Menunggu Zaniolo Bertumbuh

Foto: @nicolozaniolo

Apakah Zaniolo akan menjadi pemain berikutnya yang diangkat Mourinho ke level lebih tinggi?

Banyak orang hanya mengingat Jose Mourinho lewat kontroversi yang ia buat dan kegagalan yang ia dapatkan. Mereka seolah-olah lupa bahwa masa lalu Mourinho amat luar biasa.

Satu yang bisa diingat adalah saat Mourinho mengangkat derajat Didier Drogba ke level yang lebih luhur. Saat itu, Mourinho mengambil Drogba dari Olympique Marseille dengan biaya 24 juta poundsterling.

Semua menganggap nilai tersebut berlebihan karena Drogba baru bermain di Ligue 1 selama dua musim. Pemilik Chelsea, Roman Abramovich, bahkan mengaku harus diyakinkan berkali-kali tentang keinginan Mourinho mendatangkan Drogba.

Mourinho tak peduli dengan ocehan orang-orang. Hanya dalam waktu singkat, Drogba jadi penyerang yang tajam. Ia bahkan mampu mencetak 73 gol dan tiga gelar Premier League dalam 186 penampilan di bawah Mourinho.

Masih banyak pemain yang berkembang pesat di bawah Mourinho, seperti Wesley Sneijder, Mesut Oezil, Ricardo Carvalho, dan masih banyak yang lain. Yang aneh, orang-orang lupa meski ini sering dilakukan oleh Mourinho.

Tradisi tersebut coba diteruskan oleh Mourinho di Roma. Saat pertama kali datang di Roma dulu, ia percaya bakal ada pemain yang bakal mencapai potensi terbaiknya. Satu pemain yang dijanjikan oleh Mourinho adalah Nicolo Zaniolo.

“Zaniolo punya potensi yang luar biasa meski ia harus banyak belajar untuk mengembangkannya. Apabila ia mampu mencapai potensinya, ia bakal jadi pemain yang luar biasa,” kata Mourinho.

Tak salah apabila Mourinho punya keyakinan terhadap Zaniolo. Sebagai pemain muda, ia ahli dalam bergerak dan mencari ruang di pertahanan lawan. Ini belum termasuk kecepatan dan intuisi melepaskan sepakan jarak jauh yang di atas rata-rata.

Sayang, semua potensi tersebut seperti pudar. Cedera membuat Zaniolo lebih banyak berada di ruang perawatan. Musim lalu, ia bahkan absen sampai 266 hari karena mengalami cedera ACL. Belum lagi Zaniolo kerap dihukum wasit karena gaya bermain yang terbilang agresif.

***

Sejak pramusim, ke mana Mourinho bakal memainkan Zaniolo sudah tampak. Dalam pola 4-2-3-1, Mourinho menurunkannya sebagai winger kanan. Meski bukan posisi favoritnya, ia tampak begitu fasih dan tak kesulitan.

Benar saja, di liga Zaniolo turun sebagai winger kanan. Meski turun sebagai winger, ia tidak diberi tugas yang saklek saat Roma menyerang lawan di sepertiga akhir pertahanan. Bahkan, Mourinho memberikannya kebebasan untuk bergerak ke mana pun, termasuk ke area tengah.

Meski demikian, praktik tersebut tidak langsung berhasil. Keberadaan Lorenzo Pellegrini, yang notabene adalah gelandang serang tengah dan Jordan Veretout yang lebih eksplosif dalam bergerak, membuat Zaniolo tidak kelihatan.

Tidak heran, pada awal musim ini, penampilan Zaniolo di bawah ekspektasi. Setelah pertandingan pertama diganjar kartu merah, ia gagal bangkit di pertandingan-pertandingan berikutnya.

Zaniolo bahkan beberapa kali jadi salah satu penyebab kekalahan Roma. Kelemahannya saat menerima pressing dari lawan seringkali membuat kehilangan. Tidak hanya itu, ia juga kerap telat saat mengisi pos yang ditinggalkan oleh bek sayap kanan.

Buruknya penampilan Zaniolo tidak membuatnya langsung digusur dari bangku reguler. Mourinho tetap memberikan kepercayaan. Lambat laun, meski tidak pesat, ia menunjukkan perkembangan yang layak diapresiasi.

Laga melawan Atalanta, Desember 2021, jadi titik balik. Di laga tersebut, Roma tampil tanpa Pellegrini dan membuat Zaniolo diplot menjadi second striker. Siapa sangka, ia justru fasih bermain di pos tersebut.

Zaniolo menunjukkan kemampuan mengirimkan umpan akurat ke pertahanan lawan ketika dipasang sebagai second striker. Ia tidak hanya asal melepaskan umpan tapi juga membaca kapan rekan setim bergerak hingga mengirimkan umpan yang tidak diprediksi lawan.

Delapan pertandingan telah dilewati oleh Zaniolo sejak saat itu. Sejak itu, ia mampu mengoleksi 1,25 umpan kunci dan 2,5 progressive passes. Angka tersebut jauh lebih baik ketimbang penampilan di 14 pertandingan sebelumnya yang hanya 0,7 umpan kunci dan 1,6 progressive passes.

Perkembangan Zaniolo tidak hanya sebatas melepaskan umpan terobosan saja. Dribel, yang menjadi senjatanya selama ini, bahkan kian membaik. Jika sebelumnya ia begitu gemar melewati bek lawan, kali ini fokusnya berganti akurasi.

Hal tersebut berimbas pada akurasi dribel yang semakin membaik. Sebelumnya, akurasi dribel Zaniolo hanya 38%, kini dengan fokus yang berbeda akurasi dribelnya mencapai 43%.

Secara keseluruhan, Zaniolo memegang peran penting dalam serangan Roma sejak laga melawan Atalanta. Peran yang semakin besar dalam periode tersebut membuatnya bahkan mampu menciptakan satu gol dan dua assist.

***

Keberhasilan mengantar banyak pemain menjadi hebat membuat Mourinho awalnya diyakini tak bakal kesulitan. Berbekal bakat yang luar biasa, semua memprediksi Zaniolo akan menjadi pemain berikutnya yang moncer di bawah Mourinho.

Masalahnya, yang dihadapi Mourinho sekarang adalah anak yang berbeda. Zaniolo bisa dibilang lebih emosional dan tidak seperti dengan pemain-pemain sebelumnya yang lebih mudah diatur. Ia juga punya kecenderungan untuk bermain secara agresif.

Dengan kondisi tersebut, apakah Mourinho bisa mengangkat nama Zaniolo? Atau justru karier Mourinho yang tenggelam karena tidak mampu mengatur pemain-pemainnya?