Menenggelamkan Schalke

Foto: FC St. Pauli

Lima tahun lalu, Schalke adalah raksasa Bundesliga. Musim ini, mereka terlihat seperti tim semenjana 2. Bundesliga yang baru saja dikalahkan St. Pauli.

Lima tahun lalu, Schalke adalah raksasa Bundesliga. Mereka finis di posisi dua klasemen, mengungguli tim-tim macam Dortmund, Leverkusen, atau RB Leipzig. Di skuad, nama-nama macam Leon Goretzka, Alexander Nübel, Matija Nastasic, Weston McKennie, Thilo Kehrer, sampai Nabil Bentaleb masih ada.

Di musim yang sama bersama Domenico Tedesco, Schalke masih mencatatkan salah satu Revierderby paling ikonik saat mereka mampu bangkit dari ketertinggalan 0-4 untuk menahan Dortmund 4-4 di akhir laga. Pada musim berikutnya, atau musim 2018/19, Schalke masih berlaga di Liga Champions, menembus babak 16 besar.

Setelah itu, yang ada hanyalah petaka. Dalam kurun empat tahun ke belakang, Schalke sudah dua kali degradasi ke 2. Bundesliga. Tumpukan utang, kesalahan dalam pemilihan direktur olahraga, kesalahan dalam pemilihan pelatih, dan strategi transfer yang buruk adalah penyebab-penyebab nasib buruk itu datang ke Gelsenkirchen.

Schalke tak lagi sama. Di atas kertas, mereka memang masih berstatus sebagai tim besar di Jerman, dengan jumlah member menjadi yang kedua terbanyak setelah Bayern München. Histori mengatakan mereka salah satu yang tersukses, dengan tujuh gelar juara liga. Namun, di atas lapangan, mereka kini adalah tim semenjana.

Awal musim ini, Schalke terlihat tak membaik. Secara skuad mereka adalah kaliber papan atas, tapi kini mereka justru berkubang di posisi 16–atau di zona play-off degradasi. Dalam enam laga terakhir, the Royal Blues, hanya mampu menang dua kali. Akhir pekan kemarin, mereka mendapat nol poin usai dilibas 1-3 oleh St. Pauli di Millerntor.

Situasi makin pelik karena setelah laga itu, konflik internal tercipta. Salah satu pemain mereka, Timo Baumgartl, mengkritik keras taktik pelatih Thomas Reis dalam konferensi pers setelah laga. Kritik tersebut membuat Baumgartl mendapat hukuman. Ia didenda dan harus berlatih bersama tim U-23 selama pekan ini. Tekanan juga datang ke Reis, meski sejauh ini ia masih dilindungi manajemen.

Di atas lapangan pada Sabtu malam lalu, Schalke memang kalah kelas dari tuan rumah. Ide Reis untuk menerapkan pressing dengan orientasi man-to-man, yang mana jadi salah satu hal yang dikritik Baumgartl, dipatahkan mentah-mentah oleh Fabian Hürzeler, pelatih St. Pauli.

Jika biasanya Schalke mampu mencetak banyak gol (catatan 15 gol mereka awal musim ini adalah salah satu yang terbanyak di 2. Bundesliga), malam itu hanya ada satu gol yang bisa mereka ciptakan. Mereka justru lebih sibuk membendung St. Pauli yang bermain begitu cair di lini depan, merusak organisasi pertahanan dengan orientasi man-to-man itu tadi.

Di tribune setelah pertandingan berlangsung, suporter tandang Schalke pun kedapatan menyerang suporter St. Pauli. Serangan yang menyebabkan beberapa penjaga keamanan stadion (steward) luka-luka. Rentetan-rentetan hal buruk yang makin membuat Schalke tenggelam.

***

2. Bundesliga adalah tempat raksasa sepak bola Jerman tertidur. Schalke, HSV, Hannover, Kaiserslautern, Hertha Berlin, sampai FC Nürnberg adalah nama-nama juara Jerman yang kini berkubang di divisi dua. Selain mereka, klub-klub macam Fortuna Düsseldorf dan St. Pauli juga masyhur terdengar namanya.

Ini adalah kompetisi yang sulit ditebak. Siapa pun bisa masuk dan tenggelam di sini, juga siapa pun akan sulit keluar darinya. HSV sudah menghabiskan musim demi musim di kompetisi ini. Pun dengan para raksasa lain. Schalke memang beruntung karena usai terdegradasi pada musim 2020/21, mereka langsung bisa promosi di musim berikutnya.

Namun, melihat apa yang mereka tunjukkan awal musim ini, situasinya bisa beda. Banyak tim yang terlihat lebih siap. Düsseldorf memimpin klasemen sementara dan terlihat menjadi tim yang begitu dewasa secara permainan. HSV masih punya lini tengah dan depan yang bisa meletup kapan saja untuk meraih kemenangan. Kaiserslautern dan Hannover pun punya bekal yang cukup, secara skuad dan taktik, untuk menjadi dua terbaik.

Embed from Getty Images

Lalu tentu saja ada St. Pauli yang masih belum terkalahkan hingga tujuh pertandingan. Mereka masih menjadi tim dengan pertahanan terbaik (baik dari jumlah kebobolan maupun angka xGA yang diterima) juga belakangan mulai menemukan cara untuk bisa konsisten mencetak banyak gol. St. Pauli pun terlihat lebih dewasa ketimbang musim lalu. Kini mereka paham bagaimana cara meminimalisir risiko.

Jackson Irvine cs. sudah menghadapi tim-tim 10 besar macam Düsseldorf, Magdeburg, dan Kiel, juga menghadapi tim baru degradasi macam Schalke, tapi masih mampu meraup 13 poin dari tujuh laga. Well, St. Pauli memang pernah berada dalam momen bagus awal musim untuk kemudian merosot di akhir. Namun, konsistensi sejak paruh kedua musim lalu menunjukkan bahwa mereka ada di jalur yang benar.

Secara keseluruhan, gap di kompetisi ini memang begitu tipis. Klasemen bisa berubah drastis tiap pekannya. Unggulan hanya tertulis di atas kertas, karena tim peringkat terakhir macam Osnabrück saja mampu mengalahkan tim papan atas macam HSV. Nama besar tak melulu menghadirkan keberuntungan, tim kecil tak selalu jadi bulan-bulanan.

Musim masih panjang, tapi jika tak berbenah, Schalke bisa bernasib seperti HSV atau Kaiserslautern. Sebagai raksasa yang tertidur lama di kompetisi divisi dua. Pesta dua musim lalu saat mereka memastikan tiket promosi ke Bundesliga lewat kemenangan atas St. Pauli di Millerntor mungkin tak akan terulang kembali.

Kemudian perbincangan-perbincangan tentang Schalke hanya seputar jumlah member, histori juara, perjalananan-perjalanan mereka di Eropa, bekas klub para bintang dunia, atau perihal akademi Knappenschmiede yang pernah mengorbitkan bintang-bintang seperti Manuel Neuer, Leroy Sane, Leon Goretzka, sampai Mesut Özil.