Manchester United vs Arsenal: Eksploitasi Kelemahan

Foto: Twitter @ManUtd.

Manchester United dan Arsenal memiliki kelemahan yang mungkin akan dieksploitasi pada laga dini hari nanti.

Kedatangan Arsene Wenger ke Arsenal di tahun 1996 merusak dominasi Manchester United. Hadir usai menangani tim asal Jepang, Nagoya Grampus (waktu itu masih bernama Nagoya Grampus Eight), Wenger mengubah Arsenal menjadi salah satu tim terkuat di Premier League.

Satu setengah tahun usai tiba di tanah Inggris, Wenger langsung membawa Arsenal menjuarai Premier League. The Gunners merusak dominasi United yang telah menjadi juara di dua musim sebelumnya secara beruntun.

Setelahnya, Arsenal dan United menjadi musuh bebuyutan merengkuh gelar. Tiga kali United meraih gelar beruntun sejak musim 1998/99 hingga 2000/01, tiga kali juga Arsenal berstatus sebagai runner up.

The Gunners kemudian memiliki catatan mengesankan dengan 49 kali tak juara. Tren mengesankan tersebut dihentikan oleh United di Old Trafford. Laga tersebut akan selalu dikenang oleh para pemain serta pendukung Arsenal. Mereka merasa diperlakukan dengan tidak adil oleh wasit Mike Riley.

"Mereka--United--mendapatkan penalti seperti biasa saat mereka kesulitan. Itu terjadi musim lalu dan terjadi lagi kali ini. Kami sangat kecewa karena kami bermain lebih baik. Kemudian, entah dari mana Riley memutuskan pertandingan seperti ini," kata Wenger usai pertandingan tersebut.

Perseteruan kedua tim memang selalu menghadirkan intrik dan permainan menarik. Meski tak lagi bersaing sebagai penantang utama peraih gelar, pertemuan United dan Arsenal akan selalu menjadi laga besar di Premier League.

United dan Arsenal perdana berjumpa di musim ini. Keduanya tak ada di posisi empat besar klasemen sementara. Akan tetapi, laga ini tetap sarat gengsi, apalagi kedua kesebelasan berada dalam tren yang menanjak.

Pressing dan Kesalahan Individu

Kemenangan atas Villarreal di El Madrigal serta hasil imbang dengan Chelsea di Stamford Bridge menjadi modal yang baik untuk United. Dalam dua pertandingan tersebut, 'Iblis Merah' telah memperlihatkan performa yang sedikit lebih baik.

Manajer sementara United, Michael Carrick, terlihat jeli dalam menyusun sebelas pemain pertamanya. Pada laga melawan Chelsea, Carrick bahkan berani memarkir Ronaldo dan memainkan Nemanja Matic sejak menit pertama.

Tanpa Ronaldo, pressing United dari lini depan lebih intens. Jadon Sancho dan Marcus Rashford memiliki pergerakan yang cepat untuk memburu pemain belakang lawan yang akan melakukan build-up.

Peran Fred sebagai pemutus serangan lawan juga terlihat di sini. Ia tak perlu pusing untuk bertahan karena Nemanja Matic akan menjadi palang di depan lini belakang United.

Terbukti, Fred tampil baik dalam melakukan tekanan kepada gelandang Chelsea. Pemain asal Brasil itu mencatatkan empat intersep--paling banyak di antara pemain lain--dan dua tekel.

Nah, sistem pressing dari area pertahanan lawan sepertinya akan kembali dijalankan United. Pasalnya, Arsenal adalah tim yang berani melakukan build-up serangan dari belakang.

Ben White dan Gabriel Magelhaes yang dimainkan sebagai dua bek tengah mengakomodir keinginan Mikel Arteta untuk membangun serangan dari belakang. Keduanya memiliki rata-rata progresi passing per 90 menit yang cukup tinggi. Ben White di angka 2,36 per 90 menit, sementara Gabriel mencatatkan 1,70 di waktu yang sama.

Duet Thomas Partey dan Sambi Lokonga juga membantu Arsenal dalam melakukan build up serangan. Keduanya juga memiliki kemampuan yang baik dalam melepaskan diri dari pressing lawan. Entah itu switch play cepat atau dribel melewati lawan biasa dilakukan oleh dua pemain ini.

Namun, Arsenal juga memiliki kelemahan saat menghadapi pressing lawan. Biasanya, individual-individual eror yang akan merusak rangkaian serangan Arsenal.

Laga melawan Liverpool menjadi salah satu contohnya. Keberhasilan Nuno Tavares yang sudah melewati lawan harus dibayar mahal karena kesalahan passing. Gawang Arsenal pun koyak lewat Diogo Jota.

Eror individual juga terjadi saat melawan Crystal Palace. Kala itu, Sambi Lokonga yang tak aware terhadap pressing lawan sehingga gawang Ramsdale kebobolan.

United juga sukses membikin lawan melakukan kesalahan karena pressing-nya. Gol Ronaldo di laga Villarreal dan Jadon Sancho saat menghadapi Chelsea menjadi bukti tekanan ke lawan bisa berbuah gol.

Sayap-sayap Berbahaya Arsenal

Arsenal kemungkinan akan kembali bermain dengan pola 4-4-2. Pierre Aubameyang akan kembali bertandem dengan Alexandre Lacazette di lini serang. Ia akan ditopang oleh Bukayo Saka dan Emile Smith Rowe yang beroperasi di kedua sisi.

Nah, kedua sisi menjadi senjata Arsenal untuk membongkar pertahanan United. Di sisi kanan, Bukayo Saka akan menjadi sumber untuk mendapatkan peluang.

Saka tentunya akan diberikan kebebasan bergerak. Ia akan dibantu oleh Lacazette atau Tomiyasu yang bakal mempermudah akselerasinya ke dalam kotak penalti.

Menariknya, Saka tak akan melulu ada di sisi kanan penyerangan Arsenal. Pergerakan yang mobile membuat Saka bisa berada di sisi sebaliknya untuk membuka celah.

Golnya ke gawang Newcastle menjadi bukti shahih dinamisnya pergerakan Saka. Ia bisa berada di tepi kiri penyerangan Newcastle United.

Selain Saka, ada juga Nuno Tavares yang bisa memberikan ancaman untuk United. Agresivitas Tavares membuat Arteta memarkir Kieran Tierney yang di musim lalu menjadi salah satu sosok penting Arsenal.

Berbeda dengan Tierney, Tavares punya daya jelajah yang lebih luas. Ia juga pintar mengisi celah antarlini pertahanan lawan.

Celah di half-space menjadi salah satu kelemahan United musim ini. Gol Liverpool dan Watford banyak berasal dari sisi half-space yang tak bisa dikawal dengan baik oleh pemain belakang 'Iblis Merah'.

Tavares juga berani melepaskan sepakan jarak jauh. Sampai saat ini, rata-rata shotnya per game mencapai 1,4. Lebih tinggi dari Alexandre Lacazette dan Martin Odegaard yang punya posisi lebih di depan.