Meraba Ligue 1 yang Mungkin (Tak Lagi) Sama

Foto: Instagram @losclive

Siapa yang bisa mengganggu dominasi Paris Saint-Germain di Ligue 1 musim ini?

Sudah 8 musim Paris Saint-Germain dimiliki oleh pemerintah Qatar dan sejak itu 7 gelar Ligue 1 selalu jatuh ke Les Parisiens. Lantas, bagaimana dengan musim ini? Apakah skenario PSG juara masih mungkin terjadi?

Ligue 1 2020/21 sudah berjalan enam pekan. Sejauh ini, skenario di atas belum ada tanda-tanda bakal kembali terjadi. Dari enam pertandingan, PSG hanya mampu mengumpulkan 12 poin usai mengalahkan Metz, Nice, Reims, dan Angers. Sementara, dua kekalahan lahir di laga lawan Lens dan Marseille.

Dari 2 laga tersebut, tampak bagaimana kelemahan PSG lebih mudah dieksploitasi dan diantisipasi lawan. Lawan Lens, mereka tampil dominan dengan penguasaan bola mencapai 76%. Sayangnya, dari 8 percobaan tembakan, hanya 1 yang tepat ke gawang lawan.

Lagi-lagi persoalan terlihat saat menjamu Marseille. Meski dominan di penguasaan bola, serangan dan pertahanan mereka tak berjalan optimal. Alhasil, lawan berhasil menutup laga dengan kemenangan.

Ligue 1 memang masih menyisakan (jika tidak ada halangan) 32 pekan lagi. Namun, sepertinya, menyiapkan daftar tim yang mungkin menyodok ke posisi teratas akan jadi menarik. Bagaimana?

Olympique Marseille

Tim pertama yang mungkin bisa mengganggu dominasi PSG adalah Olympique Marseille. Setelah mengganti Rudi Garcia dengan Andre Villas-Boas jelang bergulirnya musim 2019/20, penampilan Marseille kian menarik.

Salah satu hal menonjol yang tampak sejak kehadiran Villas-Boas adalah kolektivitas tim. Ia juga tak hanya menjanjikan pemain muda kesempatan, tetapi pemain senior keyakinan juara. Pelan-pelan, mereka pun stabil di posisi dua hingga berakhirnya liga.

Hal yang patut diamati dari Marseille mungkin adalah dua winger utama mereka, Dimitri Payet dan Florian Thauvin. Nasib keduanya sedang terbalik. Payet baru saja tanda tangan kontrak, sementara kontrak Thauvin menyisakan 12 bulan.

Kontrak baru Payet, di tengah krisis finansial tim, membuatnya bakal memberikan lebih Les Olympiens. Sementara, Thauvin yang kontraknya habis, pertengahan tahun depan, tentu bakal berjuang maksimal musim ini demi mendapatkan klub baru.

LOSC Lille

Bursa transfer awal musim 2020/21 diawali dengan kabar dari Lille. Dua pemain kunci musim lalu, Victor Osimhen dan Gabriel Magalhaes, pergi dengan banderol yang terbilang besar. Osimhen ke Napoli dengan harga 70 juta euro, sementara Gabriel dibeli Arsenal seharga 26 juta euro.

Buntut dua transfer tersebut, Lille diprediksi akan mengalami penurunan. Posisi empat Ligue 1 musim lalu diyakini tak akan kembali terjadi. Namun, enam pertandingan Ligue 1 musim 2020/21 boleh jadi gambaran mereka musim ini.

Sebagai ganti Osimhen dan Gabriel, Lille mendatangkan dua nama, Jonathan David dan Sven Botman. David, yang didatangkan dari Gent dengan harga 30 juta euro, jadi pemain termahal kedua yang masuk ke Ligue 1 musim ini.

Selain dua nama tersebut, pelatih Christophe Galtier juga masih percaya pada nama-nama lawas seperti Jonathan Ikone, Jonathan Bamba, dan Luiz Araujo. Bamba dan Araujo bahkan sudah mencetak 2 gol pada musim ini.

Stade Rennes

Mengakhiri kompetisi di posisi ketiga jadi pencapaian terbaik Rennes sepanjang sejarah. Prestasi tersebut mengulangi keberhasilan mereka menjuarai Coupe de France, satu musim sebelumnya. Pertanyaannya, apakah mereka berhasil mengulanginya musim ini?

Untuk memulai analisis soal Rennes, ada baiknya berkenalan dulu dengan konglomerat pemilik klub ini, Francois Pinault. Pinault dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Prancis. Usahanya meliputi industri investasi dan fashion mewah.

Salah satu mimpi Pinault adalah mencetak klub yang mayoritas diisi oleh pemain akademi dan lokal. Ia percaya bahwa alumnus akademi Rennes dan pemain asli Prancis memiliki kemampuan setara pemain asing.

Nah, strategi Pinault bisa dilihat dari prestasi dan finansial klub yang terus menanjak. Kepergian bakat-bakat, seperti Ousmane Dembele hingga yang terbaru, Edouard Mendy, rasanya tak akan berpengaruh, mengingat mereka masih memiliki salah satu pemain muda berbakat, Eduardo Camavinga.

AS Monaco

Hanya menempati urutan sembilan musim lalu tentu membuat Monaco malu. Pemilik klub, Dmitry Rybolovlev, pun berjanji memperbaiki tim ini. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengangkat Direktur Olahraga RB Leipzig, Paul Mitchell.

CV Mitchell sebagai direktur olahraga terbilang lengkap. Sebelum bergabung Leipzig, ia lebih dulu bekerja di Tottenham Hotspur dan Southampton. Pada dua tim tersebut, ia jadi sosok utama di balik kedatangan Dele Alli dan Sadio Mane.

Keputusan pertama yang didatangkan duo Rybolovlev dan Mitchell adalah pemecatan pelatih Robert Moreno. Selang beberapa jam, mereka mengumumkan penunjukan eks pelatih Bayern Muenchen, Niko Kovac.

Bukti keseriusan Monaco menatap musim ini dibuktikan dengan pergerakan mereka di bursa transfer. Penyerang Bayer Leverkusen, Kevin Volland, wonderkid Benfica, Florentino, dan target transfer klub besar, Axel Disasi, didatangkan.