John Stones dan Tembok Kokoh Manchester City

John Stones (kanan) merayakan gol bersama Ruben Dias (kiri) dan Gabriel Jesus (tengah). Foto: Instagram @johnstonesofficial.

Selain Ruben Dias, John Stones adalah salah satu alasan Manchester City memiliki pertahanan kokoh musim ini. Stones pun layak untuk mulai mengharapkan masa bakti yang lebih panjang di City.

Sir Alex Ferguson berulang kali mengucapkan pentingnya lini belakang yang kokoh untuk memenangi gelar Premier League. "Attack wins you games, defence wins you titles," katanya.

Tak heran, Ferguson dulu memiliki bek-bek tengah yang kokoh semisal Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Jaap Stam. Khusus untuk Ferdinand dan Vidic, duet keduanya bisa menghasilkan lima gelar Premier League dan satu trofi Liga Champions untuk 'Iblis Merah'.

Kalau memerhatikan, klub-klub yang menjuarai Premier League lima musim belakangan juga memiliki lini belakang yang apik. Liverpool musim lalu, misalnya, memiliki Virgil van Dijk sebagai palang pintu dan Alisson Becker yang menjaga gawang.

Pada musim tersebut, Liverpool merupakan klub yang paling sedikit kebobolan dengan catatan 33 kali. Padahal, jumlah gol mereka (85) tak sebanyak Manchester City (102).

Berkaca pada apa yang terjadi dengan Liverpool musim lalu, City sesungguhnya layak untuk dikedepankan sebagai kandidat juara musim ini. Setengah musim 2020/21 berjalan, The Citizens baru kebobolan 13 gol. Catatan tersebut merupakan yang paling sedikit di Premier League.

Bahkan, City sudah menorehkan sembilan clean sheet dari 11 pertandingan terakhir di Premier League. Pada 11 laga itu, gawang tim besutan Pep Guardiola itu cuma bobol dua kali.

Kunci keberhasilan City tampil solid di lini belakang ada pada Ruben Diaz dan rekannya, John Stones.

***

Agustus 2016, Manchester City menggelontorkan dana sebesar 47,5 juta poundsterling untuk mendatangkan John Stones dari Everton. Angka itu membuat Stones menjadi bek kedua termahal kala itu, setelah David Luiz yang pindah dari Chelsea ke PSG dengan banderol 50 juta pounds.

Kalau melihat harganya, sih, memang kelewat mahal. Apalagi, Stones masih berusia 22 tahun saat pindah ke Etihad Stadium. Namun, kalau melihat statistik penampilan Stones pada musim 2015/16, City bisa dibilang melakukan pembelian jitu.

Dari catatan melakukan pelanggaran, Stones sangatlah minim. Cuma ada 11 pelanggaran atas namanya dalam 2.779 menit bermain bersama The Toffees.

Selain itu, Stones cukup tenang dan mampu mengkreasikan serangan. Ia memiliki catatan akurasi passing yang bagus, yakni 88 persen. Angka itu bahkan lebih baik dari Mats Hummels (86,29%) dan Giorgio Chiellini (86,55%) pada musim tersebut.

Tak heran, Stones dinobatkan sebagai ball-playing defender terbaik pada saat itu. Apalagi, jarang-jarang Inggris punya bek yang nyaman dengan bola.

"Stones adalah bek muda Inggris yang sangat baik, kami sangat senang dia bisa bergabung. Kami merasa kami telah mendatangkan salah satu bek tengah terbaik di Eropa," ucap Direktur Sepak Bola Manchester City, Txiki Begiristain.

Karakter permainan Stones cocok dengan Guardiola. Semua tahu, Guardiola gemar memainkan bek yang dengan akurasi passing baik untuk bisa melakukan build-up dari lini belakang.

Pada musim perdananya, Stones menjadi pilihan utama Guardiola. Berpartner dengan Nicolas Otamendi, Stones tampil sebanyak 23 kali sebagai starter di Premier League.

Catatan defensif Stones cukup bagus pada musim pertamanya. Rata-rata, pemain yang besar di Barnsley itu membuat 1,4 intersep dan 4,2 sapuan per laga. Lebih mentereng lagi, akurasi passing Stones berada di angka 91,7 persen per pertandingannya.

Sial untuk Stones, pada musim berikutnya ia lebih banyak berkutat di ruang perawatan. Sebanyak 16 laga ia lewati karena mengalami cedera.

Total, Stones cuma main sebanyak 16 kali sebagai starter pada pentas Premier League musim itu. Padahal, di musim itu City keluar sebagai juara dengan mencatatkan 27 kali kebobolan. Catatan itu merupakan yang paling sedikit di antara para kontestan Premier League pada musim 2017/18.

Kiprah Stones di City juga melempem pada musim 2019/20. Cuma ada 16 pertandingan yang dimainkan pemain kelahiran 28 Mei 1994 itu bersama The Citizens.

Pada musim itu, pertahanan City juga kacau balau. Guardiola lebih senang memainkan Fernandinho dan Nicolas Otamendi sebagai duet bek tengah. Keduanya sama-sama kepayahan dalam duel bola atas dan mengantisipasi kecepatan lawan. Tak ayal, City kebobolan 35 gol. Jumlah terbanyak kalau dibandingkan dengan tiga musim sebelumnya.

Jarangnya Stones mendapatkan menit bermain memunculkan spekulasi kepindahannya dari Etihad Stadium. Arsenal yang diasuh Mikel Arteta menjadi klub yang santer dikabarkan menginginkan jasa Stones.

Namun, Stones bergeming. Pria bertinggi 188 sentimeter itu memilih menetap di City. Stones siap bersaing mendapatkan tempat di tim utama City.

Meski begitu, mendapatkan tempat di tim utama City bukan perkara mudah. Terlebih, City, yang sudah memiliki Aymeric Laporte, mendatangkan dua bek lainnya: Nathan Ake dan Ruben Dias.

"Sangat berat ketika kamu tidak bermain atau tidak dapat menunjukkan performa terbaikmu. Saya selalu bercermin, melihat apa kekurangan saya dan apa yang bisa saya tingkatkan. Saya harus terus berjuang dan percaya kepada diri sendiri," ujar Stones.

Nasib baik menghinggapi Stones. Ake dan Laporte keseringan mengalami cedera. Alhasil, Guardiola menurunkan Stones dan Dias sebagai duet bek tengah.

Keduanya klop dan menjadi duet yang sulit ditembus oleh pemain depan lawan. Stones mencatatkan rata-rata 2,2 sapuan dan 0,9 intersep. Hanya Dias yang mencatatkan rata-rata intersep lebih baik daripada Stones (3 intersep per laga).

Stones dan Dias sangat kompak di lini belakang City. Keduanya piawai mengatasi bola-bola silang dan kecepatan-kecepatan lawan. Ini belum ditambah dengan kemampuan keduanya dalam mendistribusikan bola.

Saat menguasai bola, Stones dan Dias terbilang sama baik. Jika salah satu menguasai bola, yang lainnya akan berdiri melebar sehingga bek sayap City bisa masuk ke dalam lini tengah. Hal ini memudahkan City untuk merangkai serangan. Sebab, bek tengah memiliki banyak opsi operan. Selain itu, jumlah pemain yang berada di tengah bertambah.

Kebetulan, Dias dan Stones juga dibekali akurasi operan yang mumpuni. Presentasi passing sukses Dias mencapai 93,4 persen, sementara Stones lebih baik lagi: 93,8 persen.

Dengan nasib baik yang terus datang, Stones sudah layak untuk mulai mengharapkan masa bakti yang lebih panjang. Kontrak Stones dan City masih tersisa satu tahun lagi. Masih banyak kemungkinan yang akan terjadi pada waktu yang tak begitu banyak itu.

Kalau Stones terus memperlihatkan penampilan seperti yang ditontonkan belakangan ini, City rasanya tak perlu berpikir dua kali untuk memperpanjang kontraknya. Apalagi, kalau di akhir musim nanti City keluar sebagai juara.