Menanti Varian Terbaik Erling Haaland

Foto: @BVB.

Bersama Marco Rose, pendekatan bermain Erling Haaland tampak berbeda. Belum sepenuhnya sempurna tetapi jika semuanya lancar, Haaland bakal mencapai varian terbaik dari dirinya sendiri.

Laga DFL Super Cup antara Borussia Dortmund dan Bayern Muenchen menyisakan dua momen komikal soal Erling Haaland: Saat ia berulang kali menendang rumput tanda kesal usai timnya bobol, lalu tatkala ia berteriak girang sambil memutar-mutar tangan usai Marco Reus mencetak gol.

Dua gestur itu membuat Haaland jadi sasaran lelucon di jagat maya. Makin lengkap lagi sebab ia sempat ‘dipermalukan’ Manuel Neuer dalam sebuah duel sundulan di depan kotak penalti Bayern. Dan ah, Haaland juga tak bikin gol pada laga itu, timnya pun kalah 1–3 dari Die Roten.

Yang spesial dari Haaland adalah mentalnya. Ia masa bodo dengan segala olokan. Kalaupun mesti memberi respons, ia akan meresponsnya dengan cara yang lebih menyakitkan. Musim lalu, Yassine Bounou yang berteriak kencang ke arahnya Haaland balas dengan gol sekaligus teriakan serupa.


Maka, jangan heran jika Haaland anteng-anteng saja dengan yang terjadi pada laga melawan Bayern. Jelas ia kesal, tetapi kekesalan itu ia jadikan sebagai pijakan untuk memperbaiki diri. Lagi pula, Haaland dalam laga melawan Bayern adalah Haaland yang tengah mencoba hal berbeda.

***

Saat masih melatih Bayern, dua kali Hansi Flick berkata bahwa cara terbaik untuk menghentikan Dortmund dan terutama Haaland adalah menutup dan mempersempit ruang. Jarak pemain belakang dan kiper tidak boleh terlalu jauh, para gelandang juga mesti sigap melakukan back up.

Kalaupun momen buruk datang, misalnya para pemain belakang telat menutup ruang, jebakan offside dan kecepatan Alphonso Davies menjadi jawaban.

Rencana Flick sangat beralasan mengingat kecepatan yang dimiliki Haaland. Pada April tahun ini, Haaland mencatat rekor kecepatan berlari Bundesliga dengan 36,04 kilometer per jam. Angka itu mematahkan rekor yang sebelumnya dipegang Davies, yakni 35,9 km per jam.

Lewat kecepatan itulah Haaland biasa mencetak gol demi gol sepanjang kariernya. Sebagian besar golnya bersama Dortmund berawal dari serangan cepat. Saat menggiring bola maupun ketika bergerak tanpa bola, kecepatan yang ia miliki sama-sama mematikannya.

Untuk memaksimalkan kecepatan tersebut, Haaland butuh ruang selapang mungkin. Itulah kenapa, saat ruang diperoleh, Haaland tak ubahnya penyerang paling berbahaya sedunia. Itu pula alasan kenapa Dortmund era Lucien Favre sangat bertumpu umpan terobosan yang mengarah ke Haaland.

Gerakan khasnya: Haaland akan menempatkan diri di antara dua bek lawan. Setelah berhasil menemukan titik buta dua bek tersebut, ia mulai bergerak seiring dengan umpan terobosan yang datang mengarah kepadanya. Setelahnya tinggal ketajamannya yang menentukan.

“Haaland mampu menunjukkan kekuatannya dalam hal berlari dari belakang dengan cepat. Pergerakan dia kala berlari di antara garis sangat baik. Hal seperti ini memberi kami banyak alternatif ketika hendak melancarkan serangan,” kata Favre suatu kali.

Yang jadi masalah adalah ketika melawan tim yang bertahan di kedalaman. Pada April musim lalu, Haaland nirgol selama empat laga beruntun di semua ajang. Salah satunya saat Dortmund menghadapi Union Berlin. Ia tak hanya gagal mencetak gol, tetapi juga kesulitan mendapat peluang.

Selain karena Union yang bermain rapat, salah satu pemain yang paling sering memberi sodoran untuknya absen karena cedera. Yep, Jadon Sancho.

Lewat kecepatan, kemampuan melewati lawan, serta kreativiasnya dalam membangun serangan, Sancho memang sangat cocok untuk Haaland. Enam dari sebelas assist yang Sancho catatkan musim lalu bahkan dia berikan untuk pemain asal Norwegia itu.

Namun, menyebut Haaland bertumpu pada pemain tertentu sebetulnya tak betul-betul akurat. Mengutip analisis Twenty3 Sport, Haaland cukup sering mencetak gol lewat hasil pergerakannya sendiri, bahkan beberapa kali ia mencetak gol dari luar kotak penalti.

Gol pertama dari dua gol yang ia cetak ke gawang Bayern Muenchen musim lalu salah satunya. Menerima bola di depan kotak penalti, ia mengelabui Joshua Kimmich dan Jerome Boateng, lalu melepaskan sepakan kaki kiri yang tak mampu dihalau Manuel Neuer.

Oleh karena itu, kepergian Sancho musim ini tak sedemikian berpengaruh. Selain itu, musim ini Haaland bakal bekerja dalam taktik berbeda yang disusun Marco Rose.

Eks pelatih Gladbach tersebut adalah sosok yang sepenuhnya bertumpu pada sistem. Ia juga bisa memaksimalkan skuad yang ada. Sejumlah pemain muda berkembang pesat di bawahnya. Bahkan nama-nama senior seolah menemukan wajah baru setelah dibesut Rose.

Melihat perannya sejauh ini, itulah yang tampak terjadi pada Haaland. Ia seperti tengah mencoba peran berbeda di bawah Rose. Musim ini ia bukan hanya predator, melainkan juga kerap bergerak dari dalam untuk ikut membangun serangan.

Malah, dalam skema 4–3–1–2 Rose, justru Haaland yang lebih aktif ketimbang tandemnya. Sepanjang pramusim berulang kali ia melakukan pergerakan yang menguntungkan Steffen Tigges. Gol Youssofa Maukoko ke gawang Bayern—yang sayangnya offside — juga berasal dari terobosannya.

Tentu belum sepenuhnya berjalan lancar. Usai tampil gemilang dalam kemenangan atas Eintracth Frankfurt, Haaland kesulitan melawan Bayern. Terlebih, ia belum menemukan tandem yang pas dalam skema Rose. Baik Maukoko maupun Donyell Malen yang masuk di babak kedua masih meraba-raba performa.

Namun, dalam waktu-waktu ke depan kondisinya sangat mungkin membaik. Ketika itu terjadi, maka sambutlah Haaland yang tak hanya soal kecepatan.

Yang mungkin berubah dari Haaland bersama Rose bahkan tak berhenti di sana. Dalam skema 4–3–1–2 Rose, Haaland mesti memiliki kepekaan posisi yang tinggi dan agresif menekan lawan. Pada situasi bertahan, ia harus aktif menekan, sedangkan kala menyerang mesti rutin membuka ruang.

Semua itu bakal membuat Haaland berkembang menjadi penyerang yang lebih komplet. Jika ia juga mampu membenahi sejumlah kekurangannya yang lain, termasuk sundulan seperti yang belum lama ini disinggung Michael Rummenigge, Haaland bisa segera mencapai varian terbaik dari dirinya.