Melihat Everton Bekerja

Foto: Everton FC

Sapu bersih empat pertandingan dengan kemenangan membuat Everton dibicarakan. Sampai kapan mereka mampu menjaga momentum ini?

Skor 4-2 menutup laga Everton vs Brighton, Sabtu (3/10/2020), sekaligus memanjangkan rekor empat kemenangan beruntun. Jika Aston Villa gagal meraih kemenangan di pekan kelima nanti, Everton sah disebut sebagai satu-satunya tim Premier League musim ini yang menyapu bersih semua pertandingan dengan kemenangan.

Rentetan hasil positif ini mengulangi apa yang mereka lakukan pada musim 1969/70. Kala itu, mereka menutup empat pertandingan dengan kemenangan. Akhir musim itu lantas mereka akhiri sebagai kampiun dengan total 29 kemenangan.

Pencapaian Everton musim ini lumayan mencengangkan. The Toffees yang biasanya kesulitan memulai kompetisi, justru tampil di luar dugaan. Premier League musim 2020/21 memang masih akan sangat panjang.  Akan tetapi, rangkaian hasil positif Everton setidaknya membuktikan mereka akan sulit diredam.

Sinyal Everton sebenarnya sudah terbaca sejak masuknya Carlo Ancelotti pada pertengahan musim lalu. Memimpin sejak 21 Desember 2019, ia berhasil mengubah penampilan tim menjadi lebih baik. 20 pertandingan sisa pun ia akhiri dengan 8 kemenangan dan 7 imbang.

Di bawah asuhan Ancelotti, Everton tampil dengan formasi 4-4-2. Di depan, ia mengandalkan Richarlison dan Dominic Calvert-Lewin. Gylfi Sigurdsson dan Tom Davies reguler mengisi posisi gelandang tengah. Untuk dua posisi sayap, Ancelotti memberikan menit bermain yang hampir sama antara Theo Walcott, Alex Iwobi, dan Bernard.

Berangkat dari taktik tersebut dan hasil yang diraih Everton pada akhir musim, Ancelotti seharusnya puas. Namun, pria 61 tahun ini tidak bersikap demikian. Belanja pada bursa transfer musim panas 2020/21 jadi pilihan yang ia ambil.

Bursa transfer dibuka. Perubahan pertama yang terlihat sejak kedatangan Ancelotti mulai terlihat. Everton tidak belanja besar-besaran seperti yang mereka lakukan pada tiga musim sebelumnya. Selama musim panas kali ini, mereka hanya mengeluarkan 67 juta Pounds untuk enam pemain tim utama.

Biaya terbesar dikeluarkan untuk Allan Marques dari Napoli dengan nilai 21 juta Pounds. Everton juga mengeluarkan uang 40 juta Pounds untuk Abdoulaye Doucouré dan Ben Godfrey. James Rodriguez dan Niels Nkounkou diangkut gratis. Sementara, Robin Olsen dipinjam.

Dilihat dari nama-nama yang datang, belanja kali ini memang lebih strategis. Dari yang datang, Allan, Doucouré, dan James disiapkan jadi pemain inti. Namun, secara jeli, kedatangan mereka semua memang difokuskan agar tidak merusak komposisi tim yang sudah terbangun.

Perlahan tapi pasti. Para pemain baru menambal beberapa masalah musim lalu. Permasalahan utama di pos gelandang tengah diperbaiki oleh Allan dan Doucouré. Mereka membuat transisi tim saat bertahan ke menyerang dan sebaliknya jadi lebih baik.

Allan bertindak sebagai gelandang bertahan yang memutus serangan lawan. Dari empat pertandingan, mantan pemain Napoli tersebut membukukan rata-rata empat tekel dan 1,3 intersep. Meski sama-sama bertindak sebagai gelandang tengah, tugas Allan agak berbeda dengan Doucouré.

Doucouré yang didatangkan dari Watford memainkan peran yang sedikit lebih ofensif. Sedikit catatan, pemain Timnas Mali ini berperan sebagai gelandang serang musim lalu. Peran tersebut membuatnya terlibat lebih banyak terhadap serangan.

Faktor yang membuat Everton tampil berbeda adalah James. Sebelum bergabung dengan Everton, ia dikenal sebagai kontributor serangan yang ulung. Kepiawaiannya dalam mengorganisir serangan membuat Ancelotti kini punya banyak opsi di pertahanan lawan.

Hingga pekan keempat, James membuat rata-rata 3 umpan kunci dan 2,5 tembakan. Ia juga terlibat dalam lima gol tim atau sekitar 41,6%. Angka ini membuatnya hanya kalah dari Calvert-Lewin yang berkontribusi atas 50% gol yang dicetak The Toffees.

Hal berbeda lain yang patut ditunggu adalah Calvert-Lewin. Dari empat pertandingan yang sudah dijalani, ia selalu mencetak gol dan total telah membukukan enam gol. Jika dihitung lebih detail, ia mencetak gol setiap 57 menit.

Kunci ketajaman Calvert-Lewin terletak pada kemampuannya berduel udara dan mencari ruang di dalam kotak penalti lawan. Soal duel, ia mencatat rata-rata 4,3 kemenangan duel udara per laga dan menjadi salah satu penyerang dengan rasio kemenangan duel udara terbesar.

Meski menjanjikan, Everton belum benar-benar sempurna. Ada beberapa masalah yang terlihat dari empat pertandingan yang sudah dijalani. Sektor penjaga gawang salah satunya.

Jordan Pickford yang datang pada musim panas 2017/18 belum menemukan performa terbaiknya. Sejauh ini, ia telah kebobolan lima gol dan hanya membukukan 2 penyelamatan per laga. Kiper berusia 26 tahun tersebut kian jadi masalah mengingat blunder yang ia lakukan di laga melawan Brighton.

Masalah lain yang tampak dari Everton adalah ketidakmampuan mereka menghadapi tim yang menyerang dalam tempo cepat. Keterlibatan banyak pemain saat menyerang membuat pertahanan mereka rawan dicecar serangan balik.

Ancelotti bergerak cukup cepat untuk menanggulangi masalah di atas. Jelang ditutupnya bursa transfer, ia mendatangkan Robin Olsen dari AS Roma sebagai kompetitor Pickford. Untuk masalah kedua, ia mengorbankan Doucouré untuk berperan serupa Allan.

Apa yang dilakukan oleh Everton saat ini memang tak diduga oleh siapa pun. Oleh karena itu, melihat mereka konsisten sebenarnya sudah cukup, tanpa perlu muluk-muluk bermimpi mengakhiri kompetisi di posisi satu seperti 1969/70.