Five Seasons Wonder

Foto: LFC

Menyebut Salah, yang merupakan salah satu pemain terbaik di Premier League, sebagai one-season-wonder adalah sebuah kekonyolan. Mengapa tidak sekalian saja menyebutnya sebagai five-seasons-wonder?

Radiohead punya caranya sendiri untuk mengenyahkan tuduhan one-hit-wonder buat mereka.

Muaranya adalah lagu Creep. Memang pada awalnya, ketika dirilis pada September 1992, lagu itu tidak langsung menembus papan atas tangga lagu dunia. Butuh waktu sekitar satu tahun sebelum akhirnya Creep mendunia, menjadi top-chart di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Setelah lagu itu meledak, Radiohead membawakannya di setiap tur mereka. Orang-orang datang ke pertunjukan hanya untuk mendengar lagu Creep dibawakan. Band asal Inggris ini pun mulai dijuluki sebagai "that Creep band". Tuduhan bahwa mereka one-hit-wonder menggema.

Thom Yorke dkk. muak atas tuduhan itu. Mereka jengkel karena hanya dinilai dari lagu Creep saja. Lebih-lebih, Ed O'Brien, sang gitaris, sampai bilang begini: "Kami tampaknya menjalani empat setengah menit yang sama dari hidup kami berulang-ulang. Itu sangat menyesakkan."

Dari situ sebuah langkah dilakukan. Radiohead mencoret Creep dari set-list tiap kali naik panggung. Kalaupun harus dibawakan, itu hanya di panggung-panggung tertentu saja. Radiohead ingin menghapus stigma bahwa mereka sekadar Creep.

Toh, nyatanya memang begitu. The Bends, album yang lahir usai Pablo Honey (album yang ada Creep-nya), jauh lebih menyenangkan (well, setidaknya buat saya). High and Dry serta Fake Plastic Trees layak disandingkan dengan Creep dalam soal popularitas.

Ok Computer, album setelahnya, begitu fenomenal. Dan Kid A, album yang dirilis pada 2000, ada di urutan 20 dalam daftar The 500 Greatest Albums of All Time versi Rolling Stone. Lewat rilisan-rilisan itu, Radiohead berhasil membuktikan diri. Konyol bila ada yang menyebut mereka one-hit-wonder.

Kini, orang-orang tau bahwa Radiohead adalah salah satu band paling berpengaruh dari Inggris, bukan sekadar "that Creep band".

***

Saat Mohamed Salah berhasil mencetak 32 gol di Premier League pada musim pertama bersama Liverpool, orang-orang menyebutnya one-season-wonder.

Banyak yang mengira bahwa Salah akan seperti Michu, Papiss Cisse, atau Roque Santa Cruz: Pemain yang mencetak banyak gol di sebuah musim, lalu tenggelam di musim-musim berikutnya. Terlebih Salah pernah tiba di Premier League sebelumnya dan penampilannya biasa-biasa saja.

Namun, perkiraan terhadap Salah itu salah. Salah, seperti halnya Radiohead, berhasil membuktikan diri bahwa ia memang bukan one-season-wonder. Ia memang tak berhasil membukukan 32 gol dalam semusim lagi, tetapi sejak musim 2017/18 itu, Salah selalu membukukan dua digit gol.

Di musim 2018/19, ia mencetak 22 gol yang bikin dirinya kembali jadi top-skorer Premier League, kali ini bersama Pierre-Emerick Aubameyang dan Sadio Mane. Musim 2019/20 ia mencetak 19 gol dan pada musim lalu pemain berpaspor Mesir ini mencetak 22 gol liga.

Pada musim ini, dari enam laga awal Premier League, Salah sudah mencetak lima gol. Akhir pekan kemarin ia baru saja mencatatkan 100 gol di ajang Premier League. 100 gol yang didapat dari 151 laga saja, tercepat dalam sejarah Liverpool.

Lantas, one-season-wonder mana yang bisa mencetak 100 gol secepat itu? Salah justru amat layak disebut sebagai salah satu pemain terbaik yang ada di Premier League dalam lima musim terakhir. Salah satu yang paling tajam juga. Istimewanya lagi, ia bukan penyerang tengah.

Salah jadi penyerang sayap pertama sejak Cristiano Ronaldo pada 2007/08 yang berhasil meraih gelar top-skorer. Mau tahu yang lebih hebat lagi? Di tiga dari empat musim terakhir, angka gol Salah selalu lebih banyak dari angka harapan peluang (xG) yang ia catat.

Di musim lalu, misalnya, ia mampu mencetak 22 gol dari xG yang cuma 19,3 saja. Ini semakin membuktikan betapa klinisnya Salah. Ia bisa menyelesaikan sekecil apa pun peluang menjadi gol. Sudut sempit atau kerubungan pemain lawan bukan masalah buat pemain berusia 29 tahun ini.

Catatan gol & xG Salah. Grafis: Mark Carey via The Athletic

Jika ada yang bertanya apa kunci Salah bisa setajam itu, jawabannya adalah pemosisian badan. Ketika tahu bahwa ia akan menerima umpan, Salah akan membuat badannya berada dalam posisi siap menembak, terutama dengan kaki kiri yang merupakan kaki terkuatnya.

Karenanya tak usah heran bila Anda melihat Salah bisa langsung menembak dalam satu sentuhan. Dari 100 gol yang sudah ia ciptakan di Premier League, 82 di antaranya memang dicetak dengan kaki kiri. Catatan itu membuktikan kesiagaannya untuk segera menembak.

Melihat Firmino akan melepas umpan, Salah langsung menyiapkan badannya ke posisi siap menembak. Foto: Youtube Liverpool
Salah langsung menembak dalam satu sentuhan. Foto: Youtube Liverpool

Gesture itu pula yang membuat Salah selalu masuk dua besar dalam kategori jumlah tembakan terbanyak di Premier League selama empat musim terakhir. Rata-rata ia mencatatkan 131,5 tembakan tiap musim. Itu berarti, ada 1 gol yang tercipta dari tiap 5,5 tembakan yang dilepaskan Salah.

Selain itu, penempatan posisi Salah luar biasa baik. Ia bisa menempatkan diri agar berada di situasi tak terkover pemain lawan. Berada di posisi unggul lari dari lawan terdekatnya, ditambah kecepatan yang dimiliki, Salah akan sulit dikejar dan itu akan memudahkannya mencetak gol.

Saat Fabinho melepas umpan, Salah sudah berlari agar tak terkejar lawan. Foto: Youtube Liverpool

Kendati merupakan pemain sayap, area sentuhan Salah juga lebih banyak tercipta di kotak penalti lawan. Ia memang acap memulai pergerakan dari flank, tapi ketika ada pemain lain yang siap melepas umpan, Salah akan masuk ke dalam kotak penalti untuk menyambut umpan tersebut.

Dalam sistem yang diterapkan Juergen Klopp di Liverpool, para penyerang sayap memang ditugaskan untuk menusuk ke dalam kotak penalti. Mereka inilah yang akan jadi goal-getter yang siap menyambut umpan-umpan dari para full-back, gelandang, atau bahkan bek tengah.

Pada awal musim ini saja, Salah sudah menyentuh bola 57 kali di kotak penalti lawan. Itu angka paling banyak kedua di Premier League. Salah mengungguli penyerang tengah macam Jamie Vardy, Romelu Lukaku, Cristiano Ronaldo, Danny Ings, sampai Raul Jimenez.

Makin banyak seorang pemain menyentuh bola di area dekat ke gawang, makin besar pula peluangnya untuk mencetak gol. Itu yang dilakukan mantan pemain AS Roma ini. Dari 57 sentuhan itu, ada 22 tembakan yang ia lepaskan. Satu tembakan per 2,5 sentuhan di kotak penalti.

Heatmaps Salah musim ini. Grafis: Sofascore

Bukanlah hal yang mengejutkan bahwa dalam empat musim terakhir, Salah selalu jadi pemain dengan sentuhan terbanyak di kotak penalti lawan. Dari situ, banyak gol yang berhasil ia ciptakan. Musim ini, ia pun berpeluang menciptakan hal yang sama.

Bahkan catatannya bisa melebihi musim lalu. Dari enam laga awal, Salah sudah mencatatkan 0,68 xG per 90 menit. Sementara pada musim lalu ia hanya mencatatkan 0,61 xG per 90 menit. Jumlah tembakan tiap 90 menitnya juga meningkat, dari 3,51 musim lalu menjadi 4 pada musim ini.

Jika pada akhir musim nanti ia kembali mencetak lebih dari 20 gol atau bahkan bisa kembali mendapatkan gelar top-skorer, konyol menyebut Salah sebagai one-season-wonder. Bagaimana jika orang-orang itu menjuluki Salah sebagai five-seasons-wonder saja?