Sepak Bola Perempuan AS Sudah Menang?

Foto: Instagram @uswnt.

Perjuangan selama lima tahun, 10 bulan, dan 23 hari itu sepertinya akan berakhir dengan hari yang cerah.

22 Februari 2022 lebih dari sekadar tanggal cantik. Hari ini menjadi tapal batas kesetaraan gender di ranah sepak bola. Timnas Perempuan Amerika Serikat memenangi tuntutan hukum mereka akan kesetaraan gaji.

Ketidaksetaraan gaji di ranah sepak bola, khususnya di Timnas Perempuan Amerika Serikat, memang sudah lama menjadi isu panas. Pada 2016, Alex Morgan, Carli Lloyd, Megan Rapinoe, dan Becky Sauerbrunn menuntut Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF) atas tuduhan diskriminasi. Tuntutan itu mereka ajukan kepada Komisi Kesetaraan Kesempatan Kerja (EEOC), tetapi baru pada Februari 2019 hak untuk menuntut secara legal mereka terima.

Konteks tuntutan tersebut adalah seperti ini. Selama ini para pemain Timnas Perempuan AS hanya mendapat sekitar 38% dari total yang didapatkan para pemain Timnas Laki-laki AS.

"Sebuah perbandingan antara Timnas Perempuan dan Laki-laki menunjukkan bahwa jika kedua tim bertanding dalam 20 laga persahabatan dalam setahun dan kedua tim memenangi semuanya, Timnas Perempuan hanya akan menerima maksimal 99 ribu dolar AS atau 4.950 dolar AS per laga. Pada situasi yang sama, Timnas Laki-laki bisa menerima 263.320 dolar AS atau 13.166 dolar AS per pertandingan siapa pun lawannya," demikian penjelasan tersebut dituliskan.

Situasi demikian semakin terasa tidak adil jika mengingat prestasi Timnas Perempuan AS di level internasional yang boleh dibilang lebih bersinar dibandingkan kolega laki-laki mereka. Hingga 2022, mereka sudah menjuarai empat Piala Dunia, empat medali emas Olimpiade, dan delapan Piala CONCACAF. Bahkan ketika mereka menjadi kampiun Piala Dunia 2015, para penggawa Timnas Perempuan masih dibayar lebih sedikit dibanding para pemain Timnas Laki-laki yang tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia 2014.

Kepada Associated Press, Morgan pernah berkata bahwa mereka begitu bangga berlaga dengan memakai jersi Timnas AS. Segala tanggung jawab yang datang dengan kebanggaan tersebut diemban dengan sungguh-sungguh. Baginya, memperjuangkan kesetaraan gender juga bagian dari tanggung jawab tersebut. Sebagai pemain, mereka berhak untuk dibayar setara untuk pekerjaan mereka, terlepas dari segala bias gender.

Timnas Perempuan AS pada akhirnya mengajukan tuntutan hukum class action kepada Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF) pada 8 Maret 2019, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional. NPR mewartakan bahwa tuntutan Timnas Perempuan AS tersebut dimasukkan ke Pengadilan Wilayah California. Di situ, tertulis bahwa USSF memiliki kebijakan dan praktik diskriminatif berbasis gender terhadap anggota Timnas Perempuan. Buktinya adalah jumlah gaji yang lebih kecil daripada pemain Timnas Laki-laki.

Dalam tuntutan class action tersebut, 28 anggota Timnas Perempuan tercantum sebagai penuntut, termasuk bintang-bintang besar macam Alex Morgan, Megan Rapinoe, dan Carli Lloyd. Lewat tuntutan ini, mereka merepresentasikan para perempuan lain yang sudah bermain untuk Timnas AS dan mereka yang tidak mendapat kesetaraan gaji untuk beban kerja yang sama. Pada Mei 2020, Pengadilan Wilayah California menolak tuntutan hukum tersebut. Lantas, Timnas Perempuan AS melanjutkan banding untuk mendapatkan kesetaraan gaji.

Perjuangan selama lima tahun, 10 bulan, dan 23 hari itu sepertinya akan berakhir dengan hari yang cerah. Banding diterima. Federasi akhirnya merilis pernyataan bahwa mereka akan membayar ganti rugi senilai 24 juta dolar AS untuk para pemain Timnas Perempuan AS dan kesepakatan kesetaraan gaji.

Namun, kenapa harus ada kata ‘sepertinya’?

Hal pertama yang harus dipahami: Penyelesaian tidak akan dilakukan sampai kesepakatan dalam perundingan bersama diambil. Dari situ, para pemain dan federasi masih harus berupaya keras untuk mewujudkannya.

Konon, ada 35 sesi negosiasi untuk menyelesaikan cost benefit analysis (CBA) terkait kesetaraan gaji yang baru. CBA baru tersebut diprediksi akan selesai pada 31 Maret 2022. Intinya, sampai kesepakatan itu terjadi, belum ada satu orang pun yang berhak berlama-lama larut dalam euforia.

Mengutip ESPN, Federasi juga harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit sampai kesepakatan itu terjadi. Pada tahun fiskal 2020, misalnya, mereka mengeluarkan uang sampai 15,9 juta dolar AS untuk biaya hukum luar biasa. Pada tahun berikutnya, jumlah biaya yang dikeluarkan mencapai 9 juta dolar AS. Maka, jelas tagihan bisa tambah membengkak, terlebih federasi harus membayar 24 juta dolar AS terkait tuntutan tadi.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan FIFA? Memenangi class action adalah satu hal, mewujudkan kesetaraan gender di lapangan sepak bola secara global adalah hal lain. Yang perlu digarisbawahi, ketidaksetaraan belum akan hilang begitu saja. 

Megan Rapinoe dan Presiden USSF, Cindy Parlow Cone, menyebut bahwa inilah saat yang tepat untuk membawa pertarungan hingga ke meja FIFA. Jangan lupa bahwa mereka menawarkan uang hadiah yang tidak setara untuk Piala Dunia dan belum berhasil berinvestasi di ranah sepak bola perempuan di level yang sama dengan sepak bola laki-laki.

"Anda harus ingat bahwa kami merupakan salah satu dari 211 anggota voting di FIFA," kata Cone dikutip dari ESPNFC. "Jadi, Anda tidak hanya harus meyakinkan para petinggi di FIFA, tetapi Anda juga perlu meyakinkan asosiasi bahwa berinvestasi sepak bola perempuan, berinvestasi pada perempuan-perempuan muda yang tumbuh di ranah sepak bola, adalah kemenangan bagi negara mereka,” tegas Cone.