Panduan Grup G & H Piala Dunia 2022: Bisa Banyak Kejutan

Foto: @Uruguay

Dua grup ini bukan hanya tentang Brasil dan Portugal saja. Tim-tim seperti Serbia, Swiss, Uruguay, atau bahkan Ghana juga punya peluang untuk membuat gebrakan besar di turnamen.

Di atas kertas, Brasil dan Portugal jelas akan jadi sorotan jika berbicara soal Grup G dan Grup H Piala Dunia 2022. Dua tim tersebut, dengan skuad mentereng dan pengalamannya, bisa dibilang sebagai calon juara. Namun, jika melihatnya dengan lebih luas, dua grup ini punya potensi menjadi grup yang alot dan penuh kejutan.

Di Grup G, Brasil memang diunggulkan. Namun, jangan lupa bahwa grup ini juga memiliki Swiss dan Serbia yang punya potensi untuk menjadi kuda hitam. Skuad dua tim itu cukup mumpuni untuk bikin ledakan-ledakan berbahaya. Serbia memang kurang dalam di belakang, tapi tengah ke depan amat berbahaya. Sementara Swiss praktis merata di seluruh lini. Kamerun juga tak bisa dipandang sebelah mata.

Di Grup H, Portugal mungkin akan mengambil lampu sorot. Mereka punya segala hal untuk mendapatkannya, mulai dari kontroversi Cristiano Ronaldo sebelum turnamen sampai bintang-bintang lain yang siap menunjukkan kecemerlangan. Akan tetapi, di grup ini juga terdapat Ghana, Korea Selatan, dan Uruguay yang sama-sama berbahaya jika melihat skuadnya.

Ghana makin tak bisa dikesampingkan setelah “mendatangkan” nama-nama seperti Tariq Lamptey sampai Inaki Williams. Skuad mereka makin komplet. Son Heung-min siap membawa Korea Selatan lebih mengejutkan dari Piala Dunia 2018 lalu. Sementara Uruguay adalah kuda hitam sejati, dengan skuad perpaduan muda-senior yang sangat lengkap dan bisa saling mengisi.

Grup G

Brasil

Brasil datang ke Qatar dengan skuad penuh bintang. Seluruh lini dipenuhi pemain-pemain kelas satu. Tak cuma kelas satu saja, mereka juga tengah berada dalam performa terbaik bersama klubnya masing-masing. Jika ada kekurangan, mungkin itu hanyalah sektor full-back. Memang masih ada nama sepert Dani Alves atau Alex Sandro. Namun, keduanya jelas sudah melewati masa emas.

Di lini belakang, Tite memiliki Thiago Silva sampai Marquinhos yang terbukti tangguh di klub masing-masing. Sektor penjaga gawang masih dihuni Ederson atau Alisson Becker yang bisa dibilang merupakan dua kiper paling lengkap saat ini. Tite bisa berharap bahwa Brasil akan sulit ditembus lawan karena biasanya ini yang jadi satu kelemahan Brasil.

Di tengah, Fabinho, Casemiro, Bruno Guimaraes, sampai Lucas Paqueta jelas merupakan sosok-sosok yang bisa diandalkan dalam berbagai hal: distribusi, memutus serangan lawan, sampai menjadi jembatan antarlini. Di sayap, Brasil dipenuhi pemain-pemain bertalenta. Kebanyakan dari mereka memang tipe sayap modern yang siap melakukan cut-inside dan melepaskan tembakan. Namun, menciptakan peluang dari umpan silang juga bukan hal sulit.

Di depan, Richarlison atau Gabriel Jesus jelas akan jadi ujung tombak. Keduanya bisa diandalkan sebagai penyelesai atau pembuka ruang. Dan sosok Neymar jelas masih akan jadi pembeda. Ia kebetulan makin komplet musim ini dan bisa melakukan apa saja sebagai pemain depan. Lantas, jika ada masalah yang mungkin bisa menahan laju Brasil—dengan skuad megah ini—untuk jadi juara, itu hanyalah ketidakmampuan Tite menemukan solusi di tengah pertandingan.

Swiss

Swiss bukan lagi hanya tentang Xherdan Shaqiri, Granit Xhaka, atau Yann Sommer. Tim ini sudah berubah menjadi tim yang kolektif. Di lini belakang Manuel Akanji, Fabian Schar, sampai Nico Elvedi adalah andalan di klub masing-masing. Di tengah, Remo Freuler dan Denis Zakaria bisa menjadi dinamo tim. Jangan lupakan juga pemain muda bernama Fabian Rieder.

Di depan, Haris Seferovic mungkin masih akan jadi andalan. Namun, ada Breel Embolo dan juga pemuda bernama Noah Okafor yang siap memberikan warna berbeda. Keduanya bisa bermanfaat bagi Swiss yang acap bermain sebagai tim yang reaktif: Menunggu, lalu melancarkan serangan balik dengan cepat.

Sekarang tinggal bagaimana Murak Yakin mampu meracik skema terbaik untuk memanfaatkan skuad yang ia miliki. Di atas kertas, ia akan membuat Swiss menjadi tim yang lebih fokus pada pertahanan. Namun, di babak fase grup, hal itu tentu tak cukup. Ia juga harus menemukan solusi untuk lini depan saat opsi serangan via sayap, yang menjadi favoritnya, buntu.

Memang di bawah asuhan Yakin, Swiss belum jadi sebaik saat dipegang Vladimir Petkovic yang berhasil membawa negara ini ke perempat final Piala Eropa 2020. Namun, ada asa buat Yakin untuk membuat kejutan yang sama. Toh, di babak penyisihan saja mereka mampu menyingkirkan Italia.

Serbia

Serbia datang ke Qatar dengan skuad yang bisa dikatakan mewah. Memang tak semua lini punya bintang, tapi jelas tim ini punya potensi untuk melaju kencang. Di belakang, Nikola Milenkovic dan Strahinja Pavlovic akan jadi tulang punggung. Di tengah, pesulap bernama Sergej Milinkovic-Savic akan menjadi jenderal. Ia bisa ditemani gelandang galak macam Nemanja Gudelj atau Marko Grujic.

Dan di depan, Serbia punya banyak sekali bintang. Dusan Tadic, Dusan Vlahovic, Aleksandar Mitrovic, Filip Kostic, sampai Luka Jovic jelas kumpulan pemain yang bisa menghadirkan petaka buat pertahanan lawan. Terlebih jika dikelola dengan benar. Nama-nama itu juga bisa memberikan banyak opsi buat lini depan. Serbia bisa bermain direct, bisa juga bermain lebih fluid.

Dragan Stojković selaku pelatih kebetulan memang suka menerapkan permainan menyerang. Serbia dibuatnya jadi bertenaga dan dominan. Tim ini gila akan penguasaan bola, tapi dalam konteks yang efektif. Tujuannya adalah untuk menciptakan peluang sebanyak mungkin. Itu lantas menjadi kunci mengapa mereka bisa lolos ke Piala Dunia 2022 dengan memantati Portugal di babak kualifikasi.

Kamerun

Tim ini memang tak banyak dihuni bintang. Namun, bukan berarti Kamerun layak dipandang sebelah mata. Andre Onana di pos penjaga gawang, Andre-Frank Zambo Anguissa di tengah, dan Erik Choupo-Moting di depan akan memimpin kawan-kawannya di Qatar. Mereka akan jadi tulang punggung tim untuk bisa bikin kejutan atau, setidaknya, tak jadi bulan-bulanan.

Memang secara tim Kamerun punya beberapa kelemahan. Mereka acap kesulitan dalam hal mencetak gol karena minimnya pemain kreatif. Selain itu, tim ini baru bersama-sama selama delapan bulan saja. Sebab, pelatih Rigobert Song baru menjabat sejak Februari tahun ini. Mereka masih belum berada di tahap yang matang jika dibanding tim-tim lain.

Namun, mereka juga punya kelebihan dalam hal daya juang, terutama di tengah. Pemain-pemain Kamerun siap berduel dengan siapa pun untuk bisa mendapatkan bola. Kengototan ini bisa menjadi nilai plus karena di atas kertas mereka akan selalu jadi tim yang lebih inferior perihal penguasaan bola, terutama ketika menghadapi tim seperti Serbia dan Brasil.

Grup H

Portugal

Sangat disayangkan bahwa lampu sorot Portugal ketika tiba di Qatar sebagian besar hanyalah tentang Cristiano Ronaldo. Padahal, tim ini bisa dikatakan sebagai salah satu tim dengan skuad terbaik. Mereka punya pemain di seluruh lini yang tak cuma bagus, tapi juga berpengalaman serta sedang berada dalam periode emas bersama klub.

Fernando Santos bisa memilih siapa pun untuk menjadi kiper utama dan tak akan ada perubahan signifikan untuk itu. Semua punya kualitas. Di pos bek tengah, Ruben Dias dan Pepe mungkin masih akan jadi pilihan. Di sektor full-back, Diogo Dalot, Joao Cancelo, Raphael Guerreiro, sampai Nuno Mendes akan memberikan kedalaman yang penting sepanjang turnamen.

Di tengah, semua pemain bisa dipilih berdasarkan kebutuhan. Bruno Fernandes, Ruben Neves, Bernardo Silva, atau Joao Mario memang lebih berpengalaman, tapi pemain macam Vitinha atau Joao Palhinha juga sedang berada pada performa terbaik. Dan di depan, Ronaldo (yang sepertinya sudah pasti jadi pilihan utama) bisa ditemani oleh Joao Felix atau Rafael Leao.

Dengan skuad yang sedemikian dalam ini, Santos punya peluang membawa Portugal terbang tinggi. Namun, dengan satu syarat: Mereka harus punya solusi dan lebih klinis ketika menjadi tim yang amat superior dalam hal penguasaan bola. Sebab, kecenderungan lebih bagus ketika jadi tim yang bermain reaktif inilah yang acap menjadi bumerang buat Portugal.

Ghana

Sebelum turnamen mulai, Ghana dengan sigap memanggil pemain-pemain seperti Tariq Lamptey dan Inaki Williams untuk menjadi bagian tim. Langkah ini terbilang jitu, sebab skuad Ghana yang kemudian terbang ke Qatar menjadi lebih baik. Mungkin belum bisa dikatakan lengkap, tapi tim ini punya skuad yang siap membawa mereka menjadi tim kejutan.

Di luar dua nama tadi, Ghana juga memiliki Mohammed Salisu, Daniel Amartey, Thomas Partey, Mohammed Kudus, dan Ayew bersaudara yang memang sudah jadi tulang punggung tim. Di Qatar, Ghana siap tampil dengan pola 4-4-2 atau 4-3-3. Ide dari pelatih Otto Addo sendiri cukup jelas, yakni untuk tampil agresif dan menyerang cepat via kedua sisi. Pertahanan juga terlihat bakal jadi kunci.

Hanya saja, Ghana acap kesulitan jika pemain-pemain utamanya buntu. Terutama dalam urusan menciptakan peluang dan, lebih jauh lagi, mencetak gol. Itulah yang harus bisa diperbaiki Addo yang, sebenarnya, juga baru ditunjuk jadi pelatih utama di awal tahun ini. Jika urusan kebuntuan tadi sudah terpecahkan, Ghana punya harapan melewati lawan-lawannya di fase grup.

Korea Selatan

Berbicara soal skuad, Korea Selatan memang tak dipenuhi pemain-pemain yang berlaga di Eropa seperti Jepang. Banyak orang mungkin hanya mengenal nama-nama seperti Son Heung-min, Hwang Hee-chan, dan Kim Min-jae di skuad yang sekarang. Namun, bukan berarti tim ini pantas dipandang sebelah mata. Korea Selatan adalah tim yang solid, baik dalam bertahan maupun menyerang.

Pelatih Paulo Bento bisa membuat Korea Selatan bermain dengan pola 4-1-4-1, 4-4-2, atau 4-1-3-2 sesuai dengan kebutuhan dan lawan yang dihadapi. Namun, formasi apa pun yang dipakai, Bento akan memastikan Korea Selatan sulit ditembus lawan. Tiga gol dalam 10 laga yang masuk ke gawang mereka sepanjang babak kualifikasi cukup untuk menunjukkan betapa solidnya pertahanan Korea Selatan.

Soal urusan menyerang, Son memang masih jadi tumpuan. Namun, pemain-pemain lain seperti Hwang, Cho Gue-sung, Jeong Woo-yeong, sampai Lee Kang-in juga diharapkan bisa memberikan perubahan dan menjadi alternatif. Sebab, di atas kertas Korea Selatan akan menjadi tim yang lebih inferior dan itu berarti mereka membutuhkan setiap pemainnya untuk tampil seklinis mungkin.

Uruguay

Jika berbicara soal kuda hitam, underdog, atau tim kejutan, Uruguay akan dikedepankan banyak orang. Bukan tanpa alasan, tim ini memang punya sejarah yang baik di Piala Dunia. Pada edisi 2010, Uruguay berhasil menembus semifinal dan pada edisi 2018 lalu bisa menjejak perempat final. Di edisi 2022 ini, pencapaian-pencapaian itu sangat bisa terulang kembali.

Memang sudah tak ada lagi pelatih legenda, Oscar Tabarez, di bangku cadangan. Namun, sang pengganti Diego Alonso juga menunjukkan bahwa ia bisa meneruskan estafet dengan baik. Uruguay masih dibawa menjadi tim yang ganas. Buktinya, dari sembilan laga yang sudah dilalui bersama Alonso, La Celeste baru satu kali kalah. Tren positif ini yang bakal diteruskan di Qatar dengan skuad bagus, perpaduan pemain veteran dan muda.

Di skuad masih ada nama-nama berpengalaman seperti Fernando Muslera, Diego Godin, Sebastian Coates, Martin Caceres, Matias Vecino, Luis Suarez, sampai Edinson Cavani. Mereka akan berpadu dengan nama-nama segar seperti Federico Valverde, Darwin Nunez, Facundo Pellistri, sampai Ronald Araujo. Uruguay tak kehabisan talenta.

Kelebihan tim ini memang masih ada di lini depan, tapi lini tengah yang berisikan Vecino, Valverde, Lucas Torreira, sampai Rodrigo Bentancur juga merupakan salah satu lini tengah paling menjanjikan di turnamen. Lini belakang pun masih sangat bisa diandalkan ketika menghadapi serangan cepat dari Ghana, Portugal, atau Korea Selatan. Tinggal bagaimana tim ini bisa menjaga dari kesalahan-kesalahan tak perlu seperti penalti atau kartu merah.