Paket Komplet

Foto: LFC.

Dari pemain biasa yang kebetulan dikelilingi bintang, Fabinho berubah jadi bintang itu sendiri--seiring dengan keabsahannya sebagai gelandang bertahan yang komplet.

Takdir selalu menuntun Fabinho Tavares untuk dikelilingi para bintang.

Klub Eropa pertamanya memang cuma Rio Ave. Namun, ketika Fabinho tiba dari Fluminense ke klub asal Portugal itu, ia berada di tim yang berisikan Jan Oblak, Ederson Moraes, sampai Bebe (ya, Bebe-nya Manchester United itu). Pelatihnya? Nuno Espirito Santo.

Belum sempat mencicipi laga kompetitif bersama Rio Ave, Fabinho sudah dipinjam Real Madrid Castilla. Di sana, ia kembali satu tim dengan pemain-pemain ternama. Ada Alvaro Morata, Casemiro, Lucas Vazquez, Nacho, sampai Diego Llorente di Castilla kala itu.

Pada musim 2012/13 itu, selain bermain bersama Castilla, Fabinho juga acap diajak untuk berlatih bersama tim utama Madrid. Ia bahkan berhasil mencicipi debut di LaLiga. Kala itu menghadapi Malaga, di mana ia tampil selama 14 menit dan menyumbangkan satu assist buat gol Angel Di Maria.

Madrid yang dibela Fabinho kala itu masih dilatih oleh Jose Mourinho. Di dalamnya, selain ada Di Maria, penuh pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo, Iker Casillas, Kaka, Mesut Oezil, Karim Benzema, Marcelo, Sergio Ramos, Xabi Alonso, Luka Modric, sampai Gonzalo Higuain.

Ketika kemudian angkat kaki dari Madrid dan Castilla, Fabinho kembali dipinjamkan Rio Ave. Kali ini ia tiba di AS Monaco yang berisikan Ricardo Carvalho, Dimitar Berbatov, James Rodriguez, hingga Eric Abidal. Pelatihnya juga tak kalah top, Claudio Ranieri.

Fabinho kemudian bertahan lama di Monaco. Dari berstatus pemain pinjaman di 2013 menjadi permanen di 2015. Di sana pula posisinya berubah. Sejak di Fluminense, Castilla, Madrid, sampai di tiga tahun awal berseragam Monaco, Fabinho merupakan seorang full-back kanan.

Namun, pandangan Leonardo Jardim, pelatih Monaco kala itu, berubah. Ia melihat Fabinho tak punya masa depan di pos full-back kanan. Justru Jardim menilai pemain berkepala plontos ini akan punya masa depan cerah jika dipindahtugaskan jadi pemain tengah.

"Fabinho akan jadi gelandang terbaik yang akan kita lihat di Eropa," begitu kata Jardim saat ia dan orang-orang di AS Monaco sepakat untuk memperpanjang kontrak sang pemain pada 2016. Dan setelahnya, penglihatan Jardim tepat.

Fabinho memang bagus sebagai full-back. Ia kuat dan punya stamina bagus untuk naik-turun sepanjang pertandingan. Beberapa orang bahkan menjulukinya 'New Maicon'--merujuk ke full-back kanan legendaris Inter asal Brasil, Maicon.

Namun, ketika bermain sebagai gelandang bertahan, Fabinho justru tambah luar biasa. Pada musim 2016/17, musim pertama ia secara permanen bermain sebagai gelandang bertahan, Fabinho melejit. Ia jadi salah satu pilar penting dalam keberhasilan Monaco merengkuh gelar Ligue 1 dan menembus semifinal Liga Champions.

Ia juga mencetak sembilan gol, mencatatkan rerata 3,1 tekel dan 1,4 tekel per pertandingan di liga. Situs WhoScored bahkan memberikan ponten 7,51 untuk penampilannya sepanjang musim itu. Fabinho kemudian dikenal sebagai salah satu gelandang bertahan paling menjanjikan di Eropa.

Semua makin terbukti saat diboyong Liverpool pada 2018. Kehadirannya di lini tengah makin menyempurnakan lini tengah tim asuhan Juergen Klopp itu. Kesempurnaan yang pada akhirnya membawa Liverpool meraih trofi Liga Champions di musim pertama Fabinho dan trofi Premier League satu musim setelahnya.

***

Fabinho bukanlah gelandang bertahan yang akan berlari mengejar ke mana pun bola pergi. Kelebihannya tak terletak pada daya jelajah. Ia juga bukan tipikal gelandang bertahan yang gemar menekan dan berduel dengan pemain lawan yang tengah memegang bola. Catatan 1,3 tekel sukses per 90 menit dan catatan pressing suksesnya yang hanya 5,03 per 90 menit menunjukkan hal itu.

Kelebihan Fabinho sebagai gelandang bertahan ada pada kemampuan membaca permainan. Ia sangat pandai melakukan "screening". Ini yang membuat angka intersep Fabinho tinggi. Per 90 menit, Fabinho mencatatkan 2,49 intersep musim ini.

Selain itu, Fabinho juga punya catatan 12,9 recoveries per 90 menit. Membuktikan bahwa ia pintar merebut kembali bola yang lepas dari penguasaan rekan-rekannya, untuk kemudian dikuasai Liverpool kembali. Smarterscout, situs yang memberikan ponten 1-99 buat atribut seorang pemain, sampai memberi ponten 96 buat Fabinho dalam hal recoveries ini.

Bahkan tak cuma recoveries di darat saja, Fabinho juga bisa memenangi bola buat Liverpool via jalur udara. Ketika The Reds melancarkan pressing untuk membuat lawannya segera melepaskan umpan panjang ke depan, Fabinho siaga untuk mengambil bola itu via kepalanya. Tak heran bila persentase duel udara suksesnya menyentuh angka 62% musim ini.

Catatan-catatan di atas kemudian membuatnya jadi salah satu gelandang bertahan elite Premier League. Ia bercokol di papan atas dalam daftar gelandang dengan intersep terbanyak bersama nama-nama seperti Declan Rice, Wilfred Ndidi, dan Pierre Hojbjerg. Pun begitu dalam daftar recoveries, Fabinho ada di papan atas.

Kepiawaian Fabinho membaca permainan inilah yang bikin ia klop di sistemnya Klopp. Sebab, dalam sistemnya, Klopp menuntut gelandangnya untuk disiplin dalam posisi. Terlebih buat gelandang bertahan seperti Fabinho yang tugas utamanya adalah melindungi dua bek tengah.

Jadi, Fabinho memang tak dibiarkan bergerak semena-mena. Jika harus bergerak ke sebuah sisi (terutama ke sisi yang ditinggal full-back naik ke depan), Fabinho kudu memastikan bahwa ia mampu merebut bola atau menghentikan serangan lawan. Karena bila gagal, ia akan membuat dua bek tengah yang ada di belakangnya terekspos.

Klopp dan Liverpool beruntung karena Fabinho lebih sering melakukan tugasnya dengan baik. Bahkan beberapa kali Liverpool mampu melancarkan serangan balik setelah Fabinho memenangkan kembali penguasaan bola di lini tengah maupun di area pertahanan sendiri.

Selain piawai dalam urusan bertahan, Fabinho juga bisa diandalkan soal distribusi. Ini yang membuatnya mampu mengemban peran sebagai holding midfielder. Tengok saja angka persentase umpan suksesnya di Premier League musim ini yang mencapai angka 88,2%.

Bahkan, bila mau dibedah lagi, persentase umpan pendek (4-13 meter) dan umpan menengah (14-27 meter) sukses Fabinho melebihi angka 90%. Ini yang membuatnya juga punya peran penting dalam build-up Liverpool, di mana ia acap jadi jembatan antara lini belakang dan lini depan/tengah. Ia bisa mengarahkan arah build-up ke kanan, kiri, atau by-pass langsung ke depan.

Belakangan, aspek positif dari Fabinho juga bertambah. Ia jadi rajin mencetak gol. Total ada enam gol yang sudah ia cetak di seluruh kompetisi buat Liverpool, dengan lima di antaranya tercipta pada tahun 2022 ini. Sesuatu yang mungkin jadi harapan Fabinho sepanjang musim lalu.

Dengan kemampuan mencetak gol itu, semakin kompletlah seorang Fabinho sebagai gelandang bertahan. Sebab kini ia tak cuma bisa diandalkan Klopp untuk mengawal pertahanan atau menggalang serangan saja, tapi juga (sesekali) bisa jadi pemecah kebuntuan.

***

Beberapa tahun silam, Fabinho mungkin hanya pemain biasa yang kebetulan dikelilingi banyak bintang dan diageni oleh agen super (FYI, agennya Fabinho itu Jorge Mendes). Namun, beberapa tahun ke belakang justru dunia tahu bahwa Fabinho sendiri juga merupakan seorang bintang.

Ia salah satu gelandang bertahan paling komplet di Premier League--bahkan dunia saat ini. Setidaknya buat Liverpool dan Klopp, jika ada yang meragukan argumen di atas. Sebab, kehadirannya memang mampu menyempurnakan Liverpool, baik dalam aspek defensif maupun ofensif.