Melihat Ringo Starr, Membela Roberto Firmino

Foto: @LFC

Firmino dan Ringo membuktikan bahwa mereka yang jarang mendapat sorot tak selamanya bisa dikesampingkan. Terkadang, meski kurang mendapat apresiasi dibandingkan yang lain, mereka justru adalah sosok paling berpengaruh.

Pada 1983, komedian Inggris, Jasper Carrot, melemparkan lelucon seperti ini: "Ringo (Starr) bukanlah drummer terbaik di dunia." Dia menambahkan, "Dia bahkan bukan drummer terbaik di The Beatles." Itu sebuah lelucon, tapi lelucon itu kemudian memperkuat argumen bahwa Ringo Starr memang merupakan Beatle yang paling sering diremehkan.

Ringo acapkali dinilai sebagai orang beruntung yang ada dalam band yang sama dengan tiga musisi jenius. Musikalitasnya dinilai buruk. Lagu gubahannya, Octopus's Garden, diejek jelek. Vulture bahkan menulis, "(Lagu) itu benar-benar bukan sesuatu yang seharusnya direkam oleh band rock seserius The Beatles."

Ringo dicap tak punya kapabilitas sebaik tiga rekannya: John Lennon, Paul McCartney, dan George Harrison. Dia hanya dilihat sebagai pelengkap The Beatles. Memang, jika bicara soal popularitas, Ringo tak seterkenal tiga rekannya yang lain.

Lennon dikenal sebagai sosok jenius, karismatik, dan punya pikiran politis yang dipuji banyak orang. Banyak orang tau McCartney sebagai otak, pemimpin, dan orang paling penting dalam The Beatles. Kemudian ada Harrison dinilai punya musikalitas luar biasa dan lagu While My Guitar Gently Weeps ciptaanya sering disebut sebagai salah satu lagu terbaik The Beatles.

Ringo, sementara itu, hanya dilihat sebagai personel dengan gebukan drum pas-pasan. Atau kalaupun ada hal positif yang disematkan banyak orang padanya, itu adalah humor dan lelucon yang dimiliki hingga membuat pria kelahiran Dingle, Liverpool, itu disebut sebagai Beatle paling lucu. Dalam diorama khusus di Museum The Beatles, tak jauh dari Albert Dock, ia terang-terangan dideskripsikan sebagai 'Joker'.

***

Roberto Firmino adalah Ringo Starr di lini depan Liverpool musim ini. Sejak musim 2020/21 berjalan hingga saat ini, puji-pujian yang diberikan untuknya tak sebanyak yang diberikan buat tiga rekannya: Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Diogo Jota.

Bahkan, tiap Firmino tampil tak bagus atau gagal mencetak gol, suara-suara yang menyuruh Klopp agar menariknya keluar dan diganti dengan Jota merebak di lini masa media sosial. Banyak yang minta Firmino tak dimainkan pada laga-laga berikutnya. Kritik seringkali mengarah pada pemain berpaspor Brasil itu.

Foto: @LFC

Soal statistik gol, catatan Firmino di Premier League musim ini memang kalah dari Salah, Mane, atau Jota. Meski di antara empat pemain itu Firmino memiliki menit bermain paling banyak, tapi dia baru bisa mengemas 2 gol saja. Sementara itu, Jota dan Mane sudah mencetak 4 gol, sedangkan Salah malah sudah punya 8 gol.

Namun, mengukur seberapa bagus seorang Firmino memang tak adil jika hanya berdasarkan catatan gol saja. Sebab, eks-pemain Hoffenheim itu memang bukanlah goal-getter buat The Reds. Dia memang seorang pemain tengah, tapi teritorinya tidaklah melulu di dalam kotak penalti.

Tengoklah bagaimana average position Firmino pada laga terakhir Liverpool vs Leicester City akhir pekan lalu. Firmino, meski merupakan penyerang tengah, tidaklah jadi pemain paling depan dalam formasi Liverpool. Dia berdiri lebih dalam ketimbang Sadio Mane yang jadi penyerang kiri dan Diogo Jota sebagai penghuni sisi kanan serangan.

Grafis: Twenty3

Selama Juergen Klopp jadi Manajer Liverpool, Firmino memang tidak ditugaskan jadi striker biasa. Dia punya peran sebagai defensive forward dalam sistem milik Klopp. Kita tahu, Klopp memang membutuhkan pemain depan yang punya atribut defensif bagus dalam menjalankan pressing-nya.

Pemain depan itu dituntut bisa menekan lawan dan lihai dalam merebut bola. Kebetulan, Firmino pandai dalam hal tersebut. Pemain berusia 29 tahun itu memiliki catatan presentase keberhasilan dalam memenang ground duel sebesar 57,45% per 90 menit di Premier League pada musim ini. Angka itu lebih banyak dari tiga rekannya di lni depan dan yang paling mendekati hanya Mane dengan 55,71%.

Firmino juga punya presentase keberhasilan tekel sebesar 71% per 90 menit musim ini. Meski jumlah tekel per 90 menit yang dicatatkan Firmino (1,4) tak sebanyak Mane (2,7), tingkat kesuksesan tekel yang dia lakukan lebih tinggi (Mane hanya punya presentase tekel sukses sebesar 62% per 90 menit pada musim ini).

Soal bagaimana pressing Firmino bekerja dengan baik bisa dilihat dari laga Liverpool kala menghadapi Manchester City beberapa waktu lalu. Pada laga itu, Firmino menempel (atau menutup jalur umpan buat) Rodri sepanjang pertandingan untuk membuat build-up City tidak melewati kaki pemain asal Spanyol itu. Sebab, kita tahu, Rodri adalah sosok sentral dalam build-up City karena dia adalah jembatan antarlini belakang dan depan.

Hasilnya, Rodri cuma mencatatkan 74 sentuhan di laga itu, lebih sedikit jika dibandingkan Ilkay Guendogan (partnernya di lini tengah pada laga itu) yang punya 80 sentuhan. Guendogan sendiri pada laga itu ditempel oleh Salah. Build-up City pun tidak selancar biasanya dan Rodri kemudian hanya mencatatkan 56 umpan akurat, lagi-lagi lebih sedikit dibanding Guendogan.

Tak hanya soal kelihaian dalam melakukan pressing dan memenangi bola kembali, Firmino juga merupakan sosok penyerang yang mau turun ke area yang lebih dalam untuk jadi jembatan agar progresi bola Liverpool terus berjalan. Dia siap kapan saja untuk meng-overload lini tengah Liverpool agar rekan-rekannya tak kalah jumlah dan punya opsi umpan tambahan.

Tengok saja heatmaps-nya pada laga vs Leicester lalu. Meski pada laga itu dia berhasil mencetak sebuah gol dan bahkan sepanjang laga melepaskan 6 tembakan, tapi Firmino justru lebih banyak terlibat di area tengah. Bahkan jumlah umpan yang dilepaskannya pada laga itu (48) sama dengan catatan milik Gini Wijnaldum yang berperan sebagai holding midfielder.

Grafis: WhoScored

Catatan umpan per 90 menit yang dilepaskan Firmino musim ini (39,4 umpan) memang lebih banyak daripada milik Salah (38,6), Jota (39,2), dan Mane (32,3). Pun dengan umpan yang mengarah ke depan, Firmino punya catatan 9 umpan ke depan per 90 menit berbanding 7,1 milik Salah, 5 milik Jota, dan 5,4 milik Mane.

Firmino juga merupakan sosok pemain yang mampu menciptakan ruang bagi rekan-rekannya di lini depan. Seringkali dia turun lebih dalam agar Salah dan Mane bisa punya ruang tambahan di lini depan. Karenanya, tak usah kaget jika dalam urusan seperti jumlah gol atau expected goal (xG) per 90 menit, catatan Salah, Mane, atau Jota lebih tinggi dibanding Firmino.

Grafis: Understat

Peran dan apa yang dilakukan Firmino dalam sistemnya Klopp itu rasanya akan sulit digantikan oleh pemain lain. Makanya tak heran jika Klopp sendiri menyebut pemain bernomor punggung 9 itu sebagai mesin-nya Liverpool. Meskipun sudah ada Jota, Firmino tak akan terganti.

Bahkan kini Liverpool memiliki The Fab Four-nya di lini depan. Salah, Mane, Jota, dan Firmino bisa dipadukan menjadi entitas yang mengerikan. Formasi 4-2-3-1 bisa rutin diterapkan, dengan Firmino mengisi pos nomor 10 di belakang Salah. Toh, dia bisa tetap melakukan pressing dari posisi itu dan juga tetap jadi penghubung antardua gelandang tengah dengan lini depan. Posisi bermainnya yang semakin dalam rasanya tak masalah bagi pemain yang karib disapa Bobby itu.

***

Dalam tulisannya di The Guardian yang berjudul In defence of Ringo Starr – a masterful drummer and the Beatles' unsung genius, Ben Cardew menuliskan bahwa Ringo Starr adalah drummer terbaik untuk The Beatles. Pernyataan itu dituliskan Cardew bukan tanpa alasan.

Oke, Ringo memang jarang melakukan aksi-aksi yang bisa membuatnya mendapat sorotan lebih. Permainan drumnya memang tidak seteknikal John Bonham-nya Led Zeppelin. Dia juga tak sefenomenal Clyde Stubblefield-nya James Brown. Namun, bagi Cardew, Ringo memberikan ritme yang membuat lagu-lagu The Beatles memiliki jiwa.

Ringo adalah sosok yang sempurna buat The Beatles. Dia tidak datang untuk memamerkan kemampuannya menggebuk drum, dia ada untuk menyempurnakan setiap lagu. "Bringing personality and life to them," tulis Cardew. Jika Anda menganggapnya berlebihan, maka Cardew menyarankan Anda mendengarkan beberapa lagu Beatles untuk mengetahui betapa Ringo pandai memperkuat harmoni pada lagu.

Can't Buy Me Love, Tomorrow Never Knows, atau Strawberry Fields Forever adalah lagu-lagu yang bisa Anda dengarkan untuk mengetahui seberapa pentingnya pria yang kini berusia 80 tahun itu. Saya bukan pakar musik, tapi saya juga mau menyarankan Anda mendengarkan Here Comes The Sun sekali lagi untuk menyadarkan bahwa betapa gebukan Ringo mampu menyempurnakan sebuah lagu.

Pada acara Rock and Roll Hall of Fame pada tahun 2015 yang diadakan untuk menghormati John Lennon dan George Harrison, Yoko Ono menyebut Ringo sebagai Beatle paling berpengaruh. Dia tidak menyebut Lennon mantan suaminya, atau McCartney. Dia menyebut Ringo.

Di Liverpool, tempat yang sama dengan di mana Beatles lahir, Klopp pada konferensi pers usai laga vs Leicester lagi-lagi mengungkapkan betapa pentingnya Firmino, meski dia tak mendapat sorot dan apresiasi dari banyak orang.

"Sebuah tim sepak bola seperti orkestra, Anda memiliki orang yang berbeda untuk instrumen berbeda. Beberapa di antaranya berbunyi lebih nyaring daripada yang lain, tapi semua penting untuk ritme. Bobby memainkan sekitar 12 instrumen di orkestra kami."

Firmino dan Ringo membuktikan bahwa mereka yang jarang mendapat sorot tak selamanya bisa dikesampingkan. Terkadang, meski mereka kurang mendapat apresiasi yang layak dibandingkan yang lain, mereka justru adalah sosok yang paling berpengaruh.