Leon Goretzka Sempurna

Foto: Instagram @Leon_Goretzka

Leon Goretzka hari ini masih sama seperti bertahun-tahun lalu. Ia versatile, mobile, cerdas. Fisiknya yang belakangan ini meningkat menyempurnakan semua itu.

Kabar hengkangnya Leon Goretzka ke Bayern Muenchen pada 2018 bikin publik Schalke geram. Pertama, karena ia pergi dengan status bebas transfer. Kedua, meski lulusan akademi Bochum, Goretzka memang berkembang pesat sebagai pesepakbola di Gelsenkirchen.

Para suporter lantas membentangkan sebuah spanduk berisi kecaman tak lama setelah kabar kepergiannya ke Sabener Strasse berembus. Bunyinya: “Uang atau piala tidak lebih berharga daripada klub kami! Siapa saja yang tidak mengerti hal tersebut bisa segera mati!”

Sebelum gabung Bayern, Goretzka sebetulnya punya pilihan untuk menuju Barcelona dan Arsenal. Bahkan Liverpool yang sedang membangun kekuatan baru bersama Juergen Klopp turut mengantre. Beberapa legenda Jerman juga menyarankan dia untuk ke luar negeri.

Foto: Bundesliga.com

Apa boleh buat, Goretzka justru memilih Bayern. Kepada media, dia mengaku bahwa perpindahan ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Goretzka juga menyebut bermain untuk Bayern bakal jadi langkah positif bagi perkembangan dan kariernya di masa depan.

“Saya memutuskan secara sadar untuk pindah ke tempat saya bisa berkembang lebih jauh. Dengan pindah ke tempat itu, saya pikir saya akan menjadi lebih baik,” ungkap dia.

Eks pelatih Goretzka di Bochum, Peter Neururer, menyebut dirinya sebagai salah satu bakat terbaik Jerman dalam 50 tahun terkahir. Pembacaan ruangnya di atas rata-rata. Kecerdasannya kala bergerak, ketajaman, dan kemampuan dalam merancang serangan juga kerap jadi pembeda.

Namun, di antara semuanya, yang paling spesial dari Goretzka adalah keserbabisaannya.

Niko Kovac, pelatih Bayern kala itu, bahkan menyebut Goretzka bisa memainkan semua peran. Ini yang paling ia suka dari si pemain. Tak ayal, setidaknya ada enam posisi berbeda yang Kovac berikan kepada Goretzka pada musim pertamanya di Bayern.

Selain gelandang tengah, ia pernah bermain sebagai gelandang bertahan, gelandang serang, sayap kanan, bek kanan, bahkan bek kiri. Berdasarkan statistik, torehannya tak kalah impresif, terutama dari aspek menyerang. Tercatat ada delapan gol dan empat assist yang ia bikin musim itu.

Proses lahirnya gol-gol dan sejumlah assist tersebut turut menggambarkan kemampuannya yang lain: Sangat mobile. Berjarak beberapa detik saja sejak menghalau bola di pertahanan sendiri, ia bisa tiba-tiba di dalam kotak penalti lawan untuk mencetak gol maupun assist.

Itu menjelaskan mengapa legenda Bayern, Lothar Matthaeus, salah satu box-to-box terbaik sepanjang masa, berulang kali menyamakan Goretzka dengan dirinya. Terlebih, keduanya punya kemampuan lain yang tak kalah identik: Agresif dan piawai melepaskan sepakan jarak jauh.

“Goretzka adalah pemain yang paling mirip dengan saya,” ucap kapten Timnas Jerman di Piala Dunia 1990 itu, pada 2018.

Meski musim pertamanya ‘hanya’ berakhir dengan dua piala, Goretzka mampu menggamit tiga piala sekaligus pada musim keduanya bersama Bayern, termasuk Liga Champions. Torehan golnya mungkin berkurang, tetapi semua sepakat bahwa performa Goretzka meningkat drastis.

Penyebabnya cuma satu dan kamu bisa menebaknya.

***

Sebuah meme ‘then and now’ mengenai Leon Goretzka beredar usai Bayern Muenchen mengalahkan Paris Saint-Germain di final Liga Champions. Meme itu menunjukkan perubahan signifikan pada tubuh si pemain.

Goretzka bertubuh kerempeng pada bagian ‘then’. Sementara itu, bagian ‘now’ menampilkan dirinya berpose ibarat mas-mas maniak gym. Sembari bertelanjang dada, Goretzka memamerkan biceps dan otot perutnya yang menonjol. Ia makin terlihat perkasa sebab tengah menenteng sebuah piala.

Yang bikin mencengangkan, dua foto pada meme ‘then and now’ itu diambil pada musim yang sama. Foto Goretzka yang kurus dijepret pada pengujung putaran pertama Bundesliga 2019/20, sedangkan foto yang menunjukkan tranformasi signifikannya diambil tepat setelah laga melawan PSG.

Sebetulnya sudah sejak sebulan lalu fisik Goretzka mencuri perhatian. Begitu Bundesliga musim itu kembali bergulir, tubuhnya memang terlihat berubah, sangat berubah. Ia pun mulai sering menghuni starting eleven setelah Thiago Alcantara mengalami cedera.

Beragam diskusi lantas berdatangan. Tak sedikit yang berspekulasi bahwa Goretzka menenggak doping, terlebih karena rambutnya yang tampak menipis. Ada pula yang bercanda bahwa Bayern telah menyuntikkan serum Captain America kepada pemain berusia 26 tahun itu.

Namun, kita semua tahu bahwa rahasia sebenarnya adalah apa yang Goretzka lakukan selama rehat kompetisi akibat pandemi COVID-19. Ketika hanya bisa berdiam diri di rumah, Goretzka giat melatih fisiknya. Dua bulan kemudian, ia sudah menuai apa yang ia tabur selama itu.

“Bagi saya, lockdown adalah krisis sekaligus peluang. Bisa dibilang menjadi krisis karena Anda merindukan sepak bola dan latihan harian bersama tim. Tapi, ini juga menjadi peluang untuk membesarkan massa otot dengan dibimbing fisioterapi,” tutur Goretzka kepada Bild.

Latihan intens itu membuat otot-otot Goretzka menonjol. Lengannya kini tampak lebih besar dan kekar ketimbang sebelumnya. Keberadaannya di atas lapangan juga makin mencolok dalam arti yang sebenarnya: Ia tinggi, besar, dan kerap bergerak ke mana-mana.

Namun, yang berubah tak sekadar ototnya yang bertambah. Menurut Goretzka, latihan fisiknya juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan ketahanan otot. Itulah kenapa, ia kini merasa jauh lebih bugar, stabil, dan kuat secara mental maupun fisik ketimbang sebelumnya.

Ketika namanya mulai jadi pilihan utama pelatih Hansi Flick, pengganti Kovac pada 2019/20, itu tak lepas dari perubahan fisiknya. Transformasi itu meyempurnakan gaya bermainnya yang agresif dan kerap berlari dari pertahanan sendiri ke pertahanan lawan atau sebaliknya. Box-to-box.

Terlebih, sepak bola Flick menuntut agresivitas yang super tinggi. Alhasil, dengan kemampuan teknis tingkat tinggi yang kini berpadu dengan fisiknya, Goretzka jadi andalan di lini tengah tim. Dari situ ia bisa terus menebar ancaman, baik ketika bertahan maupun menyerang.

Secara khusus Flick menyoroti peran Goretzka saat menekan lawan. Musim lalu, tak sekali-dua kali Bayern memperoleh peluang yang berawal dari keberhasilan Goretzka memenangi perebutan bola.

“Dia menempatkan lawan di bawah tekanan yang sangat intens dan agresif dan sering memenangkan bola. Dia sangat penting bagi kami dan saya lebih dari puas dengan perkembangannya,” ujar Flick kepada Kicker.

Flick tak lagi bersama Bayern. Namun, Julian Nagelsmann yang jadi pengganti sama baiknya dalam memanfaatkan kemampuan Goretzka. Seperti Flick, Nagelsmann juga memberi kredit khusus atas peran Goretzka dalam skema pressing timnya.

Ia menjadi pemain dengan tekel sukses (2,2 per laga) dan intersep (1,2) tertinggi dalam tim, diikuti Alphonso Davies dan rekrutan anyar, Dayot Upamecano. Rasanya bukan kebetulan jika pertahanan Bayern musim ini membaik dari musim lalu. Hingga kini, baru empat kali mereka kebobolan.

“Dalam laga-laga dan momen-momen krusial, sangat penting memiliki fisik dan mental yang fit. Berat badan membantu saya dalam melakukan tekel, membuat saya sedikit lebih gesit dan kuat. Tak hanya di lapangan dalam duel satu lawan satu, tetapi juga duel di udara,” tutur Goretzka.

Beberapa waktu lalu, pemain kelahiran Bochum itu menandatangani perpanjangan kontrak jangka panjang hingga 2025 di Bayern Muenchen. Ini adalah hadiah pas atas perubahan impresif yang ia tunjukkan dalam dua tahun terakhir.

***

EA Sports baru saja merilis rating para pemain untuk FIFA 22. Yang menarik, Goretzka mencatatkan rekor karena detail rating yang tersemat padanya. Ia memiliki angka di atas 80 untuk enam kategori sekaligus: kecepatan, dribel, tembakan, bertahan, operan, dan fisik. Singkat kata, semua kategori.

Goretzka jadi pemain pertama dalam sejarah FIFA yang memiliki rating seperti itu. Kemampuan dribelnya berada di angka 84, operan dan menembak 82, lalu 81 untuk kecepatan. Yang tertinggi adalah fisik: 86. Secara keseluruhan, rating Goretzka mencapai 87, naik tiga tingkat dari musim lalu.

Fisik Goretzka yang meningkat ternyata tak cuma menyempurnakan performanya di sepak bola betulan, tetapi juga di sepak bola virtual.