Lord Jesse Lingard

Twitter @JesseLingard

Dengan performa impresifnya dengan West Ham, sudah sepantasnya Lingard dipanggil "Lord" dengan arti yang sesungguhnya.

Craig Pawson berdiri dikelilingi Eric Dier, Declan Rice, dan Pablo Fornals. Ketiganya menunggu keputusan sang wasit soal kejelasan gol Jesse Lingard. Beberapa detik sebelumnya, eks Manchester United itu berhasil menjebol gawang Hugo Lloris. Sial, hakim garis keburu mengangkat benderanya.

Tottenham Hotspur, tentu saja, berharap gol itu dianulir. Mereka tak mau West Ham United makin unggul. Pasukan Jose Mourinho itu sudah ketinggalan gara-gara gol Michail Antonio di menit kelima. Makin repot mereka kalau lawannya menambah skor.

Setelah menunggu beberapa saat, Pawson akhirnya mengambil keputusan. Dia kemudian menunjuk sisi gawang West Ham tanda gol disahkan. Seketika itu pula Rice dan Fornals berlari ke tepi, mengejar Lingard yang sudah bersiap melakukan selebrasi.

Saat Lingard bersiap meniup flute, Rice dan Fornals buru-buru mengambil drum serta gitarnya. Jarrod Bowen datang menyusul, mirip vokalis yang muncul dari belakang panggung. 

Cekrek! Jadilah foto viral itu. Mereka menyebutnya sebagai "Backstreet Moyes". Ya, pelesetan dari boyband Backstreet Boys.

"Saya sangat senang. Ini babak baru dalam hidup saya. Saya hanya ingin menikmati sepak bola dan ingin kembali bermain di lapangan," kata Lingard saat bergabung dengan West Ham musim dingin lalu.

Maklum kalau Lingard kangen banget main. Belum sekalipun dia manggung dengan United di Premier League musim ini. Mentok-mentok cuma di Piala FA dan Piala Liga. Itu pun tak banyak, hanya 3 kali.

Sejak kedatangan Bruno Fernandes, Ole Gunnar Solskjaer mulai rutin mengaplikasi pakem dasar 4-2-3-1. Dua slot gelandang serang dan sayap hampir pasti diisi Fernandes dan Marcus Rashford. Praktis, satu tempat lainnya menjadi kursi panas.

Di sana Lingard yang berebut tempat dengan Mason Greenwood, Daniel James, dan Juan Mata. Belum lagi dengan kedatangan Amad Diallo Januari lalu. Makin kecil saja peluang Lingard buat main.

"Lingard 'tuh dipakai nanggung, tetapi sayang kalau dibuang." Barangkali itu yang ada di pikiran United. Makanya mereka memutuskan untuk meminjamkan Lingard hingga akhir musim 2020/21.

Jangan salah, gini-gini Lingard pernah membawa United juara FA Youth 2010/11, bareng sama Paul Pogba, Michael Keane, dan Ravel Morrison. Mereka merupakan salah satu generasi terbaik United setelah The Class of '92 meski masih sangat jauh untuk menandingi para seniornya.

Sementara di aras internasional, Lingard juga sempat mentas dengan Timnas Inggris di Piala Dunia 2018, bikin satu gol pula. Dia membantu 'The Three Lions' membabat Panama 6-1 di fase grup.

CV Lingard membuat beberapa klub tertarik untuk meminjam jasanya. Dari Premier League ada West Ham dan West Bromwich Albion. Dari luar Inggris, Real Sociedad dan Nice juga mengharapkan kedatangan Lingard.

Namun, Lingard memilih West Ham. Pertimbangannya, ya, David Moyes. Juru taktik asal Skotlandia itu pernah menukangi United. 

Lingard sendiri belum sempat mencicipi rezim Moyes di Old Trafford. Pada musim 2013/14 itu dia sedang direntalkan ke Birmingham City dan Brighton & Hove Albion. Walau begitu, Lingard percaya Moyes bakal memberikan impak positif kepadanya. Daripada menganggur di United, 'kan?

Moyes perlahan mampu mengembalikan kredibilitasnya sebagai pelatih. Dia tak lagi menjadi bahan olokan seperti delapan tahun lalu, saat gagal meneruskan rezim Sir Alex Ferguson di United.

Di bawah arahannya, palu-palu West Ham kian pagan. Rekrutan terbaru mereka juga tak ada yang mubazir. Tomas Soucek dan Vladimir Coufal adalah sampelnya. Artinya, Moyes tahu betul bagaimana cara memaksimalkan potensi para pemainnya.

Kasus Lingard sepertinya juga begitu. Moyes tahu pemain barunya itu hobi mendominasi serangan, mulai dari aksi dribel sampai kuantitas tembakan. Makanya, dia memberikan kebebasan kepada Lingard untuk bergerak dinamis alias tak terpaku kepada posisinya sebagai gelandang serang.

Begini, Moyes bisa dibilang tak begitu mengandalkan area tengah sebagai jalur serangannya. Hanya 25% persentase serangan mereka dari sana. Saat memakai format dasar 5-4-1, Moyes menempatkan Rice dan Soucek di tengah, diapit Bowen dan Fornals. Nah, dua nama terakhir ini lebih intens bergerak menyamping alih-alih ke tengah.

Sama halnya ketika beralih ke 4-2-3-1. Said Benrahma yang mengisi pos gelandang serang tetap disuruh untuk menyisir sisi sayap. Tujuannya agar serangan mereka lebih fluid. Itu terbukti dari pemasok gol terbanyak The Hammers yang justru lahir dari pemain lini kedua, yakni Soucek dengan 8 gol.

Makin cair saja skema West Ham setelah Sebastien Haller angkat kaki. Moyes bertumpu kepada Antonio di garda terdepan. Pemain berdarah Jamaika itu sebenarnya bukan striker alami. Dia mafhum bermain sebagai winger, bahkan full-back saat West Ham masih dibesut Slaven Bilic.

Nah, Lingard diharapkan mampu menambah daya serang West Ham. Terlebih, dia mampu bermain sebagai gelandang serang selain ngepos di sektor winger. Lingard diharapkan dapat melengkapi Antonio yang kerap mundur menjemput bola.

Magi Lingard instan. Dia langsung mencetak brace di debutnya lawan Aston Villa. Di sana Moyes memasangnya sebagai gelandang serang, sedangkan Benrahma digeser ke sisi kiri.

Selain dibebaskan bergerak lintas posisi, Lingard dilegalkan untuk melepaskan tembakan. Jadi jangan heran kalau pemain 28 tahun itu mengumpulkan 6 shot di laga tersebut. Jumlah itu terbanyak di antara seluruh pemain.

Gol pertama Lingard cukup menegaskan kontribusinya dalam skema fluid West Ham. Dia berada sejajar dengan Benrahma dan Antonio di tengah lapangan dalam mode bertahan.

Pemosisian semacam ini lantas memudahkan West Ham dalam mengonversi serangan balik. Benrahma bergerak ke tengah, sedangkan Lingard serta Antonio ke sisi kiri dan kanan.

Foto: Youtube West Ham

Sementara gol keduanya lahir dari tembakan di samping kiri gawan Emiliano Martinez. Well, sudut yang tak cukup strategis sebenarnya. Untungnya, eks kiper Arsenal itu gagal menepis bola dengan sempurna.

Bila dihitung-hitung, Lingard sudah mencetak 3 gol dari 4 pertandingan. Hebatnya lagi, lesakan tersebut dibuatnya dari xG yang cuma menyentuh 0,78. Itu menandakan bahwa Lingard punya konversi peluang yang impresif, terbaik di antara para pemain West Ham malah.

Secara garis besar, Moyes memang memberikan ruang eksplosif kepada Lingard. Alasan utamanya, ya, West Ham memang tak memiliki gelandang serang yang produktif. 

Pemain macam Benrahma, Fornals, dan Bowen lebih condong ke kreator dibanding algojo peluang. Masih ada Manuel Lanzini, sih. Akan tetapi, pemain Argentina itu sudah kehilangan kepercayaan dari Moyes. Peformanya yang naik-turun jadi dasarnya. 

Namun, Lingard berbeda, setidaknya itu terbukti untuk saat ini. Moyes bahkan percaya Lingard bisa mencapai bentuk terbaiknya.

"Dia sekarang sudah lebih dewasa. Dia bisa mencapai puncak kariernya sebagai pemain," kata Moyes sehabis duel lawan Tottenham.


Teruntuk para pengagum Lingard, tunggu saja karena mungkin dia bakal menampakkan pendarnya lebih terang dibanding saat di United. 

Buat yang enek dengan tingkah serta selebrasi Lingard, silakan ditahan. Mulai sekarang, dia bakal lebih sering berselebrasi.