Hidup Ideal Pemain Sepak Bola: Jadi Pemain Dipuja-puja, Pensiun Kaya Raya

Ilustrasi: Aleksandar Grozdanovski-Shutterstock.

Banyak pemain bola berbisnis ketika sudah pensiun atau saat masih bermain. Teranyar, Mesut Oezil kabarnya bergabung dengan sebuah venture capital asal San Francisco. Ada yang mau didanai oleh Oezil?

Banyak cara yang bisa manusia lakukan dalam menikmati masa pensiun. Ada yang berjalan-jalan keliling dunia --entah bersama anak dan istri atau sendirian--, ada pula yang menikmati pagi dengan secangkir kopi di tempat jauh dari ingar-bingar kota.

Hal tersebut seperti pembalasan dendam. Orang-orang yang sibuk dan terus bekerja selama masa produktif akan membayar utangnya dengan bersantai sekhusyuk mungkin. Waktu-waktu yang dulu hilang mereka tebus sampai lunas.

Ada juga yang pensiun, tetapi masih ingin aktif dan belajar. Biasanya, waktunya mereka habiskan dengan menekuni hobi atau mempelajari sesuatu yang baru. Siapa tahu mereka memiliki keterampilan lain yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu lowong.

***

Masa edar pemain bola biasanya sekitar (paling lama) 20 tahunan. Mereka bisa mencapai puncak kariernya di usia 25 hingga 28 tahun. Selebihnya, permainan cenderung melambat dan sulit bersaing dengan para pemain muda.

Mereka yang masih bisa bertahan sampai akhir 30-an, dan terus bertahan di level teratas, biasanya jumlahnya tak banyak --meski bukan sesuatu yang tak lazim juga. Oleh karena itu, kebanyakan pesepak bola biasanya mulai berpikir pensiun pada usia 35 tahun. Meski, ya, ada juga pemain yang pensiun lebih cepat dari umur tersebut.

Eric Cantona adalah contohnya. Mantan pemain Manchester United itu pensiun saat usianya masih 31 tahun. Padahal, Cantona bisa main kira-kira tiga sampai lima tahun lagi.

Bukan cedera yang membuat Cantona memutuskan untuk gantung sepatu. Berdasarkan wawancara yang dikutip Manchester Evening News, Cantona pensiun karena hasrat bermain sepak bola yang sudah lenyap. Bahkan, Cantona tak menyaksikan pertandingan sepak bola dua hingga tiga tahun setelah dirinya pensiun.

Selain Cantona, ada juga Pablo Osvaldo yang memutuskan untuk pensiun di usia 29 tahun. Osvaldo lebih gila lagi, penyerang yang pernah membela AS Roma, Juventus, dan Southampton itu pensiun karena ingin menjadi rockstar.

Osvaldo pernah berkisah dirinya dihubungi oleh Jorge Sampaoli yang membutuhkannya untuk kembali bermain pada Desember empat tahun lalu. Lalu, apa jawaban Osvaldo? "Saya berkata kepadanya, tidak bisa karena akan ada Cosquin Rock Festival. Sampaoli lalu berkata 'saya lupa, kamu tak mungkin melewatkan itu," ujar Osvaldo seperti dilansir Four Four Two.

Kehidupan pesepak bola usai pensiun memang banyak yang unik. Ada yang menjadi petinju, pemadam kebakaran, artis, nelayan, pemadam kebakaran, hingga terjun ke dunia politik.

George Weah adalah salah satunya. Tuntas jadi pesepak bola, Weah kini menjabat sebagai Presiden Liberia. Desember tiga tahun lalu, Weah terpilih menjadi presiden usai mengumpulkan suara sebanyak 61,5 persen. Eks pemain AC Milan itu mengalahkan pesaingnya, Joseph Boakai, yang cuma bisa mengumpulkan 38,5 persen.

Jejak Weah sama dengan Kakha Kaladze. Bek tengah yang pernah merumput dengan Milan itu juga terjun ke dunia politik di negaranya Georgia.

Pada tahun 2012, Kaladze ditunjuk sebagai Menteri Energi Georgia. Lima tahun setelahnya, Kaladze mundur dan memilih untuk mengikuti pemilu Wali Kota Tbilisi. Dengan mulus, Kaladze terpilih dengan perolehan suara mencapai 51,1 persen.

Kalau di Indonesia, sih, banyak pesepak bola yang berpetualang ke dunia politik. Atep, contohnya. Ia mencalonkan diri menjadi calon wakil bupati di daerahnya dalam Pilkada akhir tahun nanti.

***

Belakangan ini, kita jarang betul melihat Mesut Oezil beraksi di lapangan. Wajar, pemain asal Jerman itu sudah terpinggirkan dari skuat Arsenal arahan Mikel Arteta. Kabarnya, sulit untuk mengintegrasikan Oezil ke skema permainan yang Arteta inginkan sekarang.

Karena “menganggur” dan tertepikan dari permainan di stadion, Oezil memilih untuk bermain-main di linimasa Twitter. Hari-hari belakangan ini, kita lebih sering melihatnya berselancar di dunia maya daripada menari-nari di atas lapangan hijau.

Namun, bukan berarti Oezil tak punya kesibukan di luar lapangan. Pada tahun 2018, gelandang berdarah Turki itu memutuskan untuk menekuni bidang selain sepak bola dengan membuat tim eSports yang ia beri nama M10. Oezil juga merekrut Fatih Ustun ke dalam timnya.

Fatih Ustun ialah juara FIFA eClub Wolrd Cup 2018 bersama Brondby. Kehadiran Ustun merupakan keseriusan Oezil membangun tim eSports-nya.

Terbaru, Oezil juga terjun ke bisnis keuangan global. Pemain yang pernah membela Real Madrid, Schalke, dan Werder Bremen itu bergabung dengan Venture Capital yang berbasis di San Francisco. Oezil dikabarkan menjabat sebagai Strategic Advisor.

Foto: Twitter @mesutozil1088

Tentu saja, pemain sepak bola berbisnis bukanlah hal baru. Mantan pemain Arsenal, Mathieu Flamini, adalah salah satu contoh yang sukses. Pada tahun 2008, Flamini dan rekannya, Pasquale Granata, membangun perusahaan di bidang farmasi bernama GF Biochemicals.

Perusahaan ini memproduksi Levulinic Acid (LA) secara banyak. Kabarnya, LA bisa menggantikan minyak dalam bentuk apa pun. Selain itu, ia juga bisa digunakan untuk kosmetik, bahan plastik, dan industri makanan.

Alhasil, Flamini pun tajir melintir. Dua tahun lalu, Forbes menetapkan Flamini sebagai pesepak bola terkaya, mengalahkan kekayaan dua pemain terbaik saat itu, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Kami tidak asal tulis ketika menyebut Flamini jadi tajir melintir. Pada Desember 2019, Business Hub menyebut bahwa perusahaan milik Flamini dan Granata itu berpotensi mencapai valuasi sebesar 20 miliar euro (sekitar Rp337 triliun).

Melihat apa yang Flamini capai, menjadi pebisnis setelah pensiun bermain bola memang menggiurkan. Namun, tentu saja, tanpa insting dan perencanaan yang bagus, itu semua tidak bakal terjadi.

Menjadi pemain sepak bola di liga tenar memang terasa glamor. Terlebih, gajinya tak main-main. Namun, apakah ada yang lebih menggiurkan daripada jaminan bahwa mereka akan tetap mendapatkan penghasilan “wah” manakala waktu bermain di lapangan sudah habis?

Flamini memang sempat membantah kabar bahwa ia punya 30 miliar euro (sekitar Rp506 triliun) di rekeningnya. Meski begitu, tetap saja ia dikabarkan memiliki kekayaan pribadi senilai 20 juta euro (sekitar Rp337 miliar).

“Sebenarnya, 30 miliar euro itu merupakan total valuasi pasar yang ingin kami sasar dengan teknologi yang sudah kami kembangkan. Ada kesalahpahaman, seolah-olah kita memberi valuasi untuk satu restoran padahal sebenarnya itu adalah valuasi seluruh industri katering di Prancis,” kata Flamini seperti dilansir Goal.

Pesepak bola yang berbisnis bukan cuma Flamini. Eks pemain Liverpool, Robbie Fowler, juga merambah dunia yang sama. Bisnis yang digeluti Fowler juga terbilang tak biasa untuk ukuran eks pesepak bola; ia memilih berinvestasi di bidang properti.

Dengan investasi yang cerdas, Fowler berhasil mengembangkan propertinya menjadi lebih dari 80 unit. Properti Fowler itu meliputi rumah kecil dan juga apartemen.

Strategi Fowler, sih, sama seperti pebisnis kebanyakan: Dia membeli saat lagi murah, kemudian menjualnya ketika nilai melambung tinggi. Boleh jadi, Fowler mungkin berkata kepada pembelinya, "Hari Senin harga naik!"

Suasana restoran Finger's milik Seedorf di Porto Cervo (Foto: Trip Advisor)

Lain cerita dengan Clarence Seedorf. Eks gelandang AC Milan itu memilih bisnis makanan usai pensiun. Seedorf adalah pemilik grup Restoran Jepang di Milan bernama Finger’s.

Berdiri dari tahun 2004, Finger’s kini sudah memiliki lima cabang yang tersebar di berbagai negara. Dua ada di Milan, kemudian sisanya ada di Porto Cervo (Sardinia, Italia) dan di Prancis.

Layaknya Restoran Jepang pada umumnya, Finger’s menyajikan makanan seperti sushi, tempura, dan nigiri. GQ pernah memberikan sedikit bocoran soal restoran milik maestro berdarah Suriname itu. Menurut mereka, meski pada dasarnya Finger’s menyajikan makanan enak, mereka tetap tidak melupakan asupan gizi untuk konsumennya. Finger’s, menurut GQ, memastikan bahwa makanan yang mereka sajikan rendah kalori.

Jadi ngebayangin pria asal Belanda itu menyambut pelanggan dengan berseru, "Irasshaimase!

Well, pada akhirnya, bukan cuma pemain sepak bola luar saja yang memiliki bisnis unik, beberapa pemain bola Tanah Air juga memiliki bisnis yang unik. Dan tidak semuanya glamor. Galih Sudaryono, misalnya. Eks kiper Persija itu pernah menjadi juragan odong-odong.

Kalau kalian tidak tahu odong-odong, itu, lho, yang biasa dinaiki anak-anak di sore hari sambil mendengungkan lagu-lagu seru dan lucu. Kabarnya, Galih memiliki lima odong-odong yang biasa beroperasi di kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah.

Selain itu, ada juga Hariono yang memiliki bisnis apparel bernama H24. Tak cuma kaos dan yang, H24 juga menjual topi, hoodie, dan juga casing ponsel.