Surealisme Chalobah

Foto: @ChelseaFC.

Hidup Chalobah dipenuhi kejutan. Mulai dari nasib yang berbeda dengan alumnus akademi Chelsea hingga gol pada laga debut.

Di Gipsy Hill, London Selatan, Trevoh Chalobah mendapatkan semuanya. Kehidupan baru, sepak bola hingga kesempatan bergabung dengan Chelsea.

Chalobah lahir di Freetown, Sierra Leone. Keluarganya memutuskan pindah ke Inggris saat ia berusia enam tahun. Gipsy Hill jadi tempat mereka memulai kehidupan baru. Mereka tinggal di sebuah studio yang letaknya tidak jauh dari lapangan sepak bola.

Pindah ke negera dengan kultur berbeda membuat Chalobah jadi anak pendiam. Berbeda dengan Chalobah, kakak laki-lakinya yang berbeda empat tahun, Nathaniel, mampu mendapatkan banyak teman pada masa-masa awal tinggal di Gipsy Hill.

“Nathaniel sangat membantu saya beradaptasi dengan lingkungan baru. Ia mengenalkan saya dengan banyak anak-anak di sini. Ia selalu mengajak saya bermain sepak bola dengan teman-temannya meski usia saya berusia lebih muda,” kata Chalobah.

Chalobah berkata bahwa ajakan Nathaniel tidak hanya membawanya ke lingkungan pertemanan baru tapi juga dunia sepak bola. “Jika dia tidak mengajak saya bermain sepak bola, barangkali saya tidak seperti sekarang,” kata Chalobah kepada Gaffer.

***

Chelsea punya sistem operasional yang amat menarik, terutama kebijakan dalam meminjamkan pemain. Menurut Bleacher Report, keputusan Chelsea meminjamkan banyak pemain bahkan selalu masuk dalam rapat petinggi klub.

Ada banyak alasan mengapa hal tersebut amat dipikirkan. Pertama, meminjamkan pemain bisa jadi sarana mengeruk keuntungan. Chelsea disebut tidak jarang memaksa klub peminjam membayar biaya peminjaman, di luar gaji bulanan.

Alasan kedua berkaitan dengan menit bermain. Dengan dipinjamkan ke klub yang lebih kecil, besar kemungkinan pemain-pemain tersebut mendapatkan kesempatan bermain. Saat mereka matang, Chelsea bisa memasukkan mereka di tim utama dan bukan tidak mungkin bakal dijual.

Nathaniel jadi salah satu korban sistem tersebut. Sejak menandatangani kontrak di tim utama pada 2012, ia rutin dipinjamkan ke banyak tim. Mulai dari Watford, Middlesbrough, Burnley, Reading, dan yang terakhir, Napoli.

Manajer Chelsea saat itu, Antonio Conte, berkata bahwa kualitas status pemain didikan tidak cukup membuat Nathaniel dipertahankan. “Untuk menjadi juara, Anda butuh pemain yang punya pengalaman bermain di level tertinggi,” kata Conte.

Apa yang dialami oleh Nathaniel sempat membuat Chalobah sempat ketakutan. Sejak ikut berlatih di tim utama pada musim 2017/18, ia tidak kunjung mendapatkan kesempatan. Padahal, dua pemain seumurannya, Ethan Ampadu dan Callum Hudson-Odoi, sudah menjalani debut.

Chalobah akhirnya dipinjamkan Chelsea saat musim 2018/19. Ipswich Town jadi klub pilihan. Ia melakoni debut di tim utama pada laga perdana Ipswich di Championship. Dua pekan berselang, ia mencetak gol pertama di level senior.

Chalobah bermain gemilang musim itu kendati Ipswich terdegradasi. Chalobah, yang turun dalam 43 laga, menjadi pemain kedua yang paling banyak bermain dibandingkan pemain lain yang dipinjamkan Chelsea musim itu. Ia hanya kalah dari Reece James yang bermain dalam 45 pertandingan.

Musim berikutnya, ia bergabung dengan Huddersfield Town. Di klub tersebut, jumlah kesempatan bermainnya berkurang. Pada akhirnya, Chelsea yang belum sepenuhnya percaya, kembali memutuskan untuk meminjamkannya ke Lorient.

Perkembangan amat signifikan ditunjukkan Chalobah selama memperkuat Lorient. Di Lorient, ia bahkan melakoni peran baru, yakni bek tengah. Rasio tekel-nya meningkat dari 1,4 per pertandingan dalam dua musim menjadi 1,6 per pertandingan. Demikian pula intersep, dari 1,4 per pertandingan menjadi 2,4 per pertandingan.

Penampilan apik selama di Prancis membuat Thomas Tuchel kesengsem. Chalobah yang kian matang membuat Tuchel berpikir untuk memberikan kesempatan bermain di musim 2021/22. “Saya berpikir untuk memberikannya kesempatan musim ini,” kata Tuchel pada pertandingan perdana Chelsea di pramusim 2021/22.

***

Chalobah tidak bisa berkata-kata saat ia diumumkan jadi starter dalam laga melawan Villarreal di ajang UEFA Super Cup. Ia tidak hanya merasa bangga bisa mengenakan seragam Chelsea tapi juga seakan jadi orang pilihan.

“Semula, yang saya pikirkan hanya bermain apik di pramusim. Namun, ia (Tuchel) berkata bahwa penampilan saya di pramusim sangat luar biasa. Saya bahkan tidak mengira bisa mendapatkan kesempatan bermain di pertandingan ini,” ujarnya.

Chalobah makin tidak percaya saat ia dipilih kembali menjadi pemain utama saat Chelsea melakoni pertandingan pertama Premier League 2021/22. Pasalnya, ada nama Thiago Silva dan Kurt Zouma yang siap diturunkan.

Laga tersebut ditutup Chalobah dengan penampilan impresif. Dua intersep dan satu gol berhasil ia buat. Gol tersebut ia buat lewat tendangan dari luar kotak penalti, momen yang hanya dapat Chelsea lakukan sekali di Premier League musim lalu.

Usai mencetak gol, ia bahkan mengaku tidak dapat menahan tangis. “Saya tidak percaya bola yang saya tendang menjadi gol. Saya tidak percaya semua orang berteriak. Saya tidak percaya dengan momen tersebut,” terangnya.

Ada beberapa kualitas yang membuat Chalobah layak untuk menembus tim utama sampai akhirnya mendapatkan kans melakoni debut. Salah satunya, apa yang ia perlihatkan di Ipswich Town, dan ini bukan sekadar catatan intersep yang ia buat saja.

Pada sebuah tim yang tengah kesulitan untuk mempertahankan performa dan hasil yang bagus, Chalobah selalu jadi pilihan utama. Alasan pertamanya, ia punya fisik yang kokoh sehingga cocok untuk menghadapi gaya permainan di divisi Championship yang banyak mengedepankan adu fisik.

Apa yang ia alami dengan bertungkus lumus di Championship bersama Ipswich benar-benar menjadi dasar dari dua peminjaman berikutnya. Chalobah, yang juga pernah mengapteni tim Inggris U-20, kembali menjadi pemain yang lebih terasah.

Selain kokoh dan piawai melakukan intersep, Chalobah kini juga lebih percaya diri ketika melakukan drive dengan bola ke lini depan. Semuanya karena Claude Makelele, eks gelandang Chelsea yang kini menjabat sebagai technical mentor tim asal London Barat tersebut.

Dengan kapasitas jabatannya itu, Makelele mendatangi Chalobah pada masa peminjamannya di Lorient. Ia kemudian memberikan beberapa wejangan kepada Chalobah.

"Dia memerhatikan saya ketika saya berada dalam masa peminjaman. Dia bilang, saya masih bisa berbuat lebih untuk membantu serangan," kata Chalobah.

Atas saran Makelele itu, Chalobah kini menyadari bahwa lewat atribut yang ia miliki, ia memiliki sejumlah senjata. Dengan begitu, ia jadi memiliki opsi lebih. Ketika ia tidak melihat opsi untuk mengoper bola, ia bisa ikut membantu progresi serangan dengan dribel.

Chalobah menjadi pemain kesekian dari akademi Chelsea yang berhasil mendapatkan kesempatan bermain di tim utama. Jalan Chalobah memang masih panjang tapi dengan penampilan apiknya sejauh ini, nasibnya mungkin bisa lebih baik dari pemain akademi lain atau bahkan Nathaniel.