnya yang tinggi. Dia rajin bergerak ke mana saja untuk memastikan rekan-rekannya tak kekurangan opsi umpan. Selain itu, Jones juga jadi gelandang yang tak ragu bergerak vertikal untuk menusuk ke area pertahanan lawan. Karena itu dia punya catatan 51,8 umpan per 90 menit di area lawan. Angka itu lebih tinggi dari milik Henderson, Wijnaldum, atau Keita.

Keberanian itu juga membuat Jones mencatatkan 1,1 tembakan tepat sasaran per 90 menit. Catatannya itu, lagi-lagi, jadi yang terbaik jika dibanding gelandang-gelandang tengah Liverpool lainnya. Sayangnya, di Premier League, Jones belum bisa membuka keran golnya musim ini. Dia harus bisa meningkatkan kualitas peluang karena catatan expected goal (xG)-nya masih di angka 0,51.

Namun, Jones masih muda dan dia adalah pemain yang mau belajar. Dalam wawancaranya bersama The Independent, dia menjelaskan bahwa dia mendapat pelajaran penting dari sosok James Milner yang merupakan salah satu pemain paling senior di Liverpool. Jones bercerita bahwa dia acap diberi masukan, dikritik, hingga dimarahi oleh Milner.

Dari situ dia belajar jadi pemain yang lebih baik, terutama ketika menghadapi laga-laga besar yang punya tekanan lebih tinggi. Dan berkat kemauan belajar itu, Jones jadi lebih baik. Laga melawan Tottenham Hotspur pada pekan lalu bisa membuktikan bahwa Jones tak lembek saat bermain di laga dengan tekanan tinggi.

Pada laga itu Jones tampil sangat baik, mencatatkan 94% umpan sukses, 2 umpan kunci, 9 kali memenangkan bola kembali, dan 3 tembakan. Aksinya menusuk ke dalam kotak penalti Tottenham menghasilkan gol pertama Liverpool yang dicetak Mohamed Salah. Dia juga mencatatkan 1 tekel dan 4 intersep yang memastikan Liverpool bisa dengan cepat memotong aliran serangan Tottenham.

Berkat penampilan apik itu, pemain bertinggi 185 sentimeter kemudian mendapatkan pujian dari fans Liverpool dan tentu saja dari Juergen Klopp. Manajer berpaspor Jerman itu memang sudah mengakui bakat besar Jones dan bahkan menilai sang pemain bermain seperti sudah berusia 26 atau 27 tahun. 

Jones tak mengecewakan ketika diberi kesempatan dan dia membuktikan bahwa dia bisa diandalkan. Karena itu, Manajemen Liverpool menghadiahinya dengan perpanjangan kontrak jangka panjang hingga 2025 mendatang. Untuk menggaransi masa depan Jones di Anfield.

***

"Saya tumbuh seperti yang dilakukan banyak Scousers (orang asli Liverpool); hanya menjadi anak jalanan, tidak memiliki fasilitas terbaik, dan memanfaatkan semua yang kamu bisa," ujar Jones soal bagaimana dia tumbuh.

Jones tahu betul bagaimana cara memaksimalkan bakat di tengah keterbatasan. Dia juga beruntung memiliki kepercayaan diri yang bagus. Karenanya, ketika dipromosikan ke tim utama, Jones memilih nomor punggung 17. Nomor punggung yang sama dengan Steven Gerrard di awal-awal kariernya bersama (tim utama) Liverpool.

Jones ingin menunjukkan bahwa dia bisa menjadi Gerrard, bocah dari lingkungan kelas pekerja yang tumbuh bersama Liverpool untuk kemudian memberikan pengaruh dan prestasi besar buat klub. Jones, bocah dari Toxteth itu, punya kesempatan besar untuk mewujudkannya.

Lagipula, Jones adalah sosok yang mau belajar untuk mewujudukan sesuatu. Dia tentu bisa belajar dari kasus Jay Spearing, Jordan Rossiter, atau Conor Coady. Tentang mereka yang gagal berimpak besar, gagal menjadi Gerrard berikutnya, meski sudah diberi kesempatan menembus tim utama.