Gareth Southgate dan Three Muskeepernya

Apes benar nasib Southgate. Ketiga kipernya dalam kondisi yang tak mengenakkan. Pickford dan Pope lagi jeblok, sedangkan Henderson cuma jadi kiper cadangan di Manchester United.

Alexandre Dumas pernah menceritakan petualangan seorang pemuda bernama d'Artagnan. Dengan genre swashbuckler, tentu saja pernah petualangan sang pemuda itu dikisahkan dengan heroik. Rintangan demi rintangan datang. Pun setelah dia bertemu dengan Athos, Porthos, dan Aramis,

Athos yang tertua adalah seorang duda yang kecewa akan cinta. Kemudian ada Porthos sang pesolek yang cerdas, serta Aramis si licik yang religius. Karakter ketiganya memperkuat alur petualangan d'Artagnan yang legendaris itu. Ya, cerita kondang yang kemudian dikenal dengan judul Three Musketeers.

Gareth Southgate barangkali punya kesamaan dengan d'Artagnan. Petualangannya sebagai pelatih Inggris tak kalah seru dengan protagonis di genre swashbuckler. Tanggung jawab serta tekanan Southgate sama hebohnya dengan adegan pedang-pedangan dan aksi akrobat ala kesatria.

View this post on Instagram

THE BIG 5️⃣0️⃣!

A post shared by England football team (@england) on

Southgate tentu tak sendirian. Dia dibantu para pemainnya untuk menyelesaikan petulangannya ini, termasuk tiga penjaga gawangnya: Jordan Pickford, Nick Pope, dan Dean Henderson.

Lucunya, ketiganya sedang dalam performa memprihatinkan sekarang. Pickford misalnya, sudah kebobolan 15 gol dari 9 laga bersama Everton di musim ini atau 1,6 bila dirata-rata per pertandingan. Catatan cleansheet-nya? Cuma sebiji. Belum lagi dengan rata-rata penyelamatannya yang cuma mencapai 2,9 per laga. 

Oke, Pope sedikit lebih baik dari kompetitornya itu. Dia rata-rata mengukir 3,1 saves per lagaNamun, catatan kebobolan Pope juga tak bisa dibilang rendah. Kiper Burnley itu sudah kemasukan 13 gol dari 8 pertandingan atau 1,6 gol di tiap laga.

Oh, iya, Pope dan Pickford juga sama-sama bikin kesalahan berujung gol di musim ini. Situs Premier League mencatat, keduanya telah membuat satu blunder hingga pekan kedelapan.

Lantas, bagaimana dengan Henderson?

Kalau berkaca pada performa musim lalu, sih, Henderson sebenarnya cukup qualified. Total 13 cleansheet dia bukukan--hanya terpaut 3 dari Ederson. Perlu digarisbawahi, kiper 23 tahun itu cuma bermain di Sheffield United yang baru promosi.

Sayangnya, situasinya berbeda sekarang. Henderson dipulangkan Manchester United dan cuma jadi pelapis David De Gea. Penampilannya di Liga Champions jadi sorotan. Sudah gawangnya 2 kali bobol saat bertandang ke Istanbul Basaksehir pekan lalu, United kalah pula.


Krisis kiper ini rada ironis, sih. Pasalnya, Southgate justru punya bakat melimpah di berbagai sektor. Dia memiliki banyak stok di pos full-back, gelandang, dan penyerang.

Ini kembali mengingatkan kita pada problem inkonsistensi palang pintu klasik Inggris macam David Seaman, David James, Paul Robinson, Robert Green, dan Joe Hart. Makin kompleks karena Southgate sekarang punya standar tinggi buat kiper utamanya, khususnya perkara kemampuan distribusi bola.

Well, di bawah arahannya, Inggris menjadi lebih intens menerapkan penguasaan bola dari lini belakang. Praktis, mereka juga membutuhkan kiper yang piawai dalam mendistribusikan umpan-umpan pendek.

Ini masalahnya, kiper-kiper Inggris relatif sering bermain direct ketimbang melepaskan bola pendek. Menurut data World in Motion pada 2018/19, Ben Foster, Joe Hart, dan Tom Heaton jadi kiper yang terbanyak dalam melepaskan long ball.

Terhitung hanya Pickford dan Marcus Bettinelli (Fulham) yang tergolong intens dalam melepaskan umpan pendek--meski tak sesering Ederson, Alisson Becker, serta Bernd Leno. Dengan spesifikasi semacam ini, tak salah kalau Southgate kemudian memilih Pickford sebagai penjaga gawang utama Inggris sejak Piala Dunia 2018.

Menjadi dilematis karena performa Pickford sekarang sedang jelek-jeleknya. Pelatih kiper Inggris, Martyn Margetson, juga telah mengevaluasi penampilan eks Sunderland tersebut.

Laga versus Denmark tengah bulan lalu jadi sorotan Margetson. Saat itu dia mengamati pergerakan tangan Pickford tidak sempurna. Pun dengan kesalahannya dalam mengantisipasi bola pada duel lawan Fleetwood Town di Piala Liga.

"Tangan kirinya kerap lebih rendah dari tangan kanannya. Sekali lagi, dia melakukan penyelamatan yang bagus. Namun, ketika tangan Anda simetris, bakal membuat penyelamatan sulit menjadi lebih mudah dilakukan," kata Margetson dilansir Sky Sports.

View this post on Instagram

💪💪💪

A post shared by England football team (@england) on


Memang, sih, secara diplomatis Southagate masih menganggap Pickford belum memiliki saingan serius sebagai kiper utama Inggris. Namun, kenyataannya dia memilih Pope sebagai starter saat 'Tiga Singa' berhadapan dengan Irlandia dini hari nanti. 

Irlandia memang cukup ideal buat mencoba formula baru ini. Selain bertajuk laga persahabatan, Inggris juga unggul head to head atas saudara serumpunnya itu. The Three Lions cuma kalah 2 kali dalam 9 perjumpaan. Lima di antaranya sukses mereka menangi. 

Eh, tapi tunggu dulu. Inggris bakal melakoni laga penting tiga hari berselang. Ada Belgia yang bakal mengadang mereka di laga lanjutan UEFA Nations League. FYI, Romelu Lukaku cs. saat ini bertengger sebagai pemuncak klasemen Grup 2 dengan 9 angka--terpaut 2 poin dari Inggris yang sekarang bercokol di posisi ketiga.


Secara garis besar Pope memang bukan pilihan bagus, tetapi yang paling tepat. Ketimbang Pickford yang jeblok atau Henderson yang minim menit bermain, Pope sedikit mendingan. Kiper 28 tahun itu unggul jumlah cleansheet dan rata-rata penyelamatan per laga dibanding para saingannya.