Siklus James Tarkowski

Foto: @allplayers_in_pl

Mengingat siklusnya, yang selalu pergi di tengah musim, kabar kepergian Tarkowski kali ini bisa saja menjadi kenyataan.

Bagi James Tarkowski, Burnley adalah tempat mengadu nasib.

Pada musim panas sebelum Premier League 2017/18 digulirkan, Sean Dyche dikritik banyak pendukung Burnley. Alasannya karena Dyche tak mempersulit Everton untuk menggaet bek tengah utama mereka, Michael Keane.

Kritik pendukung Burnley sebenarnya cukup rasional. Selain karena harga yang diklaim terlalu rendah, yakni di bawah 30 juta poundsterling, Keane bermain lebih baik pada musim sebelumnya ketimbang dua bek tengah lainnya, Ben Mee dan Tarkowski.

Dyche enggan menanggapi kritik dan justru memberikan nomor punggung 5, yang sebelumnya digunakan oleh Keane, kepada Tarkowski. Sikap ini seakan membuktikan bahwa ia yakin untuk menjadikan Tarkowski sebagai suksesor Keane.

Tarkowski, yang lebih banyak menghabiskan musim perdananya di Turf Moor sebagai pemain cadangan, tak bereaksi lebih. Ia berusaha melakukan tugas yang diberikan oleh Dyche sesempurna dan sebaik mungkin.

Keputusan Dyche tak keliru. Di bawah komando Tarkowski, Burnley menutup musim 2017/18 di posisi ketujuh sekaligus posisi terbaik dalam 51 musim terakhir. Ia juga menutup musim tersebut di urutan kedua Player of The Year dalam voting yang dilakukan pendukung Burnley.

***

Home is where the heart is.

Tarkowski lahir dan dibesarkan di New Moston, yang berjarak setengah jam dari Old Trafford. Dalam penuturannya, mayoritas orang yang tinggal di lingkungan tersebut menggandrungi Manchester United.

“Saya memiliki ikatan yang amat kuat dengan United,” kata Tarkowski. “Saya lahir di tahun yang sama dengan kemunculan 'Class of 92'. Saya besar dengan menyaksikan permainan Paul Scholes, David Beckham, dan Ryan Giggs.”

Meski demikian, Tarkowski kecil merasa tak punya cukup kemampuan dan nyali untuk mencoba peruntungan di United. Setelah melakoni beberapa trial, ia memutuskan untuk bergabung dengan akademi Blackburn Rovers.

Pada usia 17 tahun, Tarkowski mendapatkan beasiswa di klub League One, Oldham Athletic. Ia bahkan mendapatkan julukan ‘New Moston Beckenbauer’ karena gaya bermainnya disebut pendukung Oldham mirip dengan Franz Beckenbauer.

Oldham menjadi tempat Tarkowski menempa diri. Setelah musim demi musim terlewati, ia akhirnya mendapatkan label sebagai pemain potensial yang dinantikan scout klub besar. Hingga tiba pertandingan melawan Liverpool pada ajang FA Cup pada musim 2013/14.

Pertandingan tersebut menjadi kunci dari karier Tarkowski selanjutnya. Banyak pencari bakat dari klub besar yang hadir malam itu untuk menyimak kualitasnya. Jika penampilannya apik, ia dijamin akan langsung jadi buruan klub-klub Premier League.

Nahas, penampilan Tarkowski hari itu mengecewakan. Tidak hanya menjadi bulan-bulanan lini depan Liverpool yang saat itu diisi oleh Raheem Sterling dan Iago Aspas, ia juga mencetak satu gol bunuh diri. Oldham kalah 2-0 dan gagal melaju ke babak selanjutnya.

Meski akhirnya tak mendapatkan tawaran dari klub-klub Premier League, Tarkowski tak benar-benar kecewa. Menjelang ditutupnya bursa transfer musim dingin, ia mendapat tawaran untuk bergabung Brentford yang menjadi tim kandidat terkuat untuk promosi ke Championship.

Tarkowski tak menyia-nyiakan peluang tersebut dan langsung meminta Oldham untuk menerimanya. Keputusan tersebut membuat kecewa pihak Oldham. Pasalnya, beberapa hari sebelumnya, ia baru saja menandatangani perpanjangan kontrak.

Sempat tampil angin-anginan, Tarkowski akhirnya menjadi pemain utama pada musim perdananya bersama Brentford. Keputusannya untuk pergi dari Oldham tak salah karena Brentford benar-benar promosi pada akhir musim tersebut.

Siklus Tarkowski kembali terulang pada menjelang dibukanya bursa transfer musim dingin 2015/16. Saat itu, ia mendapatkan tawaran yang menggiurkan dari Burnley, yang berambisi untuk mentas dari Championship.

Tarkowski lagi-lagi ngambek dan meminta Brentford menerima tawaran Burnley. Brentford menolak karena mereka tak ingin kehilangan bek tengah terbaiknya. Tarkowski yang kecewa, memutuskan untuk tak menghadiri rapat pra-laga dan tak ikut serta dalam pertandingan.

Hukuman disiplin lantas diberikan kepada Tarkowski. Meski beberapa hari kemudian ia meminta maaf, transfer Tarkowski tetap terjadi. Pada hari penutupan jendela transfer musim dingin 2015/16, ia diperkenalkan sebagai penggawa baru Burnley.

Sebagai pemain, penampilan Tarkowski selama di Burnley terbilang stabil dan konsisten. Bahkan, boleh dibilang, ia menjadi alasan mengapa Burnley sejauh ini mampu bertahan di Premier League.

Enam tahun berseragam Burnley, Tarkowski dikabarkan ingin mencoba peruntungan di klub lain. Mengingat siklusnya--yang sepanjang karier profesional--selalu hijrah di tengah musim, kabar ini bisa jadi akan menjadi kenyataan.

***

Dari enam musim yang sudah dijalani oleh Tarkowski bersama Burnley, dapat disimpulkan bahwa kompetensi terbaiknya berada di sapuan dan duel. Jika dirata-rata, ia membukukan 5,1 sapuan dan 4,4 kemenangan duel per musimnya.

Kami coba membandingkan angka sapuan dan duel per pertandingan milik Tarkowski dengan bek tengah asal Inggris lain, seperti Harry Maguire, Tyrone Mings, Michael Keane, dan rekan satu timnya, Ben Mee.

Dari perbandingan mereka, Tarkowski memiliki catatan sapuan lebih tinggi ketimbang Maguire dan Mings. Maguire membukukan 4,3 dan Mings mencatat 3,8 per pertandingan. Di sisi lain, Keane dan Mee memiliki catatan lebih baik dengan 5,8 dan 6,4 sapuan per pertandingan.

Sementara itu, pada rasio kemenangan duel, catatan per pertandingan Tarkowski berada di atas mereka. Maguire membukukan 3,6, Mings 1,2, Keane 4,3, dan Mee 3,8 kemenangan duel per pertandingan.

Dengan angka-angka tersebut dan ditambah usia yang memasuki 28 tahun, maka wajar apabila banyak klub tertarik untuk memboyong Tarkowski. Burnley dikabarkan baru akan melakukan negosiasi apabila ada klub yang berani menawar 30 juta poundsterling.

Sejauh ini, West Ham United dan Leicester City adalah kandidat untuk mendapatkan jasa Tarkowski. Kedua klub bahkan disebut siap memberikan gaji besar untuk pemain 28 tahun tersebut agar bergabung.

Di luar kedua tim tersebut, Manchester United sebenarnya juga diisukan memiliki ketertarikan untuk mendatangkan Tarkowski. Jika demikian, United pasti akan jadi pemenangnya. Sebab, siapa, sih, yang tidak ingin pulang ke ‘rumah'?