Musim Telah Dimulai
Liga-liga top Eropa memang baru mulai akhir pekan nanti. Namun, buat saya, musim baru telah dimulai sejak St. Pauli berlaga lagi. (Mulai) menulis lagi.
Tulisan sepak bola termutakhir saya adalah tulisan perihal laga kandang pamungkas St. Pauli musim lalu. Setelah itu, saya rehat, tak menulis artikel sepak bola lagi, sampai tibalah hari ini.
Musim lalu, buat saya, adalah musim yang tak konsisten—dalam konteks penulisan. Hal itu rasanya juga terjadi pada rekan-rekan saya di The Flanker. Kami belum konsisten, lantas mengambil jeda panjang, dan berharap musim ini bisa mengembalikan konsistensi seperti musim-musim sebelumnya. Untuk saya pribadi, St. Pauli akan jadi pelecutnya—meski saya berjanji pada diri sendiri untuk banyak menulis hal lain juga musim ini.
Dan inilah tulisan perdana saya musim ini.
***
Perbincangan soal sepak bola di internet belakangan masih riuh perihal bursa transfer: Soal masa depan Mbappe, apakah Kane jadi ke Bayern München, siapa gelandang yang pada akhirnya dibeli Liverpool, atau apakah Manchester United masih akan memboyong Sofyan Amrabat usai sukses mendatangkan Rasmus Hojlund. Sebab, musim 2023/24 buat liga-liga top Eropa baru akan dimulai akhir pekan nanti.
Namun, buat saya, musim baru sepak bola telah dimulai ketika St. Pauli menjalani laga kandang pertamanya di 2. Bundesliga, Sabtu (4/8/23) kemarin. Itu artinya, mulai sekarang, tiap dua pekan sekali, saya (mewakili The Flanker) akan duduk di Millerntor untuk meliput pertandingan. Itu artinya, saya akan mulai kembali menulis artikel dua mingguan perihal klub asal Hamburg ini.
Laga pertama yang saya datangi di Millerntor musim ini adalah laga vs Fortuna Düsseldorf. Jujur saja, ini adalah laga yang saya tunggu-tunggu. Bukan saja karena ini laga pembuka musim, tapi laga ini menurut saya bisa jadi acuan untuk melihat seberapa kuat sebenarnya St. Pauli musim ini (dengan skuad yang dimiliki sekarang). Sebab, Fortuna adalah tim tangguh yang selalu jadi momok—dengan bukti hasil imbang 0-0 di laga kedua musim lalu.
***
Hamburg cukup cerah siang itu. Namun, musim panas sudah tidak terasa panas (lagi). Bukan hari yang buruk. Tiket ludes terjual, Millerntor penuh. Di laga perdana akhir pekan sebelumnya, St. Pauli menang di kandang Kaiserslautern. Lantas, laga menghadapi Fortuna jadi laga yang amat dinanti dengan harap. Tim memulai musim dengan bagus, skuad diyakini amat kuat, dan kemenangan akan menyempurnakan semua.
Sepanjang laga, St. Pauli bermain bagus. Fabian Huerzeler menyelesaikan semua pekerjaan rumah dari laga sebelumnya. Ia membuat build-up tim menjadi jauh lebih efektif, pemain belakang berani melakukan switch dan umpan progresif, serangan di depan menjadi lebih dinamis dan cair lewat pemilihan Dapo Afolayan sebagai penyerang tengah.
Namun, hasil akhir tak berjalan lurus dengan performa di atas lapangan. Laga berakhir imbang 0-0. Tak ada gol yang tercipta meski seharusnya Jackson Irvine bisa mencetak satu atau bahkan dua gol. Kapten St. Pauli itu memiliki angka harapan gol dari tembakan tepat sasaran (xGOT) sebesar 1,02. Ia punya peluang satu lawan satu dengan kiper, tetapi gagal.
Usai laga, Irvine bilang bahwa ia bahkan tak ingin menghitung berapa banyak peluang yang ia dapat siang itu karena tak ada satu pun yang berhasil melewati Florian Kastenmeier, kiper Fortuna yang kemudian didapuk sebagai pemain terbaik pertandingan. Memang Kastenmeier menjadi pembeda pertandingan, karena praktis Fortuna tak terlalu berbahaya dalam aspek menyerang (xG mereka di laga itu cuma 0,67).
Satu poin adalah hasil yang tak diharapkan sebagai tuan rumah. Akan tetapi, inilah sepak bola yang selalu berpihak pada siapa pun yang berhasil menyelesaikan peluang sekecil apa pun. Permainan bagus yang menghasilkan banyak peluang belum tentu menghadirkan kemenangan, dan ini yang akan jadi pekerjaan rumah baru Fabian, atau mungkin manajemen St. Pauli dengan membeli penyerang tengah baru di sisa bursa transfer.
Soal striker baru, ini menarik. Sebab, di tengah gemuruh bursa transfer di internet yang kebanyakan berbicara soal uang puluhan atau bahkan ratusan juta, transfer ratusan ribu euro yang akan dihabiskan St. Pauli untuk striker baru justru jadi salah satu yang paling saya tunggu. Bagi banyak sekali suporter atau pecinta sepak bola di luar sana, bursa transfer memang tak melulu soal seberap banyak uang yang bakal klub kalian habiskan (sebab tak semua klub juga punya banyak uang).
Dari apa yang saya lihat di musim dingin lalu dan musim panas ini, tim rekrutmen St. Pauli bisa menjalani tugas cukup baik dengan dana transfer terbatas. Afolayan direkrut dari Bolton dan langsung jadi andalan plus bisa memberi perbedaan. Karol Mets dan Elias Saad pun demikian. Untuk rekrutan baru, Hauke Wahl bisa menjadi pengganti sepadan buat Jakov Medic yang diboyong Ajax. Jadi, saya masih berharap hal yang sama untuk striker.
***
“I only stick with you,” dengung Thom Yorke, “Because there are no others,” tutupnya. Sial buat saya, sepak bola seperti baris dalam lagu All I Need-nya Radiohead itu. Sepak bola selalu membuat saya kembali. Karena itu, semenarik apa pun hal-hal lain yang saya lakukan ketika jeda musim, saya akan kembali menonton (dan menulis) sepak bola ketika musim baru sudah dimulai.
Apakah nanti St. Pauli akan mendapat tiket promosi? Saya belum ingin menaruh harapan besar di situ. Saya ingin menikmati musim bersama mereka dulu. Apakah Liverpool akan membaik dari musim lalu? Saya juga tak menaruh harapan besar melihat situasi musim panas ini. Namun, saya akan tetap menonton setiap pertandingan mereka. Yang pasti, saya akan terus menikmati sepak bola (dan berusaha meulisnya dengan lebih konsisten).