Harap Maklum kalau Jumlah Assist Alexander-Arnold Menurun

Foto: Twitter Trent Alexander-Arnold

Liverpool sudah menjalani 16 laga dan Alexander-Arnold baru mengemas 2 assist. Apa saja yang membuat jumlah assist-nya sejauh ini menurun dari musim lalu?

Musim 2019/20, tak bisa kita bantah, adalah musim terbaik bagi Trent Alexander-Arnold. Selain mendapat gelar juara Premier League bersama Liverpool, musim itu dia juga berhasil mencatatkan 13 assist dan 4 gol di ajang yang sama.

Catatan itu membuatnya menjadi pemain belakang dengan jumlah assist terbanyak dalam satu musim di era Premier League. Penampilan memukaunya di musim 2019/20 juga membawanya mendapat label sebagai salah satu full-back kanan terbaik dunia, dan terpilihnya dia dalam Best XI 2020 versi FIFA semakin menguatkan label itu.

Namun, hampir separuh musim ini berjalan, penampilan Alexander-Arnold yang kita lihat di musim lalu belum nampak. 16 laga dilalui Liverpool dan pemain berusia 22 tahun itu baru mengemas 2 assist. Dalam jumlah laga yang sama di musim lalu, Alexander-Arnold telah berhasil menciptakan 6 assist plus 1 gol.

Jika merujuk statistik assist saja, bisa disimpulkan ada penurunan performa dari seorang Alexander-Arnold. Sebab, rekannya di sisi yang lain, Andrew Robertson, cukup konsisten bila melihat catatan sejak musim lalu. Sejauh ini Robertson sudah mencatatkan 5 assist dan dari jumlah laga yang sama musim lalu, pemain asal Skotlandia itu mencatatkan jumlah assist yang persis.

Apa yang membuat Alexander-Arnold belum mampu mengulangi pencapaian ciamiknya musim lalu? Apa karena faktor cedera yang dialami musim ini? Atau ada faktor lain? Kami coba mendedahnya.

Alexander-Arnold memang sempat mengalami cedera di musim ini. Namun, cedera betis yang dialaminya hanya membuatnya absen selama dua laga. Artinya, pemain jebolan akademi Liverpool itu bermain sebanyak 14 laga dari 16 yang sudah dilalui klub. 2 assist dalam 14 laga. Hmm, musim lalu, sih, dia berhasil mencatatkan 5 assist dalam jumlah laga yang sama.

Jadi, faktor cedera tampaknya bisa kita kesampingkan. Karena pasti ada faktor lain yang lebih memengaruhi performa ofensif pemain berdarah Amerika Serikat itu.

Grafis: Squawka

Sebagai seorang full-back, crossing acap jadi senjata andalan untuk mendulang assist. Karena itu, statistik yang pertama kami lihat dari Alexander-Arnold adalah jumlah umpan silang per 90 menit yang dia catatkan. Angka musim ini bila dibandingkan musim lalu memang menurun. Musim ini dia hanya membuat 7,5 umpan silang per 90 menit, berbanding 10,9 musim lalu.

Selain umpan silang, jumlah sentuhan per 90 menit yang dicatatkan Alexander-Arnold juga menurun. Di musim ini dia hanya mencatatkan 100,5 sentuhan per 90 menit, berbanding 103,9 pada musim lalu. Bahkan pada musim lalu, Alexander-Arnold berhasil menjadi pemain dengan jumlah sentuhan terbanyak di Premier League dengan total 3.664.

Menurunnya angka umpan silang dan sentuhan Alexander-Arnold musim ini tak lepas dari semakin ketatnya Alexander-Arnold dikawal oleh para pemain lawan. Lawan-lawan yang Liverpool hadapi tahu bahwa dia kerap jadi pusat serangan-serangan dan atensi lebih mengarah padanya di musim ini. Dia kerap dijaga ketat oleh pemain sayap atau full-back lawan.

Itu lantas tak bisa membuatnya menciptakan assist dengan ruang terbuka lebar seperti musim lalu.

Hal tersebut kemudian berpengaruh kepada kuantitas penciptaan peluang yang diciptakan pemuda kelahiran Liverpool itu. Musim ini, Alexander-Arnold hanya menciptakan 1,9 peluang per 90 menit, berbanding 2,5 pada musim lalu. Tak hanya kuantitas, kualitas peluangnya pun menurun.

Musim ini dia hanya mencatatkan 0,19 expected assist (xA) per 90 menit, berbanding 0,32 pada musim lalu. Yang menarik, angka xA per 90 menit milik Robertson justru meningkat di mana dia mampu mencatatkan 0,25 musim ini berbanding 0,23 pada musim lalu.

Belum kembalinya performa Alexander-Arnold seperti musim lalu ini kemudian membuat jalur serangan utama The Reds berubah. Jika pada musim lalu sisi kanan lebih mendominasi, pada musim ini alur serangan bertumpu di sisi kiri. Per WhoScored, Liverpool musim ini melakukan 38% serangan mereka via sisi kiri, berbanding 36% via sisi kanan.

Satu hal lain yang juga berpengaruh pada menurunnya jumlah assist Alexander-Arnold adalah kuantitas pengambilan sepak pojok. Tak seperti musim lalu di mana dia adalah eksekutor utama Liverpool, musim ini dia harus berbagi tugas dengan Robertson. Karenanya tidak perlu heran melihat angka sepak pojok per 90 menit miliknya menurun ke angka 2,7 dari angka 4,6 pada musim lalu.

Lalu, tengoklah bagaimana musim ini Robertson punya angka 3,6 sepak pojok per 90 menit berbanding 1,3 pada musim lalu. Berkurangnya intensitas mengambil sepak pojok jelas mengurangi probabilitas Alexander-Arnold menciptakan assist. Sebab, pada musim lalu, 5 dari 13 assist yang diciptakannya berasal dari sepak pojok.

Satu hal lain yang membuat Alexander-Arnold menurun sisi ofensifnya adalah karena pada musim ini dia juga fokus memperbaiki atribut defensif. Awal musim ini adalah awal yang kelam buat dia karena sisi kanan Liverpool acap jadi sasaran serangan lawan. Dimulai dari gol Jack Harrisson untuk Leeds hingga rentetan gol Aston Villa dalam laga 7-2 yang fenomenal itu.

Sejak kebobolan 11 gol dalam empat laga awal, pertahanan Liverpool membaik dengan hanya kemasukan sembilan gol dari 12 pertandingan. Selain karena kembalinya Alisson, faktor lain adalah membaiknya sisi kanan Liverpool yang digawangi Alexander-Arnold. Buktinya, dari sembilan gol itu, hanya dua yang melewati sisi kanan Liverpool.

Bahkan, catatan defensif pemain bernomor pungggung 66 itu sudah melebihi catatan defensifnya pada musim lalu. Tengok saja catatan intersep miliknya di mana dia mampu mencatatkan 1,5 intersep per 90 menit musim ini, berbanding 1,3 pada musim lalu. Selain itu, angka presentase duel darat (ground duel) sukses miliknya juga membaik musim ini dengan catatan 56,6%, berbanding 44,4% pada musim lalu.

Grafis: Squawka

Satu catatan penting lain adalah bagaimana di musim ini dia kehilangan penguasaan bola (possesion lost) lebih sedikit dari musim lalu. Musim ini dia hanya mencatatkan 22,8 kehilangan penguasaan bola per 90 menit, berbanding 29,7 kali per 90 menit pada musim lalu.

Adalah penting bagi Alexander-Arnold untuk konsisten dalam aspek defensif, karena di musim ini dia bermain dengan sosok yang berbeda di sektor kanan pertahanan Liverpool. Jika di musim lalu Joe Gomez selalu ada untuk mengover area kanan, di musim ini Alexander-Arnold harus bertandem dengan Joel Matip, Rhys Williams, Nathaniel Phillips, hingga Fabinho.

Tentu dia memerlukan adaptasi dan konsistensi untuk menjaga sisi kanan Liverpool tetap aman, dengan siapa pun tandemnya. Apalagi dua dari empat tandemnya itu belum punya banyak pengalaman di level teratas. Alexander-Arnold, mau tak mau, harus mampu menunjukkan performa defensif yang baik.

Bagi seorang full-back, mengerjakan dua tugas sekaligus (bertahan dan menyerang) dengan sama memukaunya jelas adalah pekerjaan sulit. Buat Alexander-Arnold, mungkin musim ini yang terpenting adalah memperbaiki aspek bertahan dulu. 

Toh, Liverpool beruntung karena pada musim ini Robertson mengalami peningkatan pada aspek ofensif (lucunya, catatan defensifnya justru menurun) dan dia bisa diandalkan untuk jadi pusat serangan.

Jika situasi di pertahanan Liverpool sudah kembali normal (maksudnya Virgil van Dijk, Joe Gomez, dan Joel Matip sudah bugar 100%), maka bolehlah kita berharap gelontoran assist Alexander-Arnold akan kembali mengucur deras seperti musim lalu.