Malinovskyi Baru Memulai

Foto: @Atalanta_BV

Ruslan Malinovskyi berlatih dari satu masa peminjaman ke masa peminjaman lain untuk membuktikan bahwa pemain buangan bisa menjadi bintang di negeri orang.

Dilupakan di tanah kelahiran, Ruslan Malinovskyi membius negeri orang. Mereka yang dulu meremehkan, kini terheran-heran. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana ia bisa menjadi seperti sekarang?

Nama Malinovskyi jadi perbincangan di Serie A tiga bulan belakangan. Dalam sembilan pertandingan terakhir bersama Atalanta, ia berhasil berkontribusi atas terjadinya 15 dari 29 gol yang diciptakan oleh La Dea.

Namun, jauh sebelum ini, Malinovskyi hanya bocah biasa yang kerap diremehkan. Sejak memperkuat akademi Shakhtar Donetsk, ia lebih banyak berada di bangku cadangan. Tak sekalipun ada kesempatan baginya untuk mentas ke tim utama.

Tantangan Malinovskyi kian berat setelah invasi pemain Brasil ke Shakhtar pada pertengahan 2000-an. Obsesi pelatih Mircea Lucescu terhadap pemain asal Brasil membuat banyak pemain akademi terpinggirkan, termasuk Malinovskyi.

“Saat itu, rasanya amat sulit bagi kami untuk bermain di tim utama karena pelatih lebih menyukai pemain-pemain dari Brasil. Jika beruntung, kami hanya bisa memperkuat tim kedua. Sedangkan saya, bahkan tidak mendapatkan panggilan untuk bermain di tim ketiga,” kata Malinoskyi.

Memasuki usia 18 tahun dan tidak kunjung datangnya kesempatan membuatnya memilih untuk bergabung tim dari divisi dua, Sevastopol. Malinovskyi menjadi satu dari 7 pemain akademi Shakhtar yang bergabung Sevastopol.

“Ada banyak pemain akademi Shakhtar yang bergabung di sana. Mereka bergabung karena pelatih (Oleg Kononov) selalu berkata tentang mimpinya untuk memberikan jam terbang kepada pemain muda,” kata Malinovskyi.

Saat bergabung Sevastopol, janji tersebut rupanya tidak ditepati oleh Kononov. Malinovskyi hanya diturunkan dalam 377 menit dalam satu musim. Puncak kekesalannya terjadi saat ia malah ditempatkan di tim cadangan Sevastopol.

Setelah melakoni banyak masa peminjaman, Malinovskyi akhirnya berlabuh di Belgia dengan memperkuat Genk. Di klub tersebut, Malinovskyi mulai bermain secara rutin. Kemampuannya kian terasah musim demi musim.

Puncak karier Malinovskyi di Genk adalah ketika membawa mereka menjuarai Jupiler Pro League 2018/19. Keberhasilan tersebut membuat namanya menjadi buruan klub-klub besar Eropa, termasuk Chelsea dan Atalanta.

Chelsea, melalui Claude Makelele, yang bertindak sebagai pelatih tim junior, dikabarkan sudah menjalin hubungan serius dengan Genk. Namun, upaya Makelele kandas setelah Marina Granovskaia tidak merestui penjajakan tersebut.

Sementara itu, Atalanta punya “kedekatan” dengan Genk soal transfer pemain. Sebelumnya, ada nama Timothy Castagne yang juga didatangkan Atalanta dari Genk. Dibeli dengan harga yang cukup murah, yakni 6 juta euro, Castagne memberikan impak positif di musim perdananya.

Atalanta akhirnya menebus Malinovskyi dengan nilai sekitar 13 juta euro. Namun demikian, ia tidak langsung menjadi pemain inti mengingat keberadaan duo Josip Ilicic dan Alejandro Gomez di posisi gelandang serang.

Meski hanya menjadi cadangan, penampilan Malinovskyi terbilang cukup apik di musim perdana. Ia bahkan mampu mencetak total 9 gol dan 7 assist. Penampilan apik tersebut ternyata belum membuatnya terlihat istimewa di mata Gian Piero Gasperini.

Kepergian Gomez pada bursa transfer musim dingin 2020/21 jadi titik balik bagi Malinovskyi. Ia pun mulai diturunkan secara reguler oleh Gasperini. Namun demikian, menjadi penerus Gomez bukan tugas yang mudah.

Hampir lima tahun terakhir, Gomez menjelma menjadi kunci permainan Atalanta. Selama periode tersebut, ia berhasil mencatatkan 49 assist. Pada musim 2016/17, ia bahkan menjadi pencetak gol terbanyak tim dengan torehan 16 gol.

Oleh Gasperini, Malinovskyi--bersama Ilicic--diturunkan di posisi playmaker dalam pola 3-4-2-1. Bedanya, jika Ilicic diinstruksikan untuk menunggu di sepertiga akhir pertahanan lawan, Malinovskyi diperintahkan untuk menjemput bola di daerah permainan sendiri.

Saat menyerang, Malinovskyi lebih banyak menunggu di area antara bek dan gelandang lawan. Ia biasanya menjadi pengalir bola ke kotak penalti lawan. Jika tidak demikian, ia akan menutup penguasaan bola dengan tembakan.

Selain mencari ruang di depan kotak penalti lawan, senjata Malinovskyi lain adalah mengirimkan umpan terobosan. Tidak jarang ia membubuhi dengan gimmick yang membuat pemain lawan terkecoh.

Menurut fbref, Malinovskyi menjadi pemain nomor satu di Serie A dalam urusan melepaskan umpan yang berbuah peluang. Rasio Malinovskyi yang mencapai 6,14 umpan berada di atas Hakan Calhanoglu (6,1), Luis Alberto (4,84), dan Rodrigo De Paul (4,64).

Malinovskyi juga memiliki catatan yang apik terkait aspek defensif. Ia membukukan rata-rata 0,78 tekel sukses dan kemenangan duel udara 50%. Lagi-lagi, angka tersebut berada di atas Calhanoglu (0,48 tekel sukses dan 26% kemenangan duel).

Kelebihan lain Malinovskyi adalah melepaskan tembakan jarak jauh yang kencang. Gol dari luar kotak penalti saat melawan Juventus (18/4) adalah satu contoh bagaimana tembakannya amat sulit diantisipasi karena begitu kencang.

Malinovskyi telah mencetak 10 gol dan 12 assist dari 41 penampilan di semua ajang. Melihat catatan tersebut, rasanya kita tidak perlu heran saat melihat ia memperkuat tim besar di waktu mendatang.