Menanti Tembakan Calhanoglu di Inter

Foto: Instagram @hakancalhanoglu.

Hakan Calhanoglu punya banyak modal untuk bisa langsung nyetel dengan skema Simone Inzaghi di Inter. Namun, ada beberapa hal juga yang perlu ia perhatikan.

Hakan Calhanoglu tidak peduli ocehan-ocehan fans AC Milan yang kecewa berat usai dirinya hengkang dan berlabuh di Inter Milan.

Ada banyak sebab yang memicu kekecewaan fans Rossoneri. Pertama, tentu saja rivalitas Milan-Inter yang terawat hingga saat ini. Mereka seperti tidak kuasa melihat eks pemain andalannya jadi seteru, meski sudah banyak pemain Milan mendarat ke Inter atau sebaliknya.

Kedua, performa si pemain sendiri. Calhanoglu merupakan komponen penting dalam serangan Milan di bawah kepelatihan Stefano Pioli yang mengusung pakem 4-2-3-1.

Calhanoglu punya tugas melakukan serangan balik setiap kali Milan mendapatkan penguasaan bola di wilayah mereka sendiri. Ia juga dapat diandalkan menginisiasi serangan dengan mengirim operan panjang.

Keberadaan Calhanoglu pun turut menopang daya ledak Zlatan Ibrahimovic. Pemain berusia 27 tahun itu adalah pengumpan yang baik. Akurasi umpannya di Serie A mencapai 84,1 persen. Hebatnya lagi, ia merangkum 3 umpan kunci per laga. Jumlah itu tertinggi di antara para pemain Milan.

Jangan lupa, Calhanoglu juga pintar dalam mengeksploitasi halfspace dan memiliki penguasaan bola yang oke. Ia punya beberapa kebiasaan. Salah satunya adalah menciptakan keunggulan posisi setelah mengelabui lawan. Hasilnya, ia berhasil menorehkan 4 gol dan 9 asis pada Serie A 2020/21.

Atribut dan statistik itulah yang menyulut Direktur Olahraga Inter, Piero Ausilio, dan Simone Inzaghi intens mengontak Calhanoglu agar sudi bergabung dengan La Beneamata.

Selain atribut dan statistik, bila ditelaah, Inter sebenarnya punya alasan cukup untuk mendatangkan Calhanoglu. Il Nerazzurri membutuhkan gelandang kreatif demi menunjang garda terdepan.

Inter memang sudah punya Christian Eriksen. Namun, sangat sulit bagi pemain Denmark itu untuk kembali merumput. Pasalnya, ada regulasi yang dikeluarkan oleh Komite Kardiologi Olahraga (COCIS) di Italia. Regulasi ini membuat pemeriksaan jantung diwajibkan oleh hukum.

Usai kolaps di laga pertama fase grup Piala Eropa 2020, Eriksen memasang implan cardioverter defibrillator (ICD). Jika ingin kembali merumput di Serie A, ia harus melepas alat bantu yang tertanam di jantungnya itu.

Selain meng-cover potensi kehilangan Eriksen, Calhanoglu punya gaya bermain yang cocok untuk melengkapi Marcelo Brozovic dan Nicolo Barella. Baik Brozovic ataupun Barella sama-sama tipikal pemain yang cukup mobile dan dinamis, sementara Calhanoglu relatif terukur. Di Milan, ia juga terbiasa dikelilingi gelandang pekerja keras atau sayap-sayap dinamis. Ini memungkinkannya untuk bekerja lebih baik sebagai “nomor 10”.

Selain itu, ia juga akan menambah opsi Inter dari lini kedua sekaligus melayani duo ujung tombak, Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku.

Tapi, ya, Calhanoglu tak perlu overconfidence. Sebelum mengarungi Serie A musim depan dan berharap akan puja-puji Interisti, ia harus lebih dulu mengintegrasikan diri dengan Inter versi Simone Inzaghi.

Pakem yang diaplikasikan Inzaghi dengan Pioli jelas berbeda. Inzaghi sendiri konsisten menerapkan formasi 3-5-2 atau 3-5-1-1 dan menekankan keseimbangan selama mengarsiteki Lazio.

Pemain-pemain Inter, selain Calhanoglu dan pemain anyarnya, tidak perlu repot-repot belajar soal skema tiga bek. Sebab, mereka sudah biasa memeragakan skema tersebut dengan Antonio Conte.

Barangkali yang berbeda adalah implementasi di lapangan. Jika Conte memiliki pendekatan yang agresif dan menggebu-gebu, Inzaghi lebih kalem dan rapat.

Akan tetapi, bila berbicara soal pemberian peran kepada gelandang, Conte dan Inzaghi memiliki kesamaan. Gelandang harus mahir menyuplai bola ke pemain depan, membuka ruang, menyediakan opsi bagi striker untuk mengalirkan bola, dan melakukan pergerakan tanpa bola demi merusak bentuk (shape) pertahanan lawan.

Satu yang laik disorot dari Inzaghi adalah kegemarannya memberi tugas kepada gelandang untuk menuntaskan serangan dari luar kotak penalti. Di Lazio, ada Luis Alberto.

Pemain berkebangsaan Spanyol itu memiliki akurasi dan kekuatan tendangan yang cukup oke. Ia juga dapat menarik diri dari bek lawan dan mencium ruang tembak sekecil apapun.

Mengacu laporan Understat, Alberto tercatat melakukan 69 tembakan sepanjang Serie A musim 2020/2021. Dari jumlah tersebut, 31 kali di antaranya terjadi di luar kotak penalti. Dari jumlah itu juga, ia mampu merangkum 9 gol. Torehan gol yang baik bagi seorang gelandang.

Kemungkinan besar Calhanoglu bakal diberikan peran serupa Alberto oleh Inzaghi di Inter.

Calhanoglu boleh saja acap membuat pendukung lawan berdebar manakala mengeksekusi bola mati, tapi ia harus mengasah kembali kemampuan tembakan dari lini kedua, terutama akurasi.

Sepanjang 2020/2021, berdasarkan catatan Understat, Calhanoglu merangkum 84 kali tembakan bersama Milan. 60 tembakan di antaranya dilesakan dari luar kotak penalti. Meski jumlah itu lebih banyak dari Alberto, koleksi gol Calhanoglu hanya 4.

***

Calhanoglu masih punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan taktik dan peran baru di Inter. Ia juga masih memiliki kesempatan untuk berkomunikasi secara intens dengan Inzaghi mengenai tugas-tugas apa yang harus ia tuntaskan di lapangan.

Sambil menunggu musim 2021/2022 dimulai, tidak ada salahnya Calhanoglu, yang tidak banyak bicara, melontarkan banyak kata-kata optimistis. Bahwa ia akan bersinar bersama Inter. Setidaknya mempertahankan gelar Scudetto dan membuat Inter bersaing lebih jauh di Liga Champions.

“Saya suka sistem tiga bek, karena Luis Alberto mengambil peran ini untuk Simone di Lazio dan kami sangat mirip," kata Calhanoglu kepada DAZN. “Sekarang saya tidak sabar untuk menciptakan peluang bagi Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez."