Real Madrid vs Liverpool: Duel Pembuktian, Bukan Balas Dendam

Foto: Shutterstock.

Siapa pun yang menang dan lolos ke semifinal akan bisa membuktikan bahwa masih ada yang bisa diselamatkan dari musim mereka yang buruk.

Dalam konferensi pers jelang laga leg pertama perempat final Liga Champions, Juergen Klopp berkata bahwa Liverpool datang ke Madrid tidak dengan misi balas dendam.

Klopp, tentu saja, ingin membawa Liverpool meraih kemenangan atas Real Madrid. Namun, kemenangan itu tak akan ada sangkut pautnya dengan final Liga Champions 2018 lalu. Kita tahu kala itu Liverpool-nya Klopp takluk 1-3 dari Madrid-nya Zinedine Zidane. Bagi Klopp, kekalahan itu hanyalah masa lalu. Dia sudah menutup buku.

Zidane pun setali tiga uang. Dalam konferensi persnya, dia berkata bahwa Madrid sama sekali tak memikirkan masa lalu. Baginya ini pertandingan yang sangat berbeda dengan tiga tahun lalu. Pun Zidane juga ogah berbicara soal Mohamed Salah, yang pada final di Kiev 2018 itu mengalami cedera di babak pertama usai dilanggar oleh Sergio Ramos.

Zidane fokus dengan kondisi tim dan pertandingan nanti. Begitu pula dengan Klopp.

***

Kondisi Liverpool dan Real Madrid sudah jauh berbeda sejak 2018. Setelah kekalahan di final itu, Liverpool kemudian jadi kampiun Liga Champions dan Premier League. Skuad mereka makin matang. Sayangnya, musim ini, badai cedera dan sederet masalah membuat langkah mereka terseok-seok, terutama di Premier League.

Sementara Madrid, sejak final yang berakhir 3-1 untuk kemenangan mereka itu, sudah ditinggal Cristiano Ronaldo. Madrid kemudian juga kepayahan di Liga Champions dan musim ini adalah musim pertama mereka menembus babak delapan besar sejak kemenangan di tahun 2018 itu. Di La Liga musim ini pun kondisi mereka tak bisa dibilang baik.

Laga perempat final ini kemudian sama-sama jadi laga pembuktian Liverpool dan Madrid. Liverpool bersama Klopp ingin membuktikan bahwa musim ini masih bisa terselamatkan dengan melaju jauh di Liga Champions. Sementara bagi Madrid dan Zidane, kemenangan akan jadi pembuktian bahwa mereka masih punya kapabilitas untuk berbicara banyak di Eropa.

Namun, untuk melaju dari perempat final ini, kedua tim sedang memiliki keterbatasan. Terutama soal cedera. Liverpool sudah pasti akan tanpa Virgil van Dijk, Joe Gomez, dan Joel Matip. Selain itu, Jordan Henderson juga absen. Di kubu Madrid, Eden Hazard dan Sergio Ramos juga belum bisa bermain.

Grafis: WhoScored

Memang, jika menengok performa dalam beberapa laga terakhir, kedua tim sedang baik-baik saja. Liverpool menang dalam tiga laga terakhir di seluru kompetisi, sedangkan Madrid menang empat laga beruntun. Dalam rentang itu, keduanya juga cukup produktif. Liverpool mencetak enam gol dan Madrid 10 gol.

Kehadiran Jota Membuat Liverpool Punya Alternatif

Untuk Liverpool, pulihnya Diogo Jota dari cedera memang jadi nilai plus tersendiri. Buktinya, dalam tiga laga terakhir, Jota mampu mencetak tiga gol. Kehadirannya menjadi obat buat lini depan Liverpool yang acap mandek, terutama ketika mendapat lawan yang bermain dengan low-block.

Kehadiran Jota juga memberikan opsi buat Klopp untuk bermain dengan pola 4-2-3-1. Pada laga terakhir melawan Arsenal, Klopp sempat menggunakan pola itu di babak kedua ketika Jota masuk pada menit 61. Hasilnya, lini depan Liverpool lebih cair.

Bahkan dua dari tiga gol Liverpool di laga vs Arsenal itu tercipta saat empat pemain depan mereka berada di lapangan. Fluiditas yang dihadirkan keempatnya membuat lini belakang lawan kocar-kacir. Firmino, Jota, Mane, dan Salah bisa saling mengisi.

Ketika keempatnya main bersama, Liverpool bisa memiliki enam pemain di sepertiga akhir pertahanan lawan. Dalam kondisi tersebut, menghadapi lawan yang bertahan dengan cukup rapat pun tak terlalu masalah. Laga vs Arsenal bisa dijadikan contoh sahihnya.

Selain itu, pola 4-2-3-1 juga mampu membuat Liverpool lebih aman ketika menghadapi serangan balik. Sebab dua gelandang tengah mereka, yang dalam laga vs Arsenal diisi Fabinho dan Thiago, tak akan bergerak ke depan terlalu jauh. Mereka akan berusaha jadi perisai buat duel Nathaniel Phillips dan Ozan Kabak.

Situasi tersebut akan membuat dua full-back Liverpool, Andrew Robertson dan Trent Alexander-Arnold, lebih nyaman untuk membantu serangan. Buktinya di laga vs Arsenal, Alexander-Arnold jadi lebih bebas bergerak ke depan dan berhasil mencatatkan satu assist. Terlebih dirinya juga sedang berapi-api usai tak dipanggil Gareth Southgate ke Timnas Inggris pada jeda internasional terakhir.

Saat melawan Madrid, Liverpool memang membutuhkan bantuan dua full-back-nya dalam situasi menyerang. Ini dikarenakan Madrid bertahan dengan garis pertahanan yang tak terlalu tinggi, bahkan cenderung dalam. Biasanya, dari tiga bek yang dipasang, akan ada dua yang menunggu di belakang untuk mengantisipasi serangan yang datang tiba-tiba.

Tengok saja average position mereka dalam tiga laga terakhir (vs Atalanta, vs Celta Vigo, vs Eibar) di mana ada bek tengah yang diplot untuk menunggu, sedangkan para pemain tengah akan rapat untuk menutup seluruh lini lapangan.

Average position Madrid dalam 3 laga terakhir. Grafis: WhoScored

Selain itu, Madrid juga lebih rentan diserang dari sisi tepi oleh lawan-lawannya. Ini terbukti dalam tiga pertandingan terakhir, serangan dari sayap jadi yang paling banyak dilakukan lawan-lawan mereka. Liverpool bisa memanfaatkan ini lewat kombinasi full-back dan penyerang sayap mereka. Apalagi Mohamed Salah dan Sadio Mane juga sedang menanjak performanya.

The Reds juga bisa memanfaatkan situasi bola mati kala menghadapi Madrid. Karena kebetulan, Los Blancos sudah kebobolan lima gol lewat situasi tersebut di La Liga. Bahkan gol terakhir yang masuk ke gawang Thibaut Courtois di ajang Liga Champions juga tercipta dari situasi set-piece.

Real Madrid Harus Fokus Pada Pertahanan

Saat artikel ini sedang ditulis, muncul kabar bahwa Raphael Varane positif COVID-19 dan dipastikan absen pada laga leg pertama melawan Liverpool (ada kemungkinan juga absen di leg kedua). Kabar ini jelas harus membuat Madrid waswas. Sebab, absennya Sergio Ramos saja sudah bikin pusing, apalagi tambah Varane?

Jika Zidane tetap menggunakan pola 3-5-2 seperti laga-laga sebelumnya. Kemungkinan besar pos tiga bek tengah akan diisi Eder Militao, Nacho, dan Ferland Mendy. Namun, dari tiga nama itu, hanya Mendy yang merupakan penggawa inti dan bermain secara reguler.

Nacho, musim ini, memang cukup mendapat menit bermain ketika Ramos cedera. Secara total dia bermain di 20 laga di seluruh kompetisi pada musim ini. Namun, penampilan bek berusia 31 tahun itu acap tak konsisten. Dia juga tak terlalu berpengalaman memegang komando lini belakang karena biasa bermain bersama Varane.

Dalam situasi ini, komando Nacho akan sangat diandalkan Zidane. Dia harus disiplin dan tak boleh terlalu banyak naik ke depan seperti saat bermain bersama Varane. Terlebih kali ini dia akan memimpin Militao yang pada musim ini baru bermain 440 menit di seluruh kompetisi musim ini.

Lini serang Liverpool sedang garang dan Madrid sendiri cuma mencatatkan satu clean-sheet dalam enam laga terakhir. Bermain dalam dengan kombinasi low dan medium-block bisa mereka terapkan. Selain itu, Madrid juga harus menggaransi jarak antarlini dan jarak antarpemain ketika bertahan harus tetap rapat.

Foto: Youtube beIN Sports

Ruang lebar seperti pada cuplikan gambar di atas harus bisa diminimalisir. Madrid tentu tahu bahwa pemain-pemain Liverpool sangat pintar memaksimalkan ruang untuk bisa menciptakan peluang. Selain itu, pergerakan pemain mereka juga sangat cepat. Karenanya tak boleh ada ruang untuk mereka bergerak bebas.

Soal serangan sendiri, Madrid tentu saja akan kembali bertumpu pada Benzema. Namun, masalahnya, pertahanan lawan sedang bagus. Liverpool tak pernah kebobolan dalam tiga laga terakhir, kendati mereka menghadapi klub seperti RB Leipzig dan Arsenal yang terkenal agresif.

Zidane jelas perlu memutar otak. Namun yang jelas, mereka perlu menyerang balik dengan cepat jika ingin membobol gawang Liverpool. Sebab, mereka punya peluang unggul atau menyamai jumlah pemain Liverpool ketika melancarkan serangan dengan cepat. Sekali berhasil mengintersep serangan Liverpool, Luka Modric dkk. tak boleh terlalu lama memegang bola.

Madrid juga perlu meneruskan fokus membangun serangan dari sisi kiri, karena kebetulan Liverpool memang paling banyak diserang dari sisi sana. Zidane sendiri, dalam setidaknya tiga laga terakhir, selalu menumpukan serangan timnya di sisi kiri. Presentase dalam setiap laganya selalu lebih dari 40%.

Porsi serangan Madrid. Grafis: WhoScored

Siapa pun yang ditunjuk untuk menopang Benzema, entah itu Isco, Marco Asensio, atau Vinicius Junior, juga harus lebih kreatif dari biasanya. Asensio, misalnya, harus bermain sebaik di laga vs Eibar. Pergerakan dan umpan-umpan kuncinya diperlukan untuk memecah konsentrasi pemain belakang Liverpool, sehingga Benzema bisa mendapatkan ruang.

***

Pada 2018, Madrid memang lebih superior dari Liverpool. Sementara pada 2019 dan 2020, Liverpool terlihat lebih menjanjikan. Namun, keduanya tak bersua saja. Kini, keduanya bertemu di 2021 dengan situasi yang berbeda dan dengan situasi yang sama-sama tak baik-baik saja.

Klopp dan Zidane sekali lagi akan berduel. Taktik dan strategi keduanya akan diadu. Mereka harus mengatasi keterbatasan yang ada untuk menyingkirkan lawannya. Siapa yang lebih mujur adalah siapa yang bisa memanfaatkan ruang dan kesempatan sekecil mungkin untuk bisa mencetak lebih banyak gol.

Siapa pun yang menang dan lolos ke semifinal akan bisa membuktikan kalau di musim ini mereka tak hancur-hancur banget. Bahwa mereka, sama seperti musim-musim sebelumnya, masih layak untuk merajai Eropa.