Letupan Frustrasi Setan Merah

Foto: @manchesterunited

De Gea, Ronaldo, dan Rangnick, tidak kuasa menahan kekecewaan usai keok 0-1 dari Everton. Langkah United menggenggam tiket Liga Champions musim depan semakin berat.

David De Gea kecewa bukan main. Menurutnya, Manchester United tidak pantas kalah 0-1 dari Everton pada 9 April 2022. Ia memang tidak menjelaskan secara eksplisit apa saja yang alpa dari timnya, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh menyesakkan.

"Ini memalukan."

Tentu saja, De Gea paham betul bahwa United sudah kehilangan kans menggamit trofi musim ini. Namun, ia juga tahu bahwa United tidak boleh terkilir karena tiket Liga Champions musim depan belum tergenggam.

Hasil minor melawan Everton, kata De Gea, membuat peluang finis di peringkat empat Premier League 2021/22 semakin berkabut dan sulit terlihat. "Kami harusnya memenangi pertandingan ini (vs Everton)."

Ralf Rangnick sehaluan dengan De Gea. Jangankan bermain imbang, menyapu bersih semua laga sisa dengan kemenangan pun nasib mereka tetap berada di tangan klub lain.

United berada di posisi ketujuh dengan rangkuman 51 poin sampai pekan ke-31 Premier League. Gap mereka dengan Hotspur, yang berada di peringkat empat, mencapai 6 angka.

Semakin rumit karena United akan menghadapi Liverpool, Chelsea, dan Arsenal, di sisa musim. Laga terberat tentu saat melawan Liverpool. Selain sarat gengsi, The Reds pun sedang berusaha habis-habisan menyalip Manchester City di puncak klasemen.

Rangnick tidak hanya menyoroti papan klasemen, tetapi juga performa anak asuhnya. Baginya, jika bermain seperti melawan Everton, United tidak laik berlaga di Liga Champions musim depan.

"Selama bermain seperti ini (melawan Everton), mereka tidak pantas mendapatkannya (posisi empat)," kata Rangnick dilansir The Athletic. "Kami tidak mencetak gol. Bahkan, kami tidak menciptakan peluang yang tepat untuk mencetak gol."

Dalam laga melawan Everton, United mendominasi penguasaan bola sampai 68% dan melepaskan 12 tembakan (4 on target). Torehan possesion dan jumlah percobaan tersebut setidaknya menunjukkan bahwa dominasi United tidak steril.

Itu belum ditambah dengan fakta bahwa United, lagi dan lagi, sulit menjebol gawang lawan. Dalam tiga laga teraktual, mereka cuma melesakkan satu gol. Situasi itu juga mengonfirmasi apa-apa yang Rangnick keluhkan.

"Saya tidak berpikir ini (isu tentang manajer baru musim depan) harus menjadi alasan (performa butut). Kami adalah Manchester United. Kami memiliki banyak pemain level dunia, seharusnya tidak ada alibi," kata Rangnick.

Letupan frustrasi pemain United terekam juga selepas laga. Ketika berjalan menuju ruang ganti, nyaris semua pemain United tertunduk dengan langkah gontai. Aplaus penonton yang bergemuruh hanya seperti dampratan memilukan.

Cristiano Ronaldo pun tak kuasa menaham kekecewaan. Ia sampai merusak gawai fan Everton yang tengah merekam pemain-pemain United. Insiden itu membuat nada sumbang soal CR7 bertalu-talu. Keok iya, diomongin juga iya. Duh, berat betul beban pemain berkebangsaan Portugal itu.

"Tidak pernah mudah menghadapi emosi dalam situasi sulit seperti yang tengah kami hadapi," tulis Ronaldo di akun instagram resminya.

Ya, United sedang sulit-sulitnya. Mereka cuma menang sekali dalam tujuh laga terakhir. Dalam kurun tersebut, mereka juga tersingkir di Liga Champions. Jika ditarik dalam tiga laga terakhir, mereka keok dua kali dan satu laga lainnya berakhir imbang. 

Deretan hasil tidak sedap itu menampakkan problem United. Selain soal bobol-membobol gawang lawan, United-nya Rangnick masih bermasalah soal organisasi permainan dan kedisiplinan mempertahankan shape (bentuk) formasi.

Gol Everton ke gawang United, misalnya, itu terjadi karena gelandang dan bek gagal membangun bentuk formasi yang tepat saat akan merancang serangan. Jarak bek-gelandang berdekatan. Namun, mereka tampak tidak siap untuk mengantisipasi counter attack lawan.

Harry Maguire sempat menunjuk-nunjuk kepada Nemanja Matic untuk membentuk formasi yang oke. Itu dilakukan agar sirkulasi bola dan build-up berjalan optimal. 

Matic memang mundur beberapa langkah sebelum menerima umpan dari Fred. Namun, itu terlambat. Pemain Everton langsung memberikan tekanan dan merebut penguasaan bola dari kaki Matic.

Karena bentuk formasi yang belum kokoh saat build-up, United gagal menahan serangan balik cepat Everton. Maguire cs. memang langsung buru-buru menggalang kekuatan di pertahanan, tetapi Everton mampu melepaskan tembakan via kaki Anthony Gordon. Bola meluncur deras, mengenai Maguire, dan menggetarkan jala gawang United.


Selain itu, kebobolan dalam dua laga sebelumnya (melawan Atletico Madrid dan Leicester City) terjadi karena hal yang nyaris serupa. Dalam fase bertahan, jarak antarpemain belakang United berdekatan. Persoalannya, bek United hanya fokus menggalang kekuatan di satu sisi saja, sedangkan ruang di sisi lainnya luput dari pengawasan.

Manchester United vs Atletico Madrid

Ruang-ruang yang tidak dapat perhatian itu dimanfaatkan betul oleh Atletico Madrid dan Leicester City untuk meneror gawang United dengan umpan silang. Melalui skema umpan silang juga, gawang United kebobolan. 

Manchester United vs Leicester City

Per laporan ESPN, Rangnick sendiri memfokuskan sesi latihan untuk memperbaiki organisasi permainan United dan kedisiplinan menjaga shape  formasi. Itu karena Rangnick selalu menekankan bahwa fase ofensif dan defensif merupakan tanggung jawab keseluruhan tim.

Rangnick sangat ingin United-nya bermain lebih kohesif. Namun, melihat tiga laga terakhir, apa yang Rangnick inginkan belum benar-benar terwujud. Bentuk formasi dalam semua fase masih jadi problem.

Kalau sudah begini dan musim 2021/22 hanya menyisakan tujuh laga, United mungkin saja ingin musim ini segera berakhir dan membayangkan musim depan lebih baik, baik, dan baik lagi. Apalagi, manajer baru akan datang.