Menyelami Zubimendi

Foto: Real Sociedad

Melihat Zubimendi lebih dekat akan membuat kita mengingat sosok Sergio Busquets atau Xabi Alonso.

Saya terkesima dengan Sergio Busquets sejak Pep Guardiola meletakkan Cesc Fabregas menjadi false nine di Barcelona sekitar tahun 2011–2012. Saat itu, cara Busquets membawa tiki-taka Pep sangat menawan.

Ia tahu arah passing yang memanjakan rekan. Ia memahami cara memaikan tempo permainan. Ia menjadi pusat permainan itu sendiri. Itu terbukti dari penampilan terbanyak 52 kali dibanding rekan-rekan setimnya pada musim tersebut. Busquets serupa sosok di belakang layar yang pendiam, cerdas, cekatan, dan pandai dalam mengatur irama permainan.

Saya rindu memori yang demikian sampai Real Sociedad berhasil memunculkan nama Martin Zubimendi. Wonderkid Spanyol ini laiknya Sergio versi Gen Z. Sebagian orang melihatnya sebagai penerus Xabi Alonso. Ia telah menjadi jantung permainan The Txuri-Urdin (The White Blue) dalam tiga musim terakhir.

Mengutip The Athletic, tidak ada pemain tengah lain yang menerima passing sebanyak Zubimendi pada musim 2022–2023. Musim lalu, bek tengah Robin Le Normand mengoper bola sebanyak 156 kali dan Igor Zubeldia mengumpan sebanyak 116 kepadanya.

Sementara itu, Zubimendi juga gemar melancarkan operan progresif sebanyak 184 kali. Jumlah itu turut menjadikannya pelepas operan terbanyak dibandingkan semua rekan-rekannya sepanjang musim lalu.

Dengan peran sentral itu, remaja Basque ini berhasil membawa Real Sociedad konsisten mengikuti Kompetisi Eropa selama tiga musim terakhir (2020–2021, 2021–2022, 2022–2023). Sebelumnya, Real Sociedad bukan tim yang setiap tahun konsisten mengkikuti kompetisi Eropa, baik Champions League atau Europa League.

Real Sociedad sendiri merupakan tim yang membangun serangan melalui umpan-umpan pendek dari belakang. Pada musim lalu, Pelatih Imanol Alguacil menggunakan formasi 4–4–2 (diamond). Sebagai pemain jangkar di depan empat center back, Zubimendi sangat piawai saat menerima operan dari belakang untuk membangun serangan maupun saat keluar dari tekanan lawan.

Ia melakukan scaning beberapa kali secara cepat sebelum bola menyentuh kakinya, melihat lawan di sekitar dan langsung melancarkan passing ke temannya yang berada pada posisi kosong.

Zubimendi juga acap melancarkandirect passing yang efektif saat membangun serangan. Ia mencoba mencari opsi yang paling mudah bagi teman-temannya. Artinya, tidak semua temannya yang meminta operan akan otomatis mendapat bola darinya.

Keahliannya dalam mengantisipasi pergerakan lawan juga mirip dengan Busquets. Zubimendi bisa dengan cepat mengambil keputusan. Itu terbukti dari catatan metrik untuk melihat bagaimana ia merebut bola dari lawan melalui tekel.

Metrik itu adalah gabungan dari jumlah tekel keseluruhan—tekel berhasil, tekel melanggar, dan tekel yang gagal. Zubimendi menempati 26% terbawah dengan catatan 5,5 tekel per 1.000 setuhan dari semua gelandang La Liga yang bermain lebih dari 900 menit.

Pemain yang terbiasa dengan kaki kanan ini punya cara yang lebih tenang saat merebut bola. Ia memilih memblok passing lawan. Sering kali juga dia merebut kembali bola dengan simple yaitu dengan kuda-kuda yang membelakangi bola. Sebagai catatan, mengintersep kulit bundar memang salah satu spesialis Zubimendi.

Meski baru berusia 24 tahun ia telah dipercaya sebagai jendral lapangan tengah. Selain lincah, ia memang cukup energik untuk memudahkan teman-temannya bermain.

“Martín adalah pemain yang diinginkan semua pelatih,” kata Xabi Alonso yang pernah menjadi pelatihnya di tim junior Real Sociedad B.

“Dia murah hati, dia selalu lebih memikirkan rekan satu timnya daripada dirinya sendiri. Dia memiliki kemampuan untuk membangkitkan permainan, membuat orang-orang di sekitarnya menjadi lebih baik, selalu menawarkan solusi,” lanjut Alonso mengutip The Guardian.

Mengidolakan Xabi Alonso Sejak Kecil

Sebelum laga lawatan ke Old Trafford pada September tahun lalu, Zubimendi sempat menjelaskan kekagumannya terhadap Xabi Alonso.

“Dia adalah seorang idola, seorang panutan, jadi saya senang dia mengatakan hal-hal baik tentang saya,” katanya sembari tersenyum bangga.

Xabi sendiri telah memantau Zubimendi sejak usia 12 tahun. Itu awal mula Zubimendi bergabung tim junior Real Sociedad. Sebelumnya ia sempat bergabung di tim Antiguoko tim amatir yang telah bekerja sama dengan dua tim yaitu Atletico Bilbao dan Real Sociedad.

Saat usia 5 tahun Zubimendi bersama ayahnya terbang ke Inggris hanya untuk menonton Xabi yang saat itu masih berseragam Liverpool. Lalu, di usia 10 tahun ia juga sempat menonton Xabi. Kali ini lokasinya lebih dekat dari rumahnya, di Santiago Barnebeu.

Kekaguman itu akhirnya berakhir menjadi hubungan antara pelatih dan pemain yang akrab. Mereka kerap berkomunikasi secara intens. Membahas bagaimana cara memimpin rekan-rekannya di lapangan.

Termasuk bagaimana sifat kepemimpinan itu bukan untuk diperlihatkan. Bagaimana menganalisa permainan, hingga mereka akhirnya memercayai agen yang sama. Dirinya pun mendapat rekomendasi dari Xabi untuk masuk tim senior pada musim 19/20. 

Setelah itu, Zubimendi terus berkembang dan berkembang, menjadi pemain yang lebih baik. Ia menjadi salah satu pemain potensial yang acap dirumorkan jadi incaran klub-klub besar Eropa, termasuk mantan klub Buesquets, Barcelona.

Bahkan, Busquets sendiri pun pernah mengakui kualitas Zubimendi untuk mengantikannya suatu saat nanti, entah di Barcelona ataupun bersama Timnas Spanyol.

“Zubimendi adalah pemain hebat, tapi dia dari La Real. Saya tidak tahu apakah Barcelona tertarik. Baik di sini (timnas) maupun di Barcelona, permainannya sangat posisional,” ucap Busquets.

“Anda harus saling mendukung, menjaga pasangan Anda. Sangat beruntung bisa bermain sebagai yang terbaik di dunia, dan di tim yang hebat. Pelatih mencari pemain yang sangat mirip, yang mengasimilasi cara bermain.”

Melihat Zubimendi lebih dekat akan membuat setiap penonton mengingat kegesitan dalam mengambil bola laiknya Xabi Alonso, dan ketenangan dalam melancarkan operan laiknya Busquets. Zubimendi adalah kombinasi dua seniornya.