Namanya Nicolas Jover

Twitter: @PaininthArsenal.

Mikel Arteta telah menemukan rekan kerja yang tepat untuk membantunya di Arsenal. Namanya Nicolas Jover.

Gabriel Martinelli berlari ke pinggir lapangan dan memeluk seseorang. Winger Brasil itu baru saja memberi assist untuk gol Thomas Partey saat Arsenal bertemu Leicester City, Minggu (13/3/2022). Pastilah orang tersebut adalah orang spesial.

Orang yang Martinelli peluk itu adalah staf Arsenal. Ia adalah salah seorang pelatih, namanya Nicolas Jover. Oleh Mikel Arteta, ia ditugasi untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan eksekusi bola mati The Gunners. Bukan kali itu saja Jover mendapatkan apresiasi dan pelukan hangat dari pemain Arsenal, menunjukkan bahwa kinerjanya di balik layar memang bagus.

Calum Chambers juga pernah mengapresiasi dan memeluk sosok kelahiran Berlin tetapi berpaspor Prancis itu usai membuat gol. Itu semua terjadi saat Arsenal bersua Leeds United di ajang Carabao Cup, 27 Oktober 2021. Beberapa detik sebelum sepak pojok, Chambers masuk menggantikan Ben White.

Sebelum masuk ke lapangan, Jover punya keyakinan penuh Chambers akan membuat gol dari skema sepak pojok. "Jover berkata saya akan membuat gol pada sentuhan pertama setelah masuk lapangan. Apa yang ia ucapkan benar, itulah mengapa saya langsung berlari dan memeluknya," ucap Chambers.

***

Jover tak langsung memulai kariernya sebagai pelatih atau analis bola-bola mati untuk sebuah tim. Pria kelahiran 28 Oktober 1981 itu memulai kariernya sebagai Direktur Teknik di Dynamik Sherbrooke, Kanada. Namun, kariernya di sana tak panjang, hanya dari Januari 2007 hingga Oktober 2008.

Setelahnya, Jover menjajaki karier di beragam klub Eropa. Berbekal lisensi UEFA A dari federasi sepak bola Prancis, Jover mendapatkan pekerjaan di Montpellier. Lisensi itu sendiri memang diperuntukkan bagi kalangan profesional dan bukan sebagai pelatih kepala.

Jover bertugas di Montpellier sebagai Head Performance Analysis. Ia bekerja sama dengan Manajer Montpellier saat itu, Rene Girard. Yang membuat nama Jover ranum adalah kemampuannya menganalisis performa dan permainan lewat video. Bagi Montpellier, terlebih pada awal 2010-an, penggunaan analisis menggunakan video adalah sesuatu yang mutakhir.

Secara tidak langsung, Jover ikut merevolusi cara pandang klub. Pasalnya, semenjak kedatangannya, Montpellier membuka ruang bagi mereka, para video analis, yang ingin bekerja dalam koridor serupa dengan Jover.

Bersama klub Ligue 1 itu jugalah karier Jover melesat. Jover sukses membantu Montpellier menembus final Coupe de la Ligue pada tahun 2011 dan, yang mengejutkan, ikut mendorong La Paillade menjadi juara Ligue 1 di musim 2011/12. Buat Montpellier, itu merupakan gelar pertama (dan satu-satunya sejauh ini) sepanjang sejarah klub. 

Sukses di Prancis, Jover kemudian hijrah ke Timnas Kroasia sebagai Performance Analyst pada tahun 2014. Namun, seiring perkembangan taktik dan zaman, banyak aspek-aspek lain dari permainan yang juga mendapatkan perhatian. Salah satunya adalah eksekusi bola mati. Jover, yang dari sananya peka akan detail, akhirnya mulai belajar soal taktik dan eksekusi bola mati.

Hasil pembelajarannya dalam bidang set-piece ia terapkan bersama Brentford pada tahun 2016. Bersama The Bees, Jover beralih profesi dari Head of Performance Analyst menjadi set piece coach.


Struktur dan gaya bermain dibangun oleh staf kepelatihan Brentford dengan Jover berada di dalamnya. Brentford pelan-pelan tampil mengesankan dan menjadi tim yang diperhitungkan di divisi Championship.

Bersama Jover, eksekusi bola mati Brentford jadi tak bisa ditebak. Ada beberapa hal yang ia tekankan: posisi, runs atau pergerakan tanpa bola, dan deception (tipuan)Semuanya ia olah dengan berbagai macam variasi.

Saking suksesnya metode eksekusi bola mati Jover di Brentford, Timnas Inggris pun sampai kepincut. Staf pelatih The Three Lions, termasuk sang asisten pelatih, Steve Holland, mendatangi kamp Brentford untuk mempelajari dan mendapatkan beberapa tips.

Karier hebat Jover membuat Pep Guardiola tertarik dengannya. Pada tahun 2019, Guardiola "membajak" Jover ke Manchester City. Di sana, Jover bertemu dengan Mikel Arteta.

***

Arsenal menjadi salah satu tim yang royal dalam bursa transfer musim panas 2021. Aaron Ramsdale, Ben White, Takehiro Tomiyasu, hingga mempermanenkan Martin Odegaard menjadi aktivitas The Gunners pada awal musim ini. Akan tetapi, tak cuma pemain saja yang menjadi perhatian Arteta. Manajer asal Spanyol itu juga mendatangkan Jover sebagai asistennya.

Jover datang menggantikan Andreas Georgsen yang memutuskan untuk menjadi Direktur Olahraga di Malmoe. Kinerja Georgsen sebenarnya juga cemerlang. Oleh karena itu, Jover punya beban ekspektasi untuk memperlihatkan kinerja serupa (kalau tidak lebih baik lagi).

Musim lalu, Arsenal cuma kemasukan lima kali dari situasi bola mati. Catatan itu merupakan yang tersedikit di antara tim-tim Premier League. Akan tetapi, Georgsen hanya menolong dari segi defensif saja. Sebab, di sisi ofensif, Arsenal juga cuma memasukkan enam gol dari situasi set piece.

Di bawah Jover, 'Meriam London' lebih kuat lagi dari sisi bola mati. Sejauh ini, sudah ada 11 gol yang Arsenal buat dari sepak pojok atau tendangan bebas.

Catatan tersebut merupakan nomor tiga terbanyak di bawah Liverpool dan Manchester City. Dari sepak pojok yang Arsenal dapatkan, 46% di antaranya bisa berbuah gol. Berbeda dengan musim lalu yang cuma 11% bisa dikonversikan menjadi gol.

Yang menarik, Jover tidak hanya beraksi di balik layar (baca: Di sesi latihan Arsenal saja). Lihat aksinya saat Arsenal bertemu Aston Villa, 19 Maret 2022. Villa mendapatkan tendangan bebas sedikit di luar kotak penalti Arsenal. Ketika itu, laga juga sudah menyentuh injury time dan Arsenal tengah memimpin.

Selain Bernd Leno yang mengatur pagar betis, Jover, yang berada di pinggir lapangan, juga berteriak mengurusi posisi para penggawa Arsenal. Tugas Jover berhasil, Leno bisa menepis sepakan bebas tersebut dan Arsenal meraup poin penuh.

Jover sebenarnya punya pakem saat Arsenal menghadapi situasi sepak pojok atau tendangan bebas. Saat sepak pojok, Alexandre Lacazette akan berdiri di tiang dekat dan diikuti oleh Ben White. Fungsinya, Lacazette mencegah bola yang datang dan White bisa mengawasi pergerakan pemain yang muncul ke tiang dekat. Jover juga menggabungkan pendekatan zonal marking dan man-to-man marking.

Penyerang dan para bek tengah akan berdiri di depan gawang dan sejajar. Sementara, pemain lainnya akan mengawal pergerakan lawan di kotak penalti. Tidak lupa, pemain-pemain cepat seperti Bukayo Saka dan Martin Odegaard akan berdiri di area paling luar. Mereka ditugaskan untuk mengalirkan serangan balik.

Pendekatan Jover di situasi sepak pojok sangat berhasil. Dari 133 sepak pojok yang Arsenal hadapi, tak ada gol yang bersarang ke gawang mereka.